Social Media

Bermalam Minggu di Yoghurt Cisangkuy

07 October 2024

Pukul lima sore motor kami meluncur dari rumah ke arah pusat kota Bandung yang macet di hari sabtu. Tujuan saya hanya semangkuk baso malang di Jalan Burangrang. 



Jalan Burangrang padat luar biasa di titik restoran baso yang saya tuju. Keramaian berasal dari Bakso Tjap Haji yang berada persis sebrang-sebrangan dengan resto baso langganan saya, Bakso Malang Enggal. 

Memang yang satu itu situs kuliner fenomenal di Bandung sejak pandemi sampai kini, ya maksud saya Tjap Haji itu. Parkirannya selalu ramai. Luar biasa. 

Saya dan indra menyantap baso langganan saja. Sudah lama tidak makan malam di sini. Pengunjungnya belum ramai. Juga harganya makin mahal. Berdua bayarnya sekitar tujuh puluh ribuan. 

Syukurlah rasanya masih enak. Kami makan tanpa bicara. Mungkin sedang lapar-laparnya. 

Setelah kenyang barulah saling ngobrol. Tentang video-video tiktok yang saya bookmark, juga lucunya video dari facebook yang indra save. Zaman apa ini, tema obrolannya video viral kok bisa. Bisa ternyata. Haha. 

Beranjak ke Jalan Sancang kami salat magrib. Wangi semerbak bunga di halaman parkirnya nikmat sekali. "Bunga apa sih?" tanyaku pada Indra. Dia menunjuk pohonnya tapi tidak tahu namanya. 

Malam masih pagi. "Muter-muter aja dulu yuk ke mana gitu," kata Indra. 

Menuju utara kami terhimpit macet di Dago dan Dipati Ukur. Gila macetnya bikin mual. 

Ke Yoghurt Cisangkuy kami putuskan bersarang sebentar. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. "Emang masih buka restonya?" kutanya lagi. Masih ternyata, tutupnya pukul 21.00

Jalan Cisangkuy juga padat orang-orang. Bila dahulu hanya ada resto Yoghurt Cisangkuy, sekarang berderet-deret tempat kuliner di sana, yang bintang empat sampai kaki lima. Metet! 

Bangku-bangku di Yoghurt Cisangkuy tidak terlalu penuh. Saya pesan yoghurt dan sedikit camilan. "Sudah berapa abad kita gak makan di sini ya?" kami berdua tertawa getir, waktu cepat terbangnya dan kita makin tua. 

Juga agak syok saat bayar di kasir. Rp113.000 untuk dua gelas yoghurt, sepotong cheesecake jadul, sepotong bolu tape, dan empat potong kue kastangel. 

Namun suasana restonya menyenangkan. Kami duduk di bangku kayu dan ngobrol sampai restonya tutup. 


Ritual pulang ke rumah selalu sama: cek googlemap mencari rute jalan yang lengang. Malam minggu pukul sembilan macet Bandung sedang menyala. Dibutuhkan bantuan peta digital agar tidak terjebak dalam pusaran silau macetnya


Post Comment
Post a Comment