Beberapa hari lalu saya menamatkan novel berjudul Gadis Minimarket. Novel ini membuat saya bersyukur dengan diri saya sendiri yang gak mau mencampuri hidup orang lain. Mengapa?
Tokoh utama dalam novel ini namanya Keiko. Hingga usianya 36 tahun dia bekerja di minimarket. Ia tidak berpikir akan bekerja di tempat lain. Tidak mau sih, tepatnya. Keiko juga tidak kepikiran untuk berpacaran, menikah dan bahkan tidak juga ingin berkeluarga.
Menurut orang-orang di sekelilingnya hal tersebut tidaklah normal. Keiko lalu mencoba hidup normal macam adik dan teman-temannya. Tapi jadinya aneh banget. Gimana ya, bayangin aja harus melakukan sesuatu yang gak kita inginkan itu bagaimana rasanya.
Keiko bahkan melamar kerja di tempat lain, sementara di dalam hatinya ia sangat mencintai pekerjaannya sebagai kasir dan wiraniaga di minimarket. Namun kayaknya hidup yang normal itu hidup yang ada pencapaiannya kali yah, sehingga bekerja sebagai wiraniaga di usia 36 tahun terlihat menyedihkan bagi banyak orang. Sementara Keiko yang menjalaninya malah bahagia banget.
Dan pencapaian yang lumrah itu adalah menikah, punya anak, bekerja naik jabatan/status. Keiko tidak menghendaki itu semua dalam hidupnya.
Novel ini tipis aja hanya 159 halaman. Keiko, menurut saya, karakternya cukup 'gering'. Absurd. Walo begitu keabsurdan dia ya untuk dia aja dan gak jadi masalah untuk orang lain. Hidupnya lempeng aja sampai dia harus menjalani kenormalan-kenormalan itu dan masalah bermunculan.
Udah kebayang sih ini mah novel yang isinya protes penulis, Sayaka Murata, terhadap nilai hidup-normal seperti: bekerja di tempat yang layak (?), menikah, punya anak.
Menarik novelnya. Bisa jadi kado buat orang-orang yang sibuk mencampuri hidup orang lain aja.
Saya beli novelnya di toko buku Togamas Supratman.