Social Media

Image Slider

Melihat Braga Dari Akarnya Bersama Patjarmerah dan Braga Heritage

27 December 2022

Braga di Bandung, siapa yang tidak tahu. Braga bisa disebut sebagai jantungnya sejarah kolonial kota kembang. 

Saya mengikuti tur jalan kaki berjudul Telusur Gang Braga. Seorang warga lokal memandu kami, Farida namanya. Ia menuntun kami berseluncur ke dalam gang-gang, melihat rupa Braga dari dalam akarnya selama tiga jam pada hari sabtu (10/12/2022).

 

patjarmerah di braga bandung

Telusur Gang Braga bersama Braga Heritage merupakan acara kolaborasi dengan festival literasi keliling Patjarmerah dalam rangka sesi #JelajahPatjar. Para peserta secara acak mendapat satu buku tentang Bandung sebelum tur mulai.

Farida bercerita mula-mulanya di zaman kolonial ada empat orang saudagar kaya raya menguasai kepemilikan tanah di Braga: Alkateri, Asep Berlian, Apandi, dan Yiep Ging. “Apandi pelukis terkenal itu bukan, Teh?” tanyaku lugu dan bodoh.  

Saya masih yakin Apandi yang dimaksud adalah pelukis tersohor. Namun kepikiran juga apa iya dari penjualan lukisan bisa beli tanah banyak banget. Farida tersenyum usil, ia menyimpan rahasia perihal Apandi sampai kami berada di depan Hotel Kedaton.

Di depan pelataran parkir Bank Jabar tempat kami berkumpul, Farida bercerita bahwa wilayah Braga terbagi dua: braga pendek dan braga panjang. “Braga pendek itu kira-kira dari Bank Jabar sampai Museum Konferensi Asia Afrika. Braga panjang meliputi Gedung berita Antara sampai Bank Indonesia,” katanya.

Di belakang braga panjang terdapat pemukiman warga yang padat dan berdesak-desakan dalam gang. Jumlah rukun warganya ada delapan. Farida bermukim di RW 03.  

Braga yang kutengok dalam gang tidak jauh berbeda dengan gang-gang sempit di jantung kota dan kabupaten Bandung: rumah menempel saling berhimpitan, ibu-ibu bercengkrama di depan rumah, sampah berceceran, dan banyak bangunan menyerupai kos-kosan/kontrakan. Bedanya ya tentu saja bobot sejarah si Braga. 


gang braga bandung


Rumah besar dan kecil berdempetan. Ada RW-RW yang terlihat bersih segar nan hijau, banyak tanaman hias. Ada pula yang terlihat kotor dan tidak terurus. Kupikir selain bobot sejarahnya, gang-gang di Braga ini menarik juga penampilannya karena perbedaan mencolok antar rukun warga tersebut.

“Warga di Braga kebanyakan pendatang. Profesinya mayoritas pedagang kecil makanya banyak warung di sepanjang gang,” Farida melanjutkan “tukang bengkel ada, pegawai toko juga ada. Kalo pegawai negeri kayaknya jumlahnya hitungan jari deh.”

Persis di belakang  Braga City Walk, bangunan tinggi menjulang sangat kontras dengan suasana di titik saya berdiri, terdapat puing-puing bangunan yang sudah rata. Warga menggunakan lahan tersebut untuk berkumpul bercengkrama dan parkir motor. Anak-anak memanfaatkan lahannya untuk bermain. Di sana pula Farida menyuguhi kami surabi Surga, Surabi Braga, buatan Teh Nur yang warungnya berada di lokasi kami berkumpul. Kupilih surabi oncom tentu saja.

Sebuah tips: bila kamu berhadapan dengan surabi Bandung, maka pilihlah pertama-tama surabi oncom, pilihan keduanya surabi kinca.

Sambil mengunyah surabi kami mencerna juga cerita Farida seputar sengketa lahan di Braga. Namun detail cerita ini harus saya sensor. Farida dan Braga Heritage secara berkala mengadakan tur berjalan kaki gang braga. Kamu follow saja akun instagramnya dan pantau informasinya di sana. 

 

telusur gang braga bandung


Farida menuturkan dahulu komunitas di Braga terbentuk dari kalangan pendatang. Salah satunya adalah sopir-sopir delman dan pedati. Di masa lalu Braga yang berdekatan dengan Banceuy pernah menjadi istal kuda. Tempat peristirahatan kuda, kerbau, dan kusirnya itu dekat dengan pos pemeriksaan dan bagian dari rangkaian Jalan Raya Pos yang termashyur di zaman kolonial.

Masa istirahat para pengendara kuda, delman, dan pedati ini bisa memakan waktu lebih dari sehari. “Waktu istirahat itu mereka menetap di Braga, mungkin cinta lokasi dengan warga di sini, dan beranak pinak,” katanya lagi.

Begitu pun yang terjadi hari ini. Komposisi pendatang di Braga jumlahnya lebih banyak ketimbang warga lamanya. “Makanya masalah yang ada di sini kompleks banget,” kata Farida yang menetap di Braga sejak usia kecil.

Farida dan keluarganya telah mendiami Braga sejak puluhan tahun lalu. “Ibu saya sendiri lahirnya di sini tahun 1950an,” katanya lagi. Saking komunal dan bertumpuknya pemukiman di lingkungan ini fasilitas MCK umum masih tersedia. 

“Kalo kondisi air bersih di sini gimana, Teh?” tanyaku. Farida bercerita fasilitas air bersih di gang-gang braga disediakan oleh PDAM, tapi warga menampung airnya di jam-jam tertentu saja dan tidak semua RW mendapatkan fasilitas tersebut. Air ledeng baru menyala pukul 5 sore sampai 5 subuh.

Mojang Bandung yang profesinya mengajar ini memberitahu kami bahwa hotel-hotel dan kafe yang berada di Braga membeli air bersih dari wilayah lain. Warga dari RW 06 di Kejaksaan juga melakukan hal yang sama, yakni membeli air bersih ke produsen air kecil berwadah jirigen. 

 

braga heritage bandung


Memang paling menarik berjalan dengan pemandu lokal, dia membawa kami ke akar-akar Braga yang tidak terlihat dari jalanan. Kami masuk terowongan, halaman belakang rumah warga, dan sisi sungai Cikapundung. Farida juga memberitahu kami informasi faktual. Cerita tentang sejarahnya adalah hal yang perlu diketahui, kisah warga sehari-harinya merupakan hal lain yang menjadi penghubung antara masa lalu dan hari ini, imho.

Selain mengajar, dalam kesehariannya Farida mengelola sebuah rumah baca bernama Rumah Baca Kreatif Braga. “Di tahun 2019 untuk keberlangsungan program rumah baca kami coba buat tur jalan kaki. Pemandunya anak-anak karang taruna yang udah kami latih,” Farida cerita panjang lebar tentang asal muasal Braga Heritage.

Farida pernah terlibat kegiatan di Museum Konferensi Asia Afrika bernama Sahabat Museum Konferensi Asia Afrika (MKAA). Ia berkecimpung dalam anak klab edukator SMKAA. “Saya belajar memandu dari museum KAA, terus saya coba bagikan ilmunya ke anak-anak karang taruna di Braga sini,” ungkapnya lagi. Braga Heritage kini menyediakan tur reguler bernama Ngabaraga.

Pendiri Braga Heritage ini mengaku tidaklah mudah membina warga tertarik ke dunia sejarah. Bilapun ada kebanyakan mereka bersikap pemalu saat harus berbicara di depan orang lain. “Mendobrak malu-malu kucingnya warga ini yang sulit,” katanya. 

 

telusur gang braga bandung
Farida, Braga Heritage


Warga Braga sendiri menyambut peserta tur jalan kaki dengan ramah. Menurut Farida mereka sudah terbiasa kedatangan warga asing. “Cuma masih harus belajar “bersih”, “ungkapnya sambil terkekeh. Saya lupa menanyakan bersih-tanda-kutip yang dimaksudnya apa.

Permasalahan lain di Braga adalah tidak ada sinergi antara pelaku bisnis di jalan besar dan warga di perkampungan belakang jalan. Menurut Farida masalah ini adanya karena kurang komunikasi, "kurang ngobrol," katanya lagi. 


Menghuni pemukiman Braga, Farida punya keinginan melongok dapurnya restoran kuno di Braga bernama Sumber Hidangan.

Sekalian saya kutanya iseng, selama tinggal di Braga yang banyak kafe dan hotelnya, ada gak tempat yang pengen teteh lihat dan kunjungi? 


Secara mengejutkan si teteh manis ini menjawab antusias: Nyonya Manis! “Kabita pengen masuk ke dalamnya, Nyonya Manis kalau siang jualan dimsum, kalau malam berubah jadi klab malam!” katanya sumringah.

Tak kusangka. Haha. Langsung saya search itu Nyonya Manis di Instagram dan kufallaawwww!

Ohiya teka-teki Apandi itu akhirnya diceritakan Farida saat kami berada di depan lokasi bekas rumah keluarga Apandi. Terbukti memang pertanyaan saya ada bodohnya.

Demikian sepotong cerita dari tur jalan kaki menengok Braga dari dalam akarnya. Betulan sepotong saja karena Farida tidak membawa kami ke ruang-ruang bawah tanah Braga. Durasi tur ada batasnya. 


Kurasa Braga memang panjang dan beragam kisahnya. Hari itu yang kutengok cuma sepotong akarnya saja.

Luntang-Lantung di Kroya

06 December 2022

Tepatnya sih terluntang-lantung di sekitar stasiun kereta api Kroya. Saya, Indra, dan Kubil transit di sini sekitar empat jam sampai kereta api yang membawa kami ke Bandung tiba. 

 



Jadi kalo mau pergi ke atau dari Cilacap menuju Bandung menumpang kereta api mau gak mau akan transit di Stasiun Kroya. Habis itu lanjut naik mobil (sewa/online) ataukah menunggu kereta yang berangkat ke Cilacap. Saya sih nunggu kereta aja.

Kupikir daripada bengong dan ngecekin hape melulu bagaimana kalo lihat suasana sekitar stasiun. Dan pergilah kami berjalan kaki tanpa arah dan tujuan.

Hasilnya adalah kepanasan dan tertawa bareng-bareng. Sebab bingung sendiri ini kita ngapain ya di sini. Hehe.

Tentu saja kami browsing dulu dan cari tahu ada apa sih yang menarik di Kroya. Hampir semua artikel merekomendasikan wilayah pantai. Sayang terlalu jauh. Ya sudah kami berpegangan pada googlemap saja.

Alun-Alun Kroya jadi tujuan, menurut saya bisa jadi ada generator aktivitas warga di sana. Memang ada: kantor kecamatan dan kantor samsat. Wkwkwkwk.

Lain-lainnya begitu saja, seperti sedang berada di Majalaya sih rasanya. Tidak banyak yang bisa dilihat selain pertokoan usang dan pasar yang hangus karena kebakaran tahun 2021.

Karena kepanasan kami ngadem di toko roti O. Lalu masuk angin karena kena kipas angin terlalu lama wkwkwkwk parah.

Ya sudah kami menyerah dan memutuskan kembali ke stasiun. Di warteg saya beli makan siang dulu, lumayan ngirit daripada beli di kereta api harganya mahal banget deh. 

 

 

 


 

Kami berjalan kaki menuju stasiun, seorang tukang becak gigih menawari kami jasanya. Kutolak berkali-kali dan ia pun berhenti menawarkan becaknya setelah berkata pada kami “oh mau olahraga ya,” wajahnya kecewa dan kalimatnya bernada sarkas. Kami hanya tertawa saja setelah mamang becak menjauh. Sesungguhnya yang terjadi adalah benar, kami memang seperti sedang berolahraga jalan kaki!

Ohiya kami menitipkan tas di toko sebelah stasiun. Rupanya ada tempat penitipan motor di sana, mungkin yang nitip motor adalah warga lokal yang kerjanya di kota sebelah ya. Saat kami mengambil tas dan hendak membayar, pemilik toko menolak. “Gak usah,” katanya dengan muka datar.

Ya sudah saya beli makanan saja di toko tersebut. Itung-itung ucapan terima kasih. Lumayan kan nitipin tiga ransel. Saya harap saya kembali lagi transit ke Kroya, karena saya harap saya kembali lagi ke Cilacap. Aminkan, Wankawan!

Tidak Ada Macet di Cilacap

02 December 2022

Dari Yogyakarta saya tidak langsung kembali ke Bandung. Namun bersambang ke kota kecil yang jaraknya tiga jam dari kota Jogja, menumpang kereta api Joglosemar. Ongkosnya Rp75.000. Di kota kecil itulah terdapat kilang minyak Pertamina terbesar se-Indonesia, di Cilacap. 

 

jalan-jalan ke cilacap


Indra dan Kubil sudah duluan berada di sana. Sore-sore kereta api sampai di Stasiun Cilacap, Indra menjemputku dan langsung mengajakku keliling Alun-Alun. “Kotanya sepi banget, jalannya lebar-lebar, mulus, dan kosong!” katanya semangat.

Begitulah memang warga metropolis di kota kecil, kami memperhatikan kondisi jalanan. Bagaimana lagi sehari-hari yang kami lihat adalah kemacetan jahanam, trafik yang ruwet di Bandung. Di Cilacap semuanya terasa leluasa dan lega. Rasa-rasanya damai. Tidak ada cerita jemput anak pulang sekolah berangkatnya satu jam lebih awal supaya tidak kena macet. Tidak ada kemacetan di Cilacap.

Tiga hari dua malam di sini gak terlalu banyak kegiatan jalan-jalan yang kami lakukan. Makan dan bermotor keliling kota saja. Santai sesantai-santainya.

Highlight dari jalan-jalannya adalah menyusuri jalanan yang bersebelahan dengan Samudera Hindia. Wah kulihat ombaknya bergulung-gulung besar. Berbeda dengan ombak kalem nan tenang yang kulihat di pantai Tirtamaya, Indramayu. 

 

makan ikan bakar di teluk penyu


Kami menyambangi pantai sebanyak dua kali. Hari pertama ke Pantai Teluk Penyu. Di sana kami lihat pantai sebentar dan makan siang. Menunya ikan bakar, kupilih bawal hitam saja.

Rasa makanannya enak-enak. Namun hintnya ada pada rasa kecap, lezat sekali kecapnya! ada rasa manis dan gurih sekaligus, manisnya lebih kuat. Kutanya ibu pemilik warung makan, apa nama kecapnya. “Kecap Cap Kuntul,” jawabnya.

Sewaktu saya menyantap mie ayam di malam hari, di warung mie ayam yang kami pilih acak saja, kecap cap kuntul ada juga di sana.

Keesokan harinya kami meluncur lagi menyusuri jalanan tepi pantai. Kira-kira tiga jam saja bermotor mengelilingi kota dan pantai yang menjadi batas jawa tengah dan jawa barat ini.

 

jalan-jalan di cilacap


Bahkan gak sengaja saya lihat layang-layang naga. Ada sekitar tujuh orang yang memegang tali. Layang-layang dilempar ke udara dan wuzzzz terbawa angin kencang ala samudera. Ketujuh pria memegang tali kuat-kuat dan mengikatnya ke batang pohon.

Kami gak merencanakan kegiatan khusus di sini. Acak saja, kebanyakan tempat kami datangi karena ingin makan saja. Seperti yang terjadi di hari minggu pagi. Niatnya mau berjalan kaki ke arah Alun-Alun. Tahunya ada pasar kaget meriah di depan hotel kami menginap.

Ya sudah! Kami jajan saja di pasar kagetnya. Kami bertiga jajan makanan: cumi bakar, martabak ayam (enak banget), mencoba bakery buatan warga Cilacap (yang lezat!), menyantap kembang tahu bertopping bubur kacang tanah (unik yha!).

Sekilas dalam tiga hari melihat Cilacap memanglah gak cukup. Sebagai turis boleh kusebut kota ini menenangkan. Meskipun kotanya kota industri -ada Pertamina, Antam, PLTU, dan Semen Cibinong- tapi entah mengapa sepi-sepi saja.  

 

jalan-jalan di cilacap

 bangunan tua cilacap

 

Hawanya saja yang panas khas kota tepi laut. Lumayan membuat senewen buat orang Bandung yang terbiasa hawanya sejuk. Meski begitu saya gak akan menolak bila ada kesempatan kembali lagi ke Cilacap.

Oh ya kami menginap di hotel NS, dekat sekali dengan Alun-Alun dan bersebelahan dengan toko kue legendaris, Gayawati. Ada deh kayaknya saya jajan ke toko Gayawati empat kali. Hehe. Di malam hari di toko tersebut ada wedang ronde. Semangkok Rp15.000, harganya mirip harga-harga di Bandung.

Dari penginapan kami berjalan kaki sampai stasiun kereta api. Dekat banget! Kota yang menyenangkan. Kuharap kita bertemu lagi, Cilacap.

Makan Bakmoy di Kedai Rukun

24 November 2022

Waktu kapan itu saya baca buku judulnya Jogja Bawah Tanah, ada satu artikel tentang Kedai Rukun berjudul Cita-Cita Bapak, Resep Ibu, dan Janji Anak. Ibunya jago meracik masakan. Almarhum ayahnya mengajak buka kedai. Si anak inilah, bernama Muhammad Bagus Panutun, yang membuat Kedai Rukun.

Karena membaca artikel tersebut saya ancang-ancang akan mampir ke Rukun (begitu orang Jogja menyebutnya) kalo sedang berada di Jogjakarta. 

 

kedai rukun jogja


Hamdalah nyampe juga saya di Rukun. Kupesan Bakmoy dan segelas teh di sana. Menurut artikelnya, Bakmoy dan Brongkos merupakan dua menu yang pertama hadir, buatan ibunya Bagus. Dan Bakmoy favorit almarhum ayahnya.

Bakmoy adalah makanan berkuah. Ada potongan tahu, daging ayam, dan telor pindang dalam kuah kaldu. Nasinya tenggelam di dalam kuah.

Sebelum wafat, si ayah mengatakan pada Bagus, bagaimana kalau ia keluar saja dari tempatnya bekerja dan menyarankannya membuat kedai sendiri. Meski gak banyak ayahnya juga memberi sejumlah uang untuk mewujudkan cita-cita kedai tersebut.

Bila kedainya tutup, ibunya Bagus bakal protes karena ibu kepingin ada kegiatan, kegiatan masak dan ngurusin pelanggan itulah sekarang yang dikerjakan ibunya. 

 

bakmoy kedai rukun


Begitulah ceritanya mengapa saya datang ke Rukun dan memilih menu Bakmoy. Gara-gara baca buku itu. 


Saat saya bersambang ke Rukun, saya baru saja selesai mengikuti tur di Taru Martani. Kedua kakiku capek, badan capek, dan inginnya langsung ke penginapan saja. Namun Kang Farhan dari Cerita Bandung meyakinkan saya agar mampir dulu ke Rukun. Iya, saya bertemu Kang Farhan di turnya Alon Mlampah - Taru Martani padahal gak janjian. 


Wah syukurlah saya mengikuti sarannya. Hehe. Suapan pertama bakmoy terasa merontokkan rasa capeknya. Hangat kuahnya itu loh. Belon lagi seporsi bikin waregregreg!

Google aja Kedai Rukun lokasinya di mana. Selama di Jogja saya ke sana ke sini pake gojek aja, arah lokasinya gak tau-tau acan.

Artikel yang bagus tentang Kedai Rukun  itu dapat kalian baca pada buku berjudul Jogja Bawah Tanah. Beli saja di Tokopedia, nih saya cantumkan linknya: beli di sini.


buku jogja bawah tanah
kedai rukun jogja

kedai rukun jogja

kedai rukun jogja

Cerita Dari Taru Martani, Pabrik Cerutu Satu Abad di Jogjakarta

23 November 2022

Main ke Jogjakarta tujuan utamaku ikutan tur yang dirancang operator bernama Alon Mlampah. Tur jalan kaki ini berlokasi di sebuah pabrik cerutu berusia 104 tahun. Taru Martani namanya, artinya daun yang menghidupi. The leaf of life. 

 

taru martani pabrik cerutu jogja


Tur berlangsung pukul 1 siang (18/11/2022). Hari itu Jogja adem banget. Tiga hari dua malam di Jogja cuacanya teduh. Beruntung sekali rasanya hehe. 


Taru Martani mulanya ada di zaman kolonial, pengusaha Belanda yang mendirikannya. Di zaman revolusi kepemilikan pabrik dipegang Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Kini Taru Martani adalah perusahaan daerah.  


Taru Martani artinya the leaf of life. Daun yang menghidupi. Agak ironis dengan tembakau yang dianggap mematikan paru-paru, sebetulnya sih. Namun namanya hidup selalu ada paradoks. Hehe. Dan postingan ini tidak sedang menghakimi tembakau dan penggemarnya yha.


Daun yang menghidupi adalah nama pemberian Sultan Hamengkubuwono IX. Menghidupi di sini ditujukan pada pegawai-pegawai dan orang yang terlibat dalam ekosistem pabrik cerutu tersebut.

Pak Adam memandu kami, katanya boleh masuk pabrik dengan syarat: gak boleh rekam video. "Nah kalau foto boleh," ucap kepala produksi Taru Martani itu. 

 

 taru martani pabrik cerutu jogja


Gak banyak sambutan bertele-tele ala pegawai pemerintah. Ia menuntun kami berjalan, lewati koridor panjang menuju ruang produksi yang pertama. Semacam wall of fame di dinding koridor ada foto-foto tokoh nasional dan dunia yang pernah datang ke Taru Martani. 


Terus tahu gak, ada Che Guevara dong. Wah mengapa bagian Che dilewatkan. Bagaimana ceritanya ia bisa berkunjung ke Taru Martani. Cerutu apa yang ia sukai. Terlebih lagi, ngapain dia ke Jogja?

Apakah saya melewatkan cerita tentang cerutu Taru Martani dan Che ini ataukah memang gak diceritakan oleh Pak Adam ya. Ah ya sudahlah. 


Kami lihat produksi di ruang bagian daun pembungkus cerutu. Di sini daun tembakaunya difermentasi. Produksi tahap kedua ada pembuatan kepompong cerutu. 


Tahap ketiga ada proses melinting. Terakhir tahap produksinya adalah pengemasan.


Usai dikemas cerutu gak langsung dijual tapi masuk ruang penyimpanan. "Ada proses drying, freezing, dan relaxing selama 35 hari,"  Pak Adam melanjutkan "kalau sudah melewati tahap itu cerutu sudah siap jual." 


Ribet prosesnya. Ditambah cerutu itu murni tembakau. Menurut Pak Adam, dalam satu cerutu ada 5-7 jenis tembakau. Daun tembakau diambil dari Jember, Situbondo, Labalangka, Lombok. Nampaknya lokasi itulah penghasil tembakau unggul sih.


Cerutu Taru Martani kualitasnya ekspor. Standarnya internasional. Pak Adam yang bekerja di sini sejak tahun 1997 cerita kalo resep racikan cerutu di sini basednya holland taste alias seleranya wong eropa. Pasar ekspor terbesarnya Jerman. Ada juga Rumania, Swis, Lebanon, dan lain-lain. 


Baru kutahu juga ukuran cerutu beragam. Ada yg besar, kecil, atau beda bentuk. Pak Adam bilang best sellernya Taru Martani adalah Robusto. 

 

 taru martani pabrik cerutu jogja


Masa kejayaan Taru Martani sudah lewat. Yaitu tahun 1990-1998. Habis itu penjualan menurun. Kini produksi Taru Martani 40.000 batang/hari utk pasar ekspor dan lokal. Pegawainya sekitar 230an.


Pada masa kejayaannya, pegawai Taru Martani ada ribuan. Tahun 1990-1998 era keemasannya.


Bisa dibilang Taru Martani terdampak kampanye antirokok. Apalagi di Eropa tahun 1960 ada larangan merokok di ruang publik. 


Menurutku pun cerutu bukan produk massal ala rokok sih. Harganya mahal, produknya juga murni tembakau. Orang-orang tertentu aja yang bisa menghisap cerutu: orang dengan kekuasaan atau orang dengan banyak uang. Atau yah cerutu memang rokok orang-orang kolonial sih. 


Namun namanya juga perubahan zaman. Cerutu yang murni tembakau ini sekarang dibuat versi murahnya. Taru Martani pun memproduksi cerutu macam itu. 


Fakta menarik lain diceritakan Pak Yuda, anak buahnya Pak Adam. Selama pandemi penjualan cerutu dan tis meningkat (tis = tingwe, rokok kretek dengan saus). 


"Orang-orang diem di rumah aja mungkin jadi gak banyak kegiatan, akhirnya nyoba ke cerutu dan tingwe,". 


"Atau kesepian kali ya, Pak?" tanyaku. Pak Yuda ketawa. Che Guevara pernah bilang sih, ‘mengisap cerutu di kala senggang ialah sobat sejati bagi pejuang yang kesepian’. Pejuang yg Che maksud pejuang revolusi sih, tapi ya bisa disambungin mungkin, pejuang pandemi. Hehe.

 

taru martani pabrik cerutu jogja


Di belakang pabrik ada bangunan bekas kapel, tempat ibadah umat kristen. Kita tahu prinsipnya penjelajah kolonial adalah 3G: glory, gold, dan gospel. Nah Taru Martani juga dirancang demikian. Misi penyebaran kristen katolik juga terjadi di pabrik ini. Sekarang kapelnya berfungsi jadi ruang loker pegawai Taru Martani. 


Di depan kapel ini pula turnya berakhir. Alon Mlampah memberi kami suvenir ala Taru Martani.


Bila ingin membeli produk Taru Martani bisa datang ke pabriknya. Ada koperasi di sana dan bisa beli eceran.  Kalo beli online bisa buka Tokopedianya instagram @tarumartani1918coffee, klik saja link di bio akun tersebut. 


Begitulah sekilas cerita dari Turnya Taru Martani. Detail-detail tahun, nama, kronologis cerita silakan diketahui saja langsung dengan mengikuti turnya Alon Mlampah.


Jogja seru amat walking tournya! Matur nuwun, Alon Mlampah! Saya harus nabung agak banyakan nih biar bisa sering-sering ke Jogja sih ikutan tur jalan kaki di sana. Hehe.



taru martani pabrik cerutu jogja

taru martani pabrik cerutu jogja

taru martani pabrik cerutu jogja


Photo courtesy: Ulu

Sabondoroyot Main ke Keuken Bandung

10 October 2022

Keuken ada lagi dan kami sekeluarga janjian main ke sana! Ibu, adik, sepupu. Gak ngerti mengapa kalo ada event kuliner di tengah kota Bandung kami sekeluarga sangatlah cekatan. Mudah dikontak dan cepat konfirmasi saat ditanya “jadi gak?”. Sebab biasanya chat diread doang & replynya dua hari kemudian.

 

keuken bandung

Sedikit info bagi yang belum tahu, Keuken adalah festival kuliner penuh gaya di Bandung. Acaranya setahun sekali. Lokasinya selalu berpindah-pindah. Prinsipnya kota adalah playground sehingga mereka menggunakan ruang publik yang berbeda-beda tiap tahunnya sebagai venue. Acaranya hanya sattu hari.

Kusebut sebagai festival kuliner penuh gaya karena emang makanannya gaya-gaya, ngota, dan pengunjungnya pun garaya alias cakep-cakep. Kalo kami sekeluarga cakep selera makannya sudah pasti. Namun secara look sih entahlah hauhauhau.

Di mana lagi festival kuliner yang ada musik disko ajeb-ajeb jam sembilan pagi. Malamnya? ya tambah meriah. Makanan, musik, gaya hidup yang urban banget tumplek tumbleg di sini. 

 

Cuma itu gimana ya festival kayak gini kan menghasilkan sampah yang buanyak...

 

keuken bandung


Keuken pasca pandemi berlangsung 27 Agustus 2022 tajuknya Keuken Sunday Funday. Berlokasi di Kiara Artha Park, Kiaracondong. 

 

Saya datang pukul delapan pagi. Bila main ke Keuken prinsipku adalah datang pagi hari. Saat ticket box belum buka, waktu jalanan kota masih lengang, dan jam makan belum berkuasa.

Saya dan para sepupu berjalan kaki ke lokasi Keuken 2022 di Kiara Artha Park dari Masjid PUSDAI di Jl. Diponegoro. Gak jauh ternyata. Malah agak kaget kok udah nyampe lagi, makasih nih sepupuku aa tasdik yang survey rute jalan kaki tercepat. Hehe.

Dia pula yang bawa samak (tikar/picnic mat). Alhasil meski panitia menyediakan meja bangku untuk pengunjung, kami duduk lesehan di bawah pepohonan beralas samak. Nikmatnya! 

 

keuken bandung

Pagi itu tenan-tenan udah pada buka. Mantep gesit-gesit yang dagangnya. Ada booth khusus minuman tropiis: cold pressed juice semangka, nanas, jeruk. Menurutku yang paling edan adalah jus lemon. Enak banget segarnya nagih banget mana Bandung hari minggu ini panasnya rada jahanam.  

 

Saya, Ibu, adik-adik, dan para sepupu duduk bersama dan berbagi makanan. Udah kayak botram aja. Apalagi ada adik-adikku yang tukang trakteerrrr! Hehe. 

Tenan yang saya highlight karena makanannya enak:
GIGA
Sate Djempol
Gabriel Braga


keuken bandung

keuken bandung

Sejauh ini Keuken selalu sih berhasil kurasi makanannya. Ataukah Bandung aja yang selalu always makanannya enak-enak mau itu makanan lokal kayak lotek ataukah makanan impor kayak Vietnam ala-ala bahn mi bahkan fusionnya pun sedap!

Bandung dan tangan-tangan peracik masakannya emang, jago banget! 


Keuken di tahun-tahun sebelumnya yang pernah saya datangi pernah saya tuliskan acaranya, search aja di blog pake kata kunci: keuken. 



Walking Tour di Hotel Savoy Homann Bersama Cerita Bandung

02 October 2022

Hari minggu sore di kota Bandung biasanya saya habiskan di rumah. Namun bolehlah hari itu 25/9/2022 rada beda. Saya ikutan turnya Cerita Bandung di Hotel Savoy Homann. Lokasinya di Jalan Asia Afrika. Turnya bertajuk Persinggahan Orang-Orang Penting. Judul tur diambil dari sebuah buku yang ditulis haryoto Kunto, kuncennya Bandung.

Iya betul Savoy Homan hotel legendaris di Bandung, tertua dan pada masanya sangatlah berjaya. Kuhitung-hitung ini hotel usianya 140 tahun dong! 

 

tur savoy homann bersama cerita bandung


Sehabis mengikuti turnya kupikir wah mengapa Hotel Savoy Hamann gak sungguh-sungguh dalam berdagang branding ‘hotel tertua di bandung’ ini yha!

Museumnya aja gak ada. Wall of fame gitu misalnya, gak ada. Memang ada beberapa benda bersejarah terpajang tapi orang mana tahu bila gak diceritakan, ya khan. Caption pelengkap konteks si bendanya juga gak ada. Di bagian belakang hotel ada benda-benda peninggalan Konferensi Asia Afrika, tapi di belakang ditaronya. Sayang juga sih. Pajang aja di lobi hotelnya.

Berkeliling di hotel selama turnya makan waktu 1,5 jam. Kalo kamu pernah lewat Jalan Asia Afrika, pasti ngeuh dengan bangunan bulat bergaris-garis. Apalagi di malam hari cahaya dari bangunan ini menegaskan si garis-garisnya. Cantik sekali.

Itulah Hotel Savoy Homann. Arsiteknya Aalbers. Ia pula yang merancang Gedung Bank BJB di braga, Drikleur di Dago, Drie Locomotive di Dago, dan banyak bangunan ikonik lainnnya di Bandung. 

 

tur savoy homann bersama cerita bandung


Homann sendiri adalah adalah orang jerman. August Heinrich Homann pindah ke Hindia Belanda, ia pertama-tama berbisnis di Semarang sebelum hijrah ke Bandung. Begitu yang kubaca dari bukunya Atep Kurnia, Riwayat Orang-Orang Beken di Bandung.

Highlight tur ini adalah kamar yang pernah diinapi presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Kamar no 224.

Kamar mandinya ada dua. Begitupun kamar tidurnya. Ada ruang duduk bersama. Mirip kompertemen di apartemen. Terbaik dari kamar ini adalah balkonnya.

Berdiri di balkon saya bisa lihat ke arah barat. Ada Museum Asia Afrika dan Gedung Merdeka. Belum lagi De Vries yang sebelah-sebelahan dengan si hotel. Berjalan sedikit (balkonnya panjang) bisa lihat bagian timurnya Bandung. Mantap nih si balkon, pemandangan matahari terbit dapat, matahari terbenam lebih jelas lagi.

Di tahun 1955 itu Soekarno sedang sukses-suksesnya jadi pejabat negara. Dengan hawa kamar yang puitis ini, ia menginap dengan istri yang mana kah?

Begitulah, Teh Gadis memandu kami semua. Dia cerita dengan mulut ditutup masker. Suaranya lantang dan tidak terdengar capek. Napasnya teratur dan maskernya gak dicopot sama sekali.

Tur berakhir di Sidewalk Resto hotel. Kami beristirahat dijamu camilan sore yang enak-enak. Ada kuis juga ih seru banget ikutan kuis udah lama rasanya gak berkompetisi walo kompetisi dadakan dan kecil hahaha kalah sih tapi yang penting rasa senangnya itu loh! 

 

tur savoy homann bersama cerita bandung


Cerita detail tentang Savoy Homann googling aja yha. Atau ikutan turnya Cerita Bandung. Sayangnya ini bukan tur reguler. Sebuah catatan juga buat hotel Savoy Homann sih, turnya dibuat terjadwal aja.

Dari tur ini pula saya baru ketahui bahwa buku berjudul Persinggahan Orang-Orang Penting adalah buku pesanan. Kang Farhan dari Cerita Bandung yang ngasitahu.

Haryoto Kunto menulis buku ini berdasarkan pesanan pengurus hotel Savoy Homann. Karena itulah si buku tidak beredar luas di pasaran, hanya diperuntukkan bagi pemilik hotel dan rekan-rekannya.

Wah. Bayangin, hotel yang pernah diinapi pejabat negara semasa Konferensi Asia Afrika, hotel yang diinapi artis-artis mancanegara, hotel yang dirancang arsitek famous Aalbers, hotel yang arsitekturnya art deco, dan hotel yang membuat buku tentang dirinya sendiri. Wha!  

Mana hari ini gini berdagang mesti ada valuenya dan nilai hotel ini menurutnya ada di posisinya yang strategis dan terutama lagi yang gak ada lawannya: nilai sejarah hotelnya.  

Bila nanti Cerita Bandung membuat lagi tur di Hotel Savoy Homann, langsung daftar aja di sini! satsetsatset!

Beli Es Krim Ridwan Kamil di Cantina Braga

03 September 2022

Hari minggu waktu itu, kami sekeluarga makan pagi bersama di Kumari. Ibuku ikut serta, begitu juga adik-adik. Kupikir langsung pulang nih abis makan, ternyata enggak. Ibu minta diantar ke Braga. Katanya mau jajan es krim ridwan kamil. Eh, es krim apa? kutanya lagi. 

 

es krim cantina braga


Es krim Ridwan Kamil, gak salah baca. Di Braga kulihat ramai betul suasananya pukul 10 pagi. Maklum sih hari minggu juga. Ada antrean panjang, nah itulah es krim si ridwan kamil.

Beneran itu es krimnya? yang antre itu?

Adikku mengiyakan. Kami antre sekitar 15 menit. Lama ya! Ibuku duduk di bangku seberang kios es krim.

Es krim yang dimaksud bernama toko Sweet Cantina. Saya mengingatnya sebagai toko es krim yang biasa aja, maksudku tidak seramai itu. Mengapa sekarang bahkan ada antreannya segala?

Mengapa dalam tulisan ini banyak tanda tanyanya? Hahaha

Gara-gara viral di TikTok dan muncul beberapa detik dalam video reels RIdwan Kamil, es krim Cantina meledak penjualannya. Ibuku melihat es krim ini di video RK. Ibu-ibu kolot jawa barat mana yang gak jadi penggemarnya RK, ibuku nih salah satu fansnya dia. Haha.

Tahu tidak saking banyaknya yang nanya es krim ridwan kamil di Cantina, salah satu varian di sana es krimnya dinamakan es krim ridwan kamil! udah gila ahahah.

Es krim itu varian es krim biskuit marie regal. Kata pedagangnya itulah es krim yang dipilih RK waktu ia jajan es krim di sini bersama anaknya.

Tentu saja ibuku memilih es krim marie regal. Es krim cone dan cup, keduanya!  


es krim cantina braga

 

Saya mencoba juga es krimnya dong dan memang enak. Es krim menak gitulah yang rasanya agak mewah. Begitupunn penampilannya.

Harga 12.000-18.000. Lokasi di braga utara dekat pengkolan veteran.

Ada tiga kios es krim di sepanjang jalan braga ini, bila kamu gak mau antre di Cantina maka bisa cari es krim di kios lainnya saja yang berdekatan.

Ada beberapa kios es krim di Braga kok. Rasanya gak jauh beda deh perasaan. Wkwkw apa coba makan es krim pake perasaan. 

Kutanya ibuku kan, "enak, Mah, es krimnya?" Ibuku mengacungkan jempol, pertanda enak cenah! 

Sate Pelana di Astana Anyar Satu Tusuknya Rp1.900

01 September 2022

Pagi itu kami belanja di pasar loak di Tegalega. Kami melihat ada asap mengepul. Bau sate. Jam 8.30 pagi udah ada yang jual sate? Oke kami lihat dulu satenya. Lihat dulu aja pokoknya.

Hoo oke sate sapi. Kami bungkus satenya 10 tusuk. Keputusan yang sangat baik. Enak soalnya. Hehe. 

 

sate pelana astana anyar


Sate Pelana. Kuingat ada nasi kuning beken namanya naskun pelana di sini, tapi gak kulihat ada naskunnya. Sepanjang jalan pelana yang super pendek itu hanya ada pedagang makanan sate pelana.

Gokil sih sate ini.

Satu gerobak kecil ini yang kerjanya lima orang bapak-bapak semua. Kalo pernah nonton serial Preman Pensiun, nah dalam bayangan saya bapak-bapak ini adalah sekumpulan preman pensiun kayak kang mus dan duo pipit murad, yang jadi pedagang sate sapi.

Ataukah mereka intel? Ah intel modusnya dagang nasi goreng bukan sate, ya gak sih?

Kembali ke sate sapi pelana yang satenya ya tuhaaaannnn tolong! Kalo dine in ku kasih bintang sembilan, bila take away rasa satenya jadi bintang delapan.

Makan di sini piringnya kita pegang sendiri. Kita duduk melingkar saling berhadapan dengan pembeli lain, asap sate mengepul-ngepul sangar.

Ada satu meja di tengah-tengah sepetak kecil kiosnya, tapi si meja berfungsi menyimpan gelas dan aneka macam barang entah apa.

Bila dine in si sate tersaji tanpa tusuknya, sudah dilepas dari tusuknya. Jadi kita tinggal menyendoknya saja ke mulut.

Pembeli di sini tipikal old customer. Bukan old tua aja tapi juga pelanggan setia dan bedegong alias gak pada inget kolesterol apa yak. Hehe. 

 

sate pelana astana anyar


Mungkin terkesan biasa ajalah makan sate pagi-pagi emang kenapa. Iya memang. Namun di Bandung dalam kesehariannya, menyantap sate pukul 9 pagi bisa dibilang makanan mewah. Menu sarapan orang bandung tuh bukan sate melainkan nasi kuning, gorengan, nasi uduk, bubur, dan kupat tahu. Ringan dan santai.

Sate terbilang makanan berat dari segi terkstur dan harga. Jadi kusebut ini makanan pemberani karena emang bukan makanan pagi dalam keseharian orang Bandung sih. Gak mungkin kan kamu makan beginian terus tiap pagi? tapi mungkin banget kamu makan nasi kuning dan bala-bala tiap hari.

Entah bagaimana kebiasaan di Purwakarta (dengan sate marangginya) bahkan kota lainnya. Kalo ingin memulai hari yang istimewa dengan sarapan istimewa, bila meluncur ke Jalan Pelana. Ada Sate Pelana di sana. 

 

sate pelana astana anyar

sate pelana astana anyar

 

Harga terjangkau, satu tusuknya 1.900. Rasa? Bintang lima! Beneran bintang lima.

Lalu di sini air minumnya tersaji dalam gelas kaca. Air teh, cienteh yang dikucurin dari ketel beneran. Beuh! Air minum dalam kemasan? Apa itu air minum dalam kemasan?!

Sate Pelana alamatnya googling aja tinggal buka googlemap. Terima kasih kembali.

Main TikTok

29 August 2022

Bila bukan karena TikTok saya pasti sudah rilis beberapa tulisan di blog ini. Dua minggu ini saya lincah berada di sana alias maceuh di TikTok. Hehe. Hampir tiap hari posting soalnya.

 


Awalnya gara-gara si unis nih ngajakin mulu. Ya udahlah kupikir waktu itu sedang lowong sign up aja deh. Eh keterusan sampai hari ini. Unis kontennya bagus-bagus coba lihat aja akunnya @siunis.

Saya terusin main TikTok dan malah asyik sendiri belajar bikin video. Untungnya udah pernah bikin video pake inshot jadi gak gaptek amat. Pun menulis caption juga udah terlatih di stories IG.

TikTok gila sih apa-apa harus cepat dan ringkas. Saya terbiasa menulis panjang jadi belajar juga menulis pendek. Singkat. Padahal banyak yang mau diceritakan tapi mana bisaaaa.

Banyak orang yang merekomendasikan saya menggunakan backsound viral. Tau kan ya TikTok tuh identik dengan musik-musik viral sebagai pengiring video.

Sampai hari ini saya masih pake latar musik selera sendiri, bukan selera viral. Gak tau deh ngaruh ke jumlah view tidak. Yang berkecamuk dalam hatiku (hadah bahasanya) malahan copyright musiknya. Apakah musisinya mendapat jumlah yang layak atas karya yang kita pakai di TikTok? Maksudku akun saya masih personal dan saya gunakan gratis. Itu gimana musisi dapat hak music courtesynya ya?

Zaman apa ini. 

 

Kurasa media sosial pun selalu memerintah kita bagaimana mencapai angka view tinggi. Pengen ditonton orang banyak pastilah ada ketentuannya. Harus begini, besoknya berubah harus begitu. Hadeh. Masa bikin konten harus viral mulu kenapa sih hadehhhh. Kayaknya sejak pandemi saya udah ubah haluan ngeblog dan pake media sosial deh, udah buat sektor hobi aja. Sektor riil tetap di Fish Express. Endorsement gak ada, sponsored content apalagi gak ada hauhauahau.

Kesal juga sih kalo berhobi diatur-atur lantas di mana kesenangannya.

Sama seperti di instagram, gaya nulis gaya cerita dan fotografi Bandungdiary saya bebaskeun aja. Sejauh ini saya tauu mau cerita apa dan mau memperlihatkan apa. Saya berusaha taro batasan di sana.

Terarah gak jelasnya. Hehe. Sejauh ini sih mengerjakan konten Bandungdiary sangat menyenangkan, semacam penyegaran dari riweuhnya ngurusin pekerjaan utama yang tentu saja saya mencintainya.

Silampukau di Bandung!

08 August 2022

Silampukau manggung di ke Bandung! Gak mikir lama saya langsung transaksi dan mengamankan satu seat untuk diri saya sendiri. Meski gak tahu akan nonton dengan siapa, ya udah sendirian pun tidak mengapa. Silampukau gitu loh, iraha boa ka Bandung!

 

Silampukau di Bandung

 
Dan hamdalah saya ada teman nonton, yaitu Diannya Warkop Udinwati! Saya gak pernah mengasihani orang-orang yang sendirian saat menonton gigs macam begini, tapi nonton seorang diri emang terasa kayaknya enakan berdua sih, atau bertiga. Sebelum konsernya mulai, agak culang cileung sorangan sih.

Gig Silampukau berlokasi di LO.CO, di bukit dago selatan. Gak usah bahas tempatnya ya, makanan dan sistem pelayanannya bintang satu. Namun tempatnya emang surga buat pecinta konten tiktok dan instagram. Ngerti kan? masa gak ngerti. Hehe. 

 

Open gate sejak pukul 3 sore, saya mendarat di sana sekitar setengah lima. Meja tiket dijaga oleh teteh-teteh bermuka masam nan muram. Baru terlihat senyum dan keramahannya setelah ia kedatangan temannya. Wkwk.

 

Ohiya, kertas gelang tanda tiket masuknya gak bisa saya jadikan koleksi, desainnya aduh gak banget. Kulihat tiket masuk di kota lain kok cakep-cakep sih bertuliskan 'safari antar kota antar provinsi' dan ada nama Silampukau. Tiket yang di Bandung adanya nama penyelenggara dan gambar yang kayaknya diambil dari mword. Heuheu...yaudahlah. 

 

Sayang aja, saya koleksi tiket-tiket beginian soalnya. Ya udahlah saya koleksi dalam ingatan aja. Hehe

Molor 30 menit dari jadwal Silampukau naik panggung sekitar pukul 7 malam. Panggungnya super mini. Acaranya outdoor, berlatar pemandangan malam kota Bandung. 

 

Udara sejuk khas wilayah perbukitan dago. Eki dan Kharis mulai terlihat di panggung, saya deg-degan. Wah ini dia orang-orang yang sering saya dengar dan tonton aja dari layar hape. Hehe.

Untunglah Dian ngajak saya duduk di deretan terdepan. Jadi saat Kharis minta penonton berdiri aja, kami gak tenggelam di antara cowok-cowok yang posturnya raksasa. 

 

Panggungnya kecil banget jadi Silampukau agak ketutupan penonton lain bila dilihat orang-orang berpostur rata-rata kayak saya. Walo terhalang dua orang di depan, saya bisa enjoy dan jelas nonton Silampukau manggung.

Semua lagu di album Dosa, Kota, dan Kenangan muncul semua. Penonton ikut bernyanyi keras-keras dan hampir melolong. Menjerit-jerit mengeluarkan isi hatinya mungkin. Terutama di lirik-lirik berbunyi kayak gini:

waktu memang jahanam
kota kelewat kejam
dan pekerjaan
menyita harapan

demi tuhan
atau demi setan!

Emang agak susah tidak ikut bernyanyi, sebab semua liriknya mewakili isi hati. Mulai dari kebosanan rutinitas hidup, ditinggal orang yang dicintai, dan kesusahan karena harga miras naik. Hehe.


Silampukau di Bandung



Gig berlalu terlalu cepat. Satu jam saja durasinya. Usai acara saya ikut antre, orang-orang pada berfoto dengan Eki. Saya pun mau, tapi tidak foto bareng. Saya bawa buku harian saya dan satu bolpen. Mau minta tanda tangan mereka.

Sayang saat itu Kharis entah ke mana, hanya ada Eki. Saat bertatap muka dengannya saya gemetaran banget. Saya minta tanda tangannya, dia tersenyum (tentu saja, default wajahnya begitu) dan bertanya siapa nama saya. BAYANGIN DIA NANYA SIAPA NAMA SAYA!

“Nama saya Nurul, Mas Eki,” jawabku gugup bukan main.

Lalu dia tulis di buku harian saya: halo, Nurul. Dan tandatangan. Dian ikut juga minta tandatangan di halaman buku sebuah novel berjudul Pasar yang ia beli dari saya. Ceritanya kami nonton gig sembari transaksi perbukuan. Wkwkwkwk siapa sangka bisa dapat tandatangan Silampukau di novel Pasar-Kuntowijoyo! Gila keren banget, Dian!

Juga saya senang di halaman novel Pasar tersebut nama dan tulisan tangan saya satu halaman dengan tulisan tangan Silampukau. Novel yang, sebelum konsernya mulai, saya berikan pada Dian.

Haha.



Foto pertama, photo credit Dian Irawati

Foto gignya gak ada, burem nih! heuheu

Ngagabrug Teman Lama di Mie Ayam Goyang Lidah

01 August 2022

Saya dari Bandung. Intan dari Bogor. Kami bertemu di Garut berkat mie ayam. Berkat takdir kehidupan, maksudku, dibantu rasa lapar dan warung Mie Ayam Goyang Lidah. 


Mie Ayam Goyang Lidah di Jalan Veteran Garut


Aneh banget bisa ketemu teman lama di sini, di warung kecil di kota yang sama-sama bukan domisili kami. 


Sayang saya hanya bisa ngobrol sebentar karena Intan, yang udah beres makan mie ayamnya, harus cabut duluan. 


Saya makan buru-buru supaya bisa berfoto bareng sebelum ia pergi. Saya paham banget gak bisa berlamban-lamban dengan ibu yang anaknya dua balita. 


Kumakan baso cepat-cepat. Nelan mie ayamnya ngebut. Minum air satu botol glekglekglek. Kami berfoto dengan mulut saya mingkem, khawatir ada daun seledri yang nyangkut di gigi.


Mie Ayam Goyang Lidah di Jalan Veteran Garut


Bagian teranehnya adalah saya memikirkan Intan beberapa hari itu dan berencana mengirimnya pesan di dm instagram. 


Lebih aneh lagi, saat saya utarakan itu padanya, Intan menimpali "aku tuh kepikiran loh mau ngontak teteh nanya tempat makan di garut."


Ada-ada aja. Saling memikirkan dan akhirnya tatap muka tanpa sengaja. 


Intan sedang menjalani masa-masa istimewa bersama anak sulungnya. Karena itulah saya memikirkan dia. Jadi saya senang bisa bertemu dengannya secara langsung dan tentu saja ku memeluknya. Ngagabrug caritana mah. Take care, Intan!


Mie Ayam Goyang Lidah

Jl Veteran, Garut

Ongkos makan 45.000 (dua mangkok, dua teh botol)

Membaca Dari Toko Buku ke Toko Buku

30 July 2022

Muthia Esfand traveling ke benua Eropa sebelum covid-19 merebak di Indonesia. Ada festival buku yang hendak ia datangi namun gagal karena acaranya dibatalkan sebab wabah korona. Dengan begitu, Muthia membuat rencana baru, yaitu berkunjung ke toko-toko buku lokal di negara yang ia datangi. 


Cara-cara berdagang buku yang saya catat dari buku berjudul Dari Toko Buku ke Toko Buku: 


Dari Toko Buku ke Toko Buku Muthia Esfand


1. Punya koleksi buku-buku langka cetakan pertama (Armchair Books, kota Edinburgh)


2. Menjual buku tematik, seperti Magma Bookshop di kota Manchester, hanya menyediakan buku-buku bertema art. Mereka juga menjual paket-paket prakarya (DIY).


3. Toko buku di Liverpool  mendagangkan buku bertema sosial, budaya, politik, dan ide-ide progresif


4. Membuka program donasi buku dan menjual buku donasi tersebut: satu pembeli boleh ambil maksimal dua buku dan membayarnya pay as you wish


5. Menyediakan kids corner (toko buku Libreria San Gines di Madrid)


6. Membuat rak-rak buku bernama, dgn kategori personal. Seperti: 

Buku bagi kamu yang sedang putus asa

Buku untuk yang sedang sedih

Buku untuk yang ingin merasakan bahagia


7. Membuat merchandise toko


8. Menyediakan buku-buku untuk perempuan only (toko Libreria Mujeres di Madrid dan toko buku di Wina), pemilik tokonya menjelaskan "perempuan itu kadang kalau dikasih tahu pakai mulut, susah untuk mau dengerin. Mesti pakai cara mereka baca sendiri dari buku-buku yang berkualitas." Mereka juga aktif membuat diskusi/acara ttg perempuan. 


9. Menjual satu set box berisi barang-barang yang cocok dijadikan kado untuk cowok (toko buku Elephant di Sofia)


10. Secara rutin membuat program reading, temu penulis, dan penandatanganan buku


11. Menyediakan dua buku yang sedang 'bertanding' dan memajangnya secara terang-terangan dan mencolok. Misalnya nih, buku ttg donald trump dan ttg hillary clinton. 


12. Membuat acara temu penulis dengan konsep beragam, bukan hanya duduk dan diskusi. Jadi terasa seperti pesta kecil aja dan pengunjung senang. "Kami tahu menghidupkan toko buku ini hanya bisa dilakukan kalau kami sendiri sebagai pengelolanya selalu 'hidup'. Yah tidak selalu mudah sih..." (Powerhouse Bookshop di NY)


Muthia Esfand, penulis buku ini, menyimpulkan bahwa acara yang diadakan di toko buku tidak melulu harus bertarget penjualan yang kaku. "Harusnya sih mempertimbangkan aspek menjaga kedekatan dan hubungan baik dengan pembaca setia buku. Karena mereka target utamanya." 


Toko buku yang jiwanya kuat, yang tidak tenggelam dalam samudra stok buku saja, akan menjaga pembelinya setia. 


Buku setebal 500 halaman ini kubeli di Tokopedia. Buku yang ori tentu saja. 

Taman Lalu Lintas Bandung Tiket Masuk Rp10.000 Bukanya Jam 10 Pagi

23 July 2022

Liburan sekolah lalu saya ketitipan sepupunya si kubil. Saya ajaklah dia main ke Taman Lalu Lintas. Mereka kelihatan senang meski wahana permainannya sederhana dan sedikit. Saya? Senang juga. Banyak pohon besar di sana, bangku taman yang fotogenik, udara yang bersih dan sejuk. Cuma itu aja sih, banyak nyamuk! 

 

Harga Tiket Taman Lalu Lintas Bandung

Karena kami datang di musim libur sekolah maka gak heran di pintu loket antrean agak panjang. Tidak masalah sih sebab antrean rombongan udah pegang tiket sendiri jadi geng pelancong mandiri gak terganggu.

Harga tiket masuk Taman Lalu Lintas Rp10.000/orang. Termasuk orang dewasa pun harganya sama. Pembayarannya cash dan mesti uang pas aja deh.

Saya udah atur-atur nih biar sampai Taman Lalu Lintas sebelum pukul 10 pagi. Pokoknya begitu dia buka, kami datang. Biar enak aja waktu bermainnya pas gitu. Dan betul aja mainnya puas banget, azan zuhur kami bersiap pulang.

Ada wahana kereta api, sepeda, dan karosel. Sisanya sih berlari-lari aja. Naik pohon (ada rumah pohon). Dan sebagainya. Saya hanya menunggu mereka sambil duduk membaca buku dan skroling timeline twitter.

Ada kolam renang juga di kompleks Taman Lalu Lintas Bandung. Saya gak ke sana soalnya ribet wkwkwk. Kolam renang ini area paling ramai, banyak betul pengunjungnya. 

 

anak-anak yang mengunjungi Taman Lalu Lintas Bandung


Ada juga sih papan-papan rambu lalu lintas buat pembalajaran anak-anak tentang aturan di jalan. Dan gak ada yang baca wkwkwkwk. Namanya juga Taman Lalu Lintas, jadi emang isinya sesuai namanya lah kebayang ya.

Di Taman lalu Lintas pun ada miniatur jalan raya yang merupakan bagian dari wahana permainan sepeda, nah ini nih baru kepake banget!

Kubil dan sepupunya suka banget main sepeda. Tiket bermain sepeda di Taman Lalu Lintas  10.000/anak dan durasi waktunya 15 menit. Mereka tiga kali main sepedanya! Hehe.

Sayang aja gak ada petugas yang mengajarkan rambu-rambu berlalu lintas. Kalo hanya membaca aja pasti bosan dan gak menarik, tapi kalo pelajaran berlalu lintasnya digabung dengan kegiatan bersepeda begitu anak-anak terlihat menyukainya.

Sementara mereka bermain saya baca buku aja di bawah pohon entah apa namanya. Nyaman banget deh baca buku di Taman Lalu Lintas. Pilih aja bangku yang paling oke posisinya. Jangan lupa oles autan dulu sebab banyak nyamuk di sana. 

 

kereta api di Taman Lalu Lintas Bandung


Matahari yang terik di kemarau (yang basah) gak usah dikhawatirkan. Pepohonan di sana ibarat payung. Betulan menaungi kami semua pengunjung Taman Lalu Lintas. Cakep banget! Pepohonannya tua-tua pula nih. Taman ini memang warisannya pemerintah Belanda.

Saya banyak bengong sembari lihatin pepohonan. Ada Trembesi ada Beringin. Dua pepohonan yang udah kakek-kakek banget dan kokoh! Pohon lain saya gak ketahui namanya. Pernah saya ikutan walking tour namanya Biotour dan disebut-sebut pohon di Taman Lalu Lintas, apa ya nama pohonnya, yang dagingnya bertekstur seperti mentega. Ah saya lupa lagi namanya!

Anw, karena kubil suka pesawat, saya ajak juga melihat monumen pesawat F5 Tiger. Kebetulan kami pun baru aja nonton Top Gun Maverick. Nyambunglah bisa cerita-cerita tentang pesawat gitu. Monumen pesawat F5 Tiger di Taman Lalu Lintas ada di bagian depan taman.

Ada satu hal yang kulupa di taman ini, bahwa kamu seharusnya bawa makanan berat. Terus *murak timbel deh. Sebab hampir semua orang pada makan-makan *mengampar begitu. Ada yang bawa nasi bungkus, nasi bekal pake boks, dan nasi timbel. Lengkap sampai kerupuk-kerupuknya! Seru banget lihatnya hahaha. 

 

Taman Lalu Lintas Bandung Buka Jam 10 Pagi


Kalo ada waktu kosong seharian saya mau balik lagi ke Taman Lalu Lintas. Bawa buku, nasi rames dari warung nasi Ceu Mimin, dan gelar tikar. Membaca dan piknik. Betapa nikmatnya hidup yang begitu tenang santai dikelilingi pepohonan (dan nyamuknya hehe).

Bawa anak-anak mengunjungi Taman Lalu Lintas di Bandung seru juga. Orang dewasa juga kelihatan menikmatinya.



*murak timbel : makan nasi
*mengampar: duduk lesehan