Bayangin kamu naik bis dari pintu depan. Tujuanmu sudah dekat, kamu akan berjalan menghampiri pintu belakang. Saat di halte tujuan, si pintu terbuka otomatis. Tidak ada kondektur, sopirnya buka pintu dengan memencet tombol tanpa ia meninggalkan bangku kemudi.
Ada sekitar 16 kursi di antara kamu dan sopir bis. Dengan demikian kamu harus teriak saat mengucapkan makasih.
Di dalam bisnya Teman Bus ini kuperhatikan penumpangnya secara teratur mengucapkan makasih saat turun dari bis. Ya udah pasti pada teriaklah supaya terdengar Pak Sopir.
Awalnya saya pikir itu kebiasaan satu-dua orang saja. Lama-lama kuperhatikan semua penumpang yang turun dari bis Teman Bus pasti mengucapkan terima kasih pada sopir.
Karena keluar bisnya melalui pintu belakang, para penumpang harus setengah teriak “Makasih, Pak!”. Kupikir, wah aneh juga ya mau pada repot-repot bilang makasih.
Kamu juga merasa ada yang aneh gak? Sebentar, kita tinggalin dulu diskusi ilmu kesopanan tentang mengucapkan makasih. Ini hal yang menurut saya berbeda.
Memang pernah kamu mau repot-repot bilang makasih saat turun dari bis via pintu belakang? Saya enggak. Kecuali saya penumpang terakhirnya dalam angkutan bis. Kecuali di bisnya Teman Bus.
Saat turun dari angkot saya gak mengucapkan makasih kecuali si sopir menyetir dengan baik dan terasa menenangkan buat saya. Namun kebanyakan waktu sih enggak, jadi saat turun dari angkot saya beri ongkos dan berlalu aja.
Naik elp? apalagi, jarang banget bilang makasih.
Beda cerita bila saya menumpang becak, ojek dan taksi online. Saya mengucapkan makasih selalu. Kenapa ya bisa berbeda perlakuan saya terhadap sopir-sopir transportasi umum itu? Hahahaha malah bingung sendiri.
Entah siapa yang mulai, semua penumpang yang turun dari @teman_bus yang saya naiki pasti sebelum turun dari bis selalu bilang kepada Pak Sopir berbunyi:
Makasih, Pak!
Nuhun, Pak!
Nuhuuuuuun!
Saya sendiri melakukan hal yang sama, semata-mata karena orang lain juga begitu. Orang lain pada ngucapin ya udah atuh saya ikutan juga.
Ada sopir bis yang menjawab pendek 'yoooow'
Ada juga sopir yang jawab 'sami-sami!'
Paling seneng kuperhatiin ada sopir yang menjawab agak panjang, seperti 'muhun sami-sami, hati-hati turunnya'
Beberapa bulan saat Teman Bus beroperasi pertama kali, ongkosnya gratis. Apakah karena itu warga secara ikhlas pada bilang makasih? karena gratis?
Lantas sekarang bisnya sudah berbayar Rp4.900. Kebiasaan mengucap makasih pada pak sopir Teman Bus masih berlangsung. Begitupun saya.
Saya harus masukin fenomena budaya ini dalam #bandungforbeginners. Iya tahu tentang ilmu sopan santun, tapi menurut saya ini hal yang agak berbeda.
Lega juga sih lihat pemandangan anak-anak, remaja sekolahan, mahasiswi, dewasa tua, sampai ibu-ibu dan manula semuanya bilang makasih. Lega karena uh wow dunia gak seinvidualistis dan gak se-ignorance yang kita kira, tepatnya saya kira.