Begitulah media sosial. Tidak sengaja saya temukan postingan tentang Soto Bu Pujo di timeline twitter. Itu terjadi beberapa bulan lalu. Saat benar-benar berada di Jogja, saya telusuri kembali postingan tentang kuliner jogja, wah itu dia, soto terenak yang ada di Pasar Beringharjo lantai dua!
Sehabis ikutan tur jalan kaki dengan Jogja Good Guide, saya menumpang ojeg online ke arah Malioboro. Syukurlah masih kebagian satu porsi soto karena pembeli berikutnya beberapa orang setelah saya malah kehabisan. Kulihat jam tangan, kira-kira belum pukul satu. Hebat betul sudah habis sotonya.
"Bukanya jam berapa, Bu?" kutanyakan sambil nunggu sotonya datang. Jam 8 pagi jawabnya. Wah kupikir buka sejak jam 6 pagi atau lebih subuh lagi. Berapakah stok porsi soto yang mereka siap jual ataukah sudah dipatok tidak bawa banyak-banyak, ataukah pembelinya sebanyak itu?
Soto datang, kumakan saja. Kuahnya panas membara. Menyantap soto sepanas ini di tengah pasar dan cuaca Jogja yang menggelora rasanya nikmat sekali. Meski saya kepanasan dan keringatan saat makan, tapi setelah selesai dan menutup sesi dengan segelas es teh manis rasanya agak dingin ke tubuh.
Sebetulnya tidak ada beda santap siang di Pasar Beringharjo dengan Pasar Cihapit. Namun namanya orang liburan, saya merasa ada aura petualangan yang berbeda saja. Semua gerak-gerik awak masak Bu Pujo, semangkok soto, segelas teh manis dingin, suara dangdut koplo entah darimana sumbernya, sudut-sudut pasar yang terasa antik. Wah suasana makan siang (yang basah karena keringatan!) yang menyenangkan.
Dagingnya made in Soto Bu Pujo empuk dan sedikit beraroma. Potongannya tidak terlalu besar. Hanya menyediakan daging sapi saja. Ada bihun, potongan daun kucai, toge, kol, dan bawang goreng. Sejujurnya satu porsi terasa kurang buat saya. Namun mau nambah pun tidak bisa karena mahal. Harga turis. Seporsinya Rp19.000. Menurut pendapat saya ini masih mahal bila dibandingkan (ukuran) satu mangkoknya yang mungil untuk perut saya yang seluas Siberia.
Namun tidak ada keluhan berarti. Saya menikmati soto bening ala Bu Pujo ini dengan tentram dan khidmat saja.
Agar rasa kenyang tertancap damai di perut saya beli jeruk setengah kilo. Kembali ke hotel, saya makan jeruk dan tidur siang. Memanglah setelan orang liburan dan jalan-jalan itu damai rasanya. Ada uang yang terpakai tapi ada pekerjaan yang sejenak bisa ditinggalkan bukan? Hehe.
Walo inginnya mencari kuliner lain, tapi bisa jadi saya akan kembali makan di soto yang sama kapan-kapan. Rasanya memang enak. Cobain! Makasih mas-mas yang rekomendasiin Soto Bu Pujo di Twitter!
Post Comment
Post a Comment