Kamu pernah gak melihat foto atau lukisan terus di dalam
hati kok rasanya seneng gitu lihatnya. Kayak ada bunga-bunga mekar di dalam
kepalamu dan hal-hal kayak itu membangkitkan perasaan romantis, sentimentil,
dan jatuh cinta. Agak suram, tapi ya...seneng.
Itulah yang kulihat dan kurasakan saat berdiri sehabis hujan. Jam tujuh malam di pojok Suniaraja. Dan itu bukan foto atau lukisan.
Cuma perkara mau beli ayam goreng Suniaratu, menuju ke sana jalan kaki sedikit, lantas mengapa perasaan saya sudah terhibur. Makan aja belum.
Jalanan basah. Hujan murupuy. Kuhindari genangan air, berjalan pelan takut tiseureuleu. Kuperhatikan genangan air berkilauan. Diam dan kotor.
Jalan Pecinan Lama hening. Beberapa toko bangunan tutup. Yang masih buka adalah warung-warung makan yang sepi. Suram.
Di depan warung nasi padang, mobil ekspedisi parkir. Suara sayup-sayup musik dangdut berasal darinya. Kabel-kabel listrik semrawut. Bangunan tua compang-camping dindingnya. Ayam Suniaratu gemerlapan.
Saya berdiri menghadap Jalan Suniaraja, abis beli kerupuk terasi. Sewaktu siap-siap nyebrang menuju lapak Suniaratu itulah saya bengong sebentar. Memandang...ya itulah, panorama yang sebut di paragraf-paragraf atas.
Waduh cakep banget pemandangannya. Gitu dalam hati ini bilang. Kamu mungkin gak setuju. Gak apa-apa, sebab menengok dari foto begini yang kelihatan cuma poek, pedagang kaki lima, becek, truk, gedung-gedung gak jelas. Suram emang.
Coba kalo kita jalan bareng kemarin. Ada di sana sama-sama. Kena gerimis sama-sama. Kena becek sama-sama. Kita ngobrol. Mungkin apa yang kurasakan itu, kamu alami juga. Tapi kemarin ku jalan sendiri. Bengong sendiri. Senyum-senyum sendiri.
Post Comment
Post a Comment