Nyampe juga ke seri terakhirnya Rapijali. Wah gak sangka bisa baca novelnya Dewi Lestari 3x di tahun yang sama. Hehe.
Udah saya tamatin nih buku terakhir dari trilogi Rapijali. Buku ini terdiri dari 745 halaman. Edan tebel pisan beda tipis sama novel Musashi.
Dalam Rapijali kutemukan bahwa Buto dan Inggil adalah dua karakter komedi paling seru. Saya suka keduanya. Plot yang bertumpuk dan konflik yang terasa berat jadi agak ringan karena Inggil.
Ada juga yang namanya Sobariansyah, walo muncul sebentar tapi berkesan. Memang Dewi Lestari itu lihai banget menambah karakter baru yang numpang lewat dan mudah diingat.
Interaksi berbahasa sunda antara Ping dan Oding juga selalu saya tunggu-tunggu dalam Rapijali. Sebab lucu amaaat ya ampun! Beungeut Khong Guan itu loh disebut-sebut dalam novelnya.
Biasanya juga dalam novelnya Dewi Lestari pasti ada tempat yang jadi latar cerita. Gak cuma kampung, tapi juga kota. Di Rapijali ke-3 ini gak kerasa mendalam latarnya. Ada Jakarta, Lombok dan Sungai Kampar tapi yah selewat aja. Batu Karas Pangandaran udah puguh dari seri pertama juga ada.
Yah begitulah. Kalo pernah baca Perahu Kertas nah mirip begitu konflik ceritanya novel Rapijali. Saya lebih menyukai Aroma Karsa dan Supernova. Walo demikian semua seri Rapijali saya baca dan terhibur karenanya meski kupikir membuat trilogi dengan dasar cerita Ping dan Rakai agaknya berlebihan.
Tapi tolong ini bukan berarti saya tidak menyukai Rapijali. Gitu aja. Salam Kuah Lodeh! 😌
Post Comment
Post a Comment