Dahulu di bangku sekolah kita pernah belajar aksara nusantara, benar tidak? Sewaktu SMP saya memperoleh pelajaran aksara jawa. Hanya satu caturwulan dan proses belajarnya juga tidak intens.
Sayang pembelajaran aksara ini hanya formalitas kurikulum pendidikan saja. Pada akhirnya tentu saya lupa bagaimana menulis dan membaca dalam aksara jawa. Dalam keseharian pun kita tidak menggunakan aksara tersebut. Demikianlah budaya lokal tenggelam dalam hidup kita sehari-hari. Kamu juga mungkin mengalami hal yang sama denganku.
Bila diperhatikan, upaya digitalisasi aksara nusantara bukanlah hal yang baru. Meski segelintir saja orang yang mau mengusahakannya, tekad untuk menerapkan aksara nusantara ke berbagai perangkat gawai masih terus dilakukan.
Nah baru saja beberapa hari lalu saya menyaksikan instagram live dari sebuah akun bernama @merajut_indonesia. Judul IG livenya adalah Perjalanan Digitalisasi Aksara Nusantara dengan dua narasumber: Ratih Ayu (Divisi Pengembangan Usaha dan Kerja Sama PANDI) dan Ilham Nurwansyah (pegiat Aksara Digital).
Karena IG live tersebut pula saya mengetuk web di tautan di bio @merajut_indonesia.
Merajut Indonesia menampilkan upaya digitalisasi aksara nusantara sejak tahun 2020 yang dibentuk oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia). Program digitalisasi tersebut disingkat menjadi MIMDAN (Merajut Indonesia Digitalisasi Aksara Nusantara).
Dipikir-pikir yah kapan sih kita gak pake smartphone dan laptop? Smartphone saja kita gunakan tiap hari.
Perangkat elektronik sudah jadi bagian hidup kita sehari-hari. Maka sudah saatnya (atau harusnya dari dulu :D) aksara nusantara mudah digunakan di platform smartphone dan windows, paling tidak . Bayangkan mengetik status di media sosial dengan aksara nusantara. Hehe.
MERAJUT INDONESIA - DIGITALISASI AKSARA NUSANTARA
Program Merajut Indonesia melalui digitalisasi aksara nusantara (MIMDAN) bersentuhan dengan hal-hal yang sifatnya digital. Misalnya: aplikasi web, aplikasi smartphone, basis data, pengarsipan digital, dan semacamnya.
Oleh karena itu kegiatan yang MIMDAN terus menerus lakukan adalah pengumpulan referensi aksara nusantara, pembuatan dan pengumpulan font, standarisasi aksara, pendaftaran aksara ke UNICODE, implementasi aksara dalam berbagai perangkat elektronik, dan masih banyak lagi.
Jadi digitalisasi aksara nusantara ini tujuannya gak hanya memindahkan font manual ke bentuk elektronik, tapi tujuan panjangnya justru lebih penting. Salah satu tujuannya adalah mengalihaksarakan sumber literasi aksara nusantara ke bahasa latin.
Contoh nih mau scan buku lebih mudah, kebayang gak ilmu pengetahuan dan pencatatan sejarah yang ada di kitab-kitab lama. Dengan bantuan digitalisasi aksara nusantara, proses pengalihaksara tersebut dapat dilakukan dengan efisien. Pengembangan ilmu pengetahuan bisa mengakar ke berbagai bidang.
Jadi nantinya aksara nusantara relevan dengan masa kini dan menjadi rujukan untuk digunakan peneliti dan akademisi.
Lebih dari itu, MIMDAN berupaya agar penggunaan aksara nusantara menjadi lebih popular. Dengan demikian usaha pelestarian budaya gak hanya sekadar jargon dan wacana.
Pengajuan Standarisasi Aksara Nusantara oleh PANDI – PENGELOLA NAMA DOMAIN INTERNET INDONESIA
PANDI adalah organisasi yang menginisasi pengawalan proses digitalisasi aksara nusantara ini. Prosesnya cukup Panjang, seperti mengajukan SNI (standar Nasional Indonesia) aksara nusantara kepada BSN (Badan Standarisasi Nasional). Nantianya standar tersebut menjadi acuan bagi produsen papan ketik komputer dan pengembang font.
Pengumpulan datanya juga tidak mudah. PANDI melalui program Merajut Indonesia (MIMDAN) bekerjasama dengan pemerintah lokal, pegiat budaya, akademisi, dan komunitas. Salah satu upayanya melalui kolaborasi seperti Kongres Aksara Jawa, Sunda, dan Bali. Hasil kongresnya menjadi bahan catatan dalam proposal yang diajukan ke Badan Standarisasi Nasional.
Ratih Ayu yang juga merupakan tim konsep Merajut Indonesia menjelaskan bahwa saat ini kegiatan digitalisasi aksara nusantara oleh PANDI juga didukung UNESCO. “BSN dan Unesco sudah setahun ini mendukung program Merajut Indonesia dengan memberikan speech di setiap program yang berjalan,” ujarnya.
Saat ini ada tujuh aksara nusantara yang bias diakses melalui platform digital:
Aksara Jawa
Aksara Sunda
Aksara Bali
Aksara Batak
Aksara Bugis
Aksara Rejang
Aksara Makassar
Tujuan standarisasi ini untuk menyeragamkan bentuk di berbagai platform digital. Ilham Nurwansyah selaku peneliti naskah kuno dan pengajar filolog di UIN Jakarta mengatakan bahwa aksara jawa, sunda, dan bali sudah dapat diakses melalui android. “Namun masih ada beberapa kekeliruan dalam tata tulisnya,” kata Ilham. Menurutnya kaidah penulisan aksara dalam platform digital perlu dibuat standarisasi dari segi font (tampilan kombinasi posisi aksara, rasio ukuran aksara).
Karenanya langkah yang diambil untuk standarisasi proses tersebut juga termasuk penyusunan tata letak papan tombol.
Dalam proses berbulan-bulan dari satu rapat ke rapat lainnya, proses mediasi, pengajuan, dan sebagainya, saat ini terdapat Surat Penetapan SNI untuk digitalisasi aksara nusantara yang dikeluarkan pada 30 November 2021.
SNI no. 9047 :2021 Fon Aksara Nusantara ditetapkan di Jakarta tanggal 30 November 2021 oleh Kepala Badan Standarisasi Nasional Indonesia: Kukuh S Achmad
SNI no. 9048 :2021 Tata Letak Papan Tombol Aksara Nusantara ditetapkan di Jakarta tanggal 30 November 2021 oleh Kepala Badan Standarisasi Nasional Indonesia: Kukuh S Achmad
Upaya yang panjang dan berbelit. Kebayang bila mengerjakannya sendiri pasti kesusahan bukan main. Namun Merajut Indonesia melakukannya Bersama-sama, merangkul pemerintah hingga komunitas. Semoga nantinya gak hanya tujuh aksara lokal yang dapat diakses di perangkat digital.
Negara seluas dan beragam suku seperti kita kebayang gak sih aksara nusantara ada berapa banyak, pasti lebih dari tujuh, dan tentu saja tidak sedikit.
Lebih banyak dan detail tentang digitalisasi aksara nusantara dapat dibaca di merajutindonesia.id.