Saya mau ajak teman-teman memantau perkebunan buah nanas dan buah naga. Tujuan kita berada kira-kira tiga jam dari Bandung. Masuk ke pedalaman Subang. Masuk ke areal perbukitan. Melewati hutan dan lembah. Jalanan mulus dan bertanah-tanah.
Mau apa di Subang? Melihat asa di pucuk-pucuk pepohonan nanas dan buah naga. Asa petani Subang. Ohiya, kita gak pergi sendiri. Dompet Dhuafa menemani, karena
merekalah yang mengajak saya ikut serta.
Perkebunan yang kita kunjungi namanya Kebun Indonesia Berdaya
Terpadu. Di Desa Cirangkong Kecamatan Cijambe. Kita akan lihat bagaimana wakaf
membuahkan aset produktif, aset yang berkelanjutan.
Tunggu dulu. Perkebunan? Wakaf?
Baru saya tahu ada wakaf dalam
bentuk aset keberlanjutan begini. Wakaf produktif istilahnya. Biasanya kan wakaf tuh makam, masjid, dan
madrasah. 3-M itu aja muter-muternya.
Eh, teman-teman tahu kan wakaf itu apa?
Sebentar. Saya harus cerita dulu perjalanan dari Bandung ke Subang bagaimana.
Perjalanan dari
Bandung
Mobil yang kami tumpangi tidak sulit menempuh akses ke sana.
Saya kira, kendaraan apa saja sanggup menuju perkebunannya, kecuali sedan dan
mobil-mobil citycar yang
pendek-pendek posturnya.
Di areal perkebunan. Hawanya panas
agak mengigit, terasa segar karena angin berhamburan pelan. Sekeliling kami
hamparan nanas dan buah naga. Di sela-selanya ada
saung dan beberapa bungalow.
Di saung itulah saya menggelosor dan makan sate nanas yang
segar! Juga menyesap jus nanas yang nikmat.
Bila kamu warga perkotaan ingin mencari lokasi yang hening, damai dan lamban, inilah dia
tempatnya.
Dompet Dhuafa X Blogget Meet Up
Dompet Dhuafa mengajak blogger berkunjung ke perkebunan. Namun
sebelum sesi berkeliling itu tiba, kami berkumpul dan berbincang bersama. Ada
tiga orang pembicara di hadapan kami.
Kamaludin, manajer bidang ekonomi Dompet Dhuafa.
Boby P Manulang, General Manager Wakaf Dompet Dhuafa.
Eman, petani lokal dan pengurus koperasi Indonesia Berdaya.
Tahun 2014 Dompet Dhuafa merintis perkebunan tanah wakaf. Mulanya
2 hektar. Yang berwakaf tambah banyak, kini ada 10 hektar luasnya. Kebon nanas
dan kebon buah naga itu pengelolaannya melibatkan warga sekitar. Ditambah
peternakan kambing, warga yang terlibat makin banyak.
Dompet Dhuafa bilang, agak sulit ajak orang berwakaf ke
aset-aset produktif seperti perkebunan begini. “Paling gampang tuh kumpulin
wakaf buat masjid tapi masa bikin masjid mulu,” ujar Boby Pamulang.
Oleh karenanya, di tahun 2016 mereka ganti strategi kampanye
wakaf dengan membuat Wake Up Wakaf. Bagaimana cara?
- Bikin program @tabung_wakaf
- Kampanye Wake Up! Wakaf dengan berwakaf Rp10.000 di www.donasi.tabungwakaf.com.
Ya, kamu gak salah baca. SEPULUH RIBU RUPIAH.
Kampanye wakaf Rp10.000 ini ide brilian, menurut saya.
Mengejar unit besar (baca: wakaf jutaaan, milyaran, dari satu orang) bukan
perkara mudah. Kita harus tunggu orang kaya raya dulu. Seolah-olah wakaf adalah
barang mahal.
Memang mahal, kalau sendirian. Sekarang kan zamannya
kolaborasi. Karenanya muncul ide wakaf bernama Wake Up! Wakaf Rp10.000.
Apakah cara tersebut berhasil?
Manajer Wakaf Dompet Dhuafa, Boby Manulang, cerita begini. "Transaksi wakaf Rp10.000 di tahun 2018 tercatat 4500. Tahun
2019, angkanya naik jadi 8900."
Jika ada yang bertanya, bisa apa dengan wakaf sepuluh ribu
perak? Bisa jadi kebon-kebon produktif! Gokil gak tuh.
Lebih jauh lagi, bila ada yang ingin berwakaf dalam jumlah besar di perkebunan, Dompet Dhuafa menyediakan
lahan garapan wakaf produktif 1 kavling sebesar Rp125.000.000.
Dompet Dhuafa sendiri memiliki empat pilar dalam program wakafnya:
- Kesehatan
- Pendidikan
- Sosial (kebencanaan)
- Ekonomi
Kebayang kan kesehatan kayak gimana: membangun rumah sakit (7), klinik (3), optik (2), dan apotek (1). Salah satunya ada di Lampung Tmur, yaitu RS AKA Medika Sribhawono.
Lantas di bidang pendidikan, Dompet Dhuafa membangun universitas di Bogor bernama Dompet Dhuafa University. Ada pesantren di Sukabumi, Pesantren Hafidz Village. Terakhir, lembaga pendidikan nonformal di Tangerang Selatan namanya Khadijah Learning Centre.
Gak berhenti dong. Di bidang kebencanaan, Dompet Dhuafa turun tangan juga. Ada rumah sementara di Lombok Timur dan masjid Al-Majid di Bukit Kemuning Lampung Utara.
Terakhir nih, bidang ekonomi. Tentang pemberdayaan. Misalnya kayak mendirikan minimarket dan bersinergi antara Dompet Dhuafa dengan warga lokal, menciptakan hasil bumi yang berkepanjangan efeknya. Misalnya, Kebun Indonesia Berdaya di Subang ini nih!
Keliling Perkebunan Indonesia Berdaya
Dari total 10 hektar lahan garapan, lahan produktifnya
baru 5 hektar. Perkebunan ini berhasil memanen buah nanas 100kg/hari dan buah
naga 2-3/ton per 3 bulan.
"Masih jauh dari kebutuhan yang diminta industri," begitu kata Kamaludin, manajer program ekonomi Dompet Dhuafa. Ada 60 ton permintaan nanas pertahun. Itulah yang ingin dikejar Dompet Dhuafa.
Berdasarkan target itulah saat ini Dompet Dhuafa segera merampungkan Rumah
Industri Pengolahan Nanas. Nantinya semua penampungan, pengolahan, pengepakan, dan pengiriman
adanya di bangunan tersebut. “Bangunannya baru 80% jadi, akhir tahun atau
Januari 2020 sudah bisa digunakan.”
Lantas timbul pertanyaan. Mengapa nanas? Mengapa buah naga?
Potensi buah nanas sangatlah tinggi. Permintaan industri
bahkan belum semuanya terpenuhi. Lahannya cocok. Kenapa harus mulai dari nol
dengan menggarap sumber daya yang lain? Begitu kata Kamaludin.
Ia menambahkan “ada 60 ton kebutuhan nanas per tahun yang ingin kami penuhi. Oleh karenanya kami menargetkan lahan garapan
hingga 22 hektar. Bila Rumah Industri Pengolahan Nanas sudah jadi, kami akan
bekerja sama dengan banyak petani dari 12 desa di sini.”
Dompet Dhuafa melibatkan warga lokal sebagai penggarap
dengan sistem pembayaran yang adil. Melalui program berdaya, tujuan akhirnya petani keluar dari
garis kemiskinan. Tidak lagi tercekik rentenir.
Pak Eman, warga setempat yang juga petani dan bagian dari
Koperasi Indonesia Berdaya mengatakan sangat terbantu setelah ikut dalam
pengolahan perkebunan Indonesia Berdaya. “Apalagi permodalan, saya kebantu
pisan,” Pak Eman tidak lagi memusingkan harus beli bibit di mana sebab Dompet
Dhuafa sudah menyediakan bibitnya.
Seru ya. Setelah berkeliling kebun ini, saya unggah foto-foto ke stories instagram. Lantas saya membuka sesi tanya jawab. Dibantu menjawab oleh Teh Annisa dari Dompet Dhuafa, pertanyaan netizen seputar wakaf di perkebunan ini begini.
Tanya Jawab Wakaf Perkebunan Indonesia Berdaya
Q:. Siapa yang boleh berkunjung ke Perkebunan Indonesia Berdaya? Apa yang wakaf saja?
A: Bisa siapa aja. Selama janjian dulu sebelum berkunjung. Sebab saat berkeliling kebunnya nanti ada yang memandu.
Q: Kalo bukan muslim, bisa ikutan wakaf gak sih?
A: Bisa banget. Secara fiqih dan undang-undang, tidak ada larangannya.
Q: Hasil penjualan perkebunan untuk siapa? digunakan untuk apa?
A: Untuk memenuhi biaya operasional (termasuk gaji nih di sini semua posnya), pembebasan lahan, dan pengembangan produk. Meski lahirnya dari wakaf, namun perkebunan hasil menghasilkan profit. Harus surplus malahan," kata Boby. Karena lahannya berkelanjutan, secara perenomian uangnya harus muter sih. Gitu singkatnya.
Q: Petani yang berasal dari warga sekitar berperan sebagai pengelola perkebunan, apakah seperti itu?
A: Sebagai petani dan pengupas kulit nanas. Ada juga yang berperan sebagai pengelola koperasi. Bila Rumah Industri Nanas rampung dan dapat beroperasi, makin banyak warga yang terlibat dan berperan lebih jauh.
Demikian hasil jalan-jalan di perkebunan nanas hasil wakaf produktif. Kami pulang membawa buah nanas dan pengetahuan baru. Bahwa bisa kok wakaf dengan uang sepuluh ribu perak.
Berada di sana dan mengetahui program wakaf produktif ini, saya kira masih ada asa di pundak-pundak petani Subang. Asa yang kita mulai dengan wakaf Rp10.000. Yuk ikut berwakaf di donasi.tabunganwakaf.com!
|
Yak sampai di Perkebunan Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa |
|
Buah Naga yang panennya November nanti |
|
Sesi sharing Dompet Dhuafa |
|
Pak Eman - Boby P Manulang - Kamaludin |
|
Mulai berkeliling perkebunan |
|
Hamparan tanaman nanas |
|
dan pohon buah naga yang bagi saya rupanya mirip alien :D |
|
wakaf peternakan menampung kambing 500 ekor |
|
Rumah Industri Pengolahan Nanas, januari nanti bangunannya rampung |
|
Pulang ke rumah bawa nanas |