Sejak memelihara akun @bandungdiary di TikTok saya sering merekam video. Pertengahan tahun 2022 awal bikin konten masih kuraba-raba mesti gimana. Apakah saya harus menampilkan wajah, apa pake narasi suara, mood backsound lagunya mau kayak gimana. Bingung banget.
Beberapa konten saya ambil dari blog sendiri, jadi kontennya lama karena itu-itu aja. Hanya medianya baru (video). Mana hasil video masih sering buram dan goyang karena tangan belum bisa memegang hape dengan anteng. Toolsnya pun hape android dua jutaan (tahu kan maksudnya). Hehe. Sampai hari ini pun masih goyang-goyang videonya yasudahlah gimana lagi percaya diri aja dulu. Wk!
Yah dengan serba kekurangan dan penuh kebingungan saya bikin konten terus. Di awal tahun 2023 saya udah ketemu formula kontennya. Saya bahkan tahu mau kasih identitas gimana buat video-video @bandungdiary di TikTok. Sampai ke standar ngasih judul dan backsound musik aja saya menetapkannya sendiri. Seperti, kayaknya gini aja, kayaknya gitu aja. Begitulah hehe. Ada misleuknya sih tapi yaaah begitulah.
Kalo gak dikerjakan secara terus-menerus kayaknya saya gak bakal ketemu dengan formula tersebut. Syukurlah saya gak berhenti melakukan ini semua meski ada bingungnya. Saya sendiri gak tahu monetasinya gimana hahaha. Yah urusan itu gak apa saya pikir belakangan. Sejauh ini sih kegiatan kayak gini masih hiburan buat saya sendiri.
Cuma ada repotnya sih. Sekarang saya harus ngumpulin konten dalam bentuk video. Sebelumnya kan hanya foto size stories dan size buat blog. Kerjaan bertambah.
Betul sekali membuat konten gak sesederhana dulu. Sekarang saya sampai bikin yang namanya:
- pra produksi
- produksi
- pasca produksi
Pra produksi: mencari bahan konten, menyortirnya dari segi ukuran, bentuk, tema, memisahkan foto dan video ke album foto sesuai tema. Sortirnya buat ke blog, IG feed, IG stories, dan TikTok. Udah kayak photo library.
Lalu saya bikin teksnya. Teks buat blog, IG stories, caption, dan video TikTok. Bagian tersulit adalah menulis untuk blog. Karena saya harus kumpulkan data dulu, tidak seperti menulis caption saya tuh merasa menulis untuk blog seenggaknya harus komprehensif. Gak ada yang atur-atur saya begini sih padahal hahaha. Ya sudahlah.
Udah rapi nih semua file, saya kirim filenya ke email sendiri. Nanti bila leluasa waktu, saya buka laptop dan dowload filenya lalu posting ke blog. Kalo buat IG dan TikTok sih tinggal bikin album aja di galeri hape. Teksnya di notes hape.
Lalu masuk ke tahap produksi, saya tinggal posting-posting aja. Teksnya copy-paste aja.
Pasca produksinya adalah ngebagiin link dan share lintas media sosial.
Betapa ini pekerjaan sendiri yang seharusnya berbayar hahaha. Sejauh ini sih saya gak merasa kerepotan mengerjakannya karena gak sekaligus saya kerjain juga. Semuanya serba dicicil. Saat duduk dalam bangku bis, waktu nunggu angkot ngetem, waktu nunggu kerjaan anak-anak Fish Express beres.
Kekurangannya adalah waktu membaca buku saya gak ada. Habis aja udah. Menyedihkan juga. Baik! saya kayaknya harus atur waktu lagi biar bisa baca buku seperti sebelum saya kenal TikTok. Wkwkwk kayak yang bisa aja!
Ya dibisa-bisain aja semoga bisa.
Paling terasa olehku sekarang adalah ini pekerjaan gak bisa digabung-gabung. Seharusnya ada tugas sendiri tuh yang namanya fotografer, videografer, copywriter, dan mereka yang tugasnya posting ke media sosial. Bila dikerjakan oleh satu orang maka itu adalah saya karena basisnya hobi. Namun bila ini pekerjaan berbayar alangkah kejinya kalo satu orang mengerjakan berbagai macam tugas ini sekaligus. Lintas jobdesc namanya.
Cuma emang saru sih, semuanya seperti sama karena media postingnya sama yaitu media sosial, jadi banyak yang berpikir kalo videografer bisa jadi copywriternya. Padahal enggak efektif karena urusannya sama eksposure konten yang UUD kan (ujung-ujungnya duit). IMO sih.
*judul diambil dari nama albumnya Blur yang kedua, rilis tahun 1993
Post Comment
Post a Comment