Silampukau manggung di ke Bandung! Gak mikir lama saya langsung transaksi dan mengamankan satu seat untuk diri saya sendiri. Meski gak tahu akan nonton dengan siapa, ya udah sendirian pun tidak mengapa. Silampukau gitu loh, iraha boa ka Bandung!
Dan hamdalah saya ada teman nonton, yaitu Diannya Warkop Udinwati! Saya gak pernah mengasihani orang-orang yang sendirian saat menonton gigs macam begini, tapi nonton seorang diri emang terasa kayaknya enakan berdua sih, atau bertiga. Sebelum konsernya mulai, agak culang cileung sorangan sih.
Gig Silampukau berlokasi di LO.CO, di bukit dago selatan. Gak usah bahas tempatnya ya, makanan dan sistem pelayanannya bintang satu. Namun tempatnya emang surga buat pecinta konten tiktok dan instagram. Ngerti kan? masa gak ngerti. Hehe.
Open gate sejak pukul 3 sore, saya mendarat di sana sekitar setengah lima. Meja tiket dijaga oleh teteh-teteh bermuka masam nan muram. Baru terlihat senyum dan keramahannya setelah ia kedatangan temannya. Wkwk.
Ohiya, kertas gelang tanda tiket masuknya gak bisa saya jadikan koleksi, desainnya aduh gak banget. Kulihat tiket masuk di kota lain kok cakep-cakep sih bertuliskan 'safari antar kota antar provinsi' dan ada nama Silampukau. Tiket yang di Bandung adanya nama penyelenggara dan gambar yang kayaknya diambil dari mword. Heuheu...yaudahlah.
Sayang aja, saya koleksi tiket-tiket beginian soalnya. Ya udahlah saya koleksi dalam ingatan aja. Hehe
Molor 30 menit dari jadwal Silampukau naik panggung sekitar pukul 7 malam. Panggungnya super mini. Acaranya outdoor, berlatar pemandangan malam kota Bandung.
Udara sejuk khas wilayah perbukitan dago. Eki dan Kharis mulai terlihat di panggung, saya deg-degan. Wah ini dia orang-orang yang sering saya dengar dan tonton aja dari layar hape. Hehe.
Untunglah Dian ngajak saya duduk di deretan terdepan. Jadi saat Kharis minta penonton berdiri aja, kami gak tenggelam di antara cowok-cowok yang posturnya raksasa.
Panggungnya kecil banget jadi Silampukau agak ketutupan penonton lain bila dilihat orang-orang berpostur rata-rata kayak saya. Walo terhalang dua orang di depan, saya bisa enjoy dan jelas nonton Silampukau manggung.
Semua lagu di album Dosa, Kota, dan Kenangan muncul semua. Penonton ikut bernyanyi keras-keras dan hampir melolong. Menjerit-jerit mengeluarkan isi hatinya mungkin. Terutama di lirik-lirik berbunyi kayak gini:
waktu memang jahanam
kota kelewat kejam
dan pekerjaan
menyita harapan
demi tuhan
atau demi setan!
Emang agak susah tidak ikut bernyanyi, sebab semua liriknya mewakili isi hati. Mulai dari kebosanan rutinitas hidup, ditinggal orang yang dicintai, dan kesusahan karena harga miras naik. Hehe.
Gig berlalu terlalu cepat. Satu jam saja durasinya. Usai acara saya ikut antre, orang-orang pada berfoto dengan Eki. Saya pun mau, tapi tidak foto bareng. Saya bawa buku harian saya dan satu bolpen. Mau minta tanda tangan mereka.
Sayang saat itu Kharis entah ke mana, hanya ada Eki. Saat bertatap muka dengannya saya gemetaran banget. Saya minta tanda tangannya, dia tersenyum (tentu saja, default wajahnya begitu) dan bertanya siapa nama saya. BAYANGIN DIA NANYA SIAPA NAMA SAYA!
“Nama saya Nurul, Mas Eki,” jawabku gugup bukan main.
Lalu dia tulis di buku harian saya: halo, Nurul. Dan tandatangan. Dian ikut juga minta tandatangan di halaman buku sebuah novel berjudul Pasar yang ia beli dari saya. Ceritanya kami nonton gig sembari transaksi perbukuan. Wkwkwkwk siapa sangka bisa dapat tandatangan Silampukau di novel Pasar-Kuntowijoyo! Gila keren banget, Dian!
Juga saya senang di halaman novel Pasar tersebut nama dan tulisan tangan saya satu halaman dengan tulisan tangan Silampukau. Novel yang, sebelum konsernya mulai, saya berikan pada Dian.
Haha.
Foto pertama, photo credit Dian Irawati
Foto gignya gak ada, burem nih! heuheu
Post Comment
Post a Comment