Baru saya ketahui, beberapa orang tua mendaftarkan anaknya ke Pendidikan Dasar Wanadri karena anak-anaknya bermasalah dan gagal dididik di pesantren.
"Daripada kamu terkapar di jalanan, kami lebih bangga kamu mati sebagai Wanadri" gitu kata Ayahnya Rara di halaman 81.
Buku berjudul Setitik Cahaya di Kegelapan isinya tentang sekumpulan cerita pendek anggota Wanadri. Ceritanya seputar Pendidikan Dasar Wanadri (PDW). Namun ada juga kisah lainnya tentang pertemanan, kenekadan, ketangguhan. Ada cerita yang lucu, sedih, mengharukan, aneh, macam-macamlah. Juru tulis buku bernama Nondi F. Pertama kali bukunya terbit tahun 2014.
Ada satu cerita berjudul Negosiasi Dengan Jin. Ceritanya Wanadri menggelar lomba Citarum Rally I. Mengingat acara serupa di tahun sebelumnya memakan korban jiwa, agar acaranya lancar berbagai antisipasi dilakukan. Termasuk negosiasi dengan makhluk gaib penghuni sungai.
Dibantu kuncen, hasil negonya begini:
Makhluk gaib: (1) penyelenggara harus luruskan niat, jangan sombong mau nantang alam, jangan sok jagoan, jangan anggap enteng (2) minta tumbal tiga orang korban.
Wanadri: (1) jangan ada korban meninggal (2) kalo ada korban, korbannya anggota wanadri aja.
Melalui kuncen, makhluk gaib bertanya. Emang apa ciri-ciri Wanadri?
"Mereka memakai syal oranye," kata Iwan Bungsu, ketua panitia. Bungsu menyanggupi tumbal tiga orang, tapi dia nego jangan meninggal dan harus anggota wanadri aja yang katempuhan. Jangan korbannya warga sekitar atau peserta umum. Si makhluk gaib sepakat 😂
Korban pertama, terjungkal dari perahu saat mencoba arus. Korban kedua jatuh dari tebing. "Siapa gerangan korban ketiga?" bisik Bungsu dalam hati.
H-1 acara, Bungsu tertabrak mobil. Masuk rumah sakit. Kaki luka parah. Nah itulah dia korban ketiga.
Citarum Rally I di tahun 1977 itu sukses dan lancar. Itulah acara yang menandai bangkitnya olahraga arung jeram di Indonesia. Bukunya bisa dibeli di Shopee dan Bukalapak.
Post Comment
Post a Comment