Museum yang gratis di Bandung malahan yang terbaik kondisinya sih menurut saya. Museum apa emang? Museum Konperensi Asia Afrika.
Lokasi di Jalan Asia Afrika.
Buka Selasa - Minggu.
Tutup hari Senin.
Jumat: 14.00 - 16.00
Sabtu Minggu: 09.00 - 16.00
Masuknya gratis. Pintu museum selalu tertutup. Tapi ada keterangan di depan pintu kalo museum emang buka. Tinggal dorong aja pintunya.
Di dalam museum, ada pemandu. Bila kamu datang sendiri atau jumlah sedikit (2-3 orang) jarang ditawari pemandu. Tapi kalo rombongan sih pasti ada pemandunya dan wajib konfirmasi sebelum kedatangan.
Bukan berarti sendirian gak bisa dipandu. Kalo ada petugas yang sedang nganggur, mereka bersedia mendampingi tamunya kok. Gratis? ya gratis. Tapi saya kurang tahu kalo ngasi tip apa diperbolehkan.
Gini deh. Museum KAA ini memajang koleksi sejarah dari peristiwa besar Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Satu tonggak penting negara ini. Sebab negara-negara Asia dan Afrika berkumpul di Bandung dan kompak melawan imperialisme, apartheid, dan perang dunia II.
Lokasi konferensi ini di Bandung, di Gedung Merdeka.
Gedung ini dahulu milik pemerintah kolonial. Cuma orang kolonial yang boleh masuk. Warga pribumi dilarang.
Oleh karena itu Soekarno milih Gedung Merdeka, sebagai perlambang imperialisme sudah musnah. Tak ada lagi penjajahan.
Pemilihan kota Bandung sebagai lokasi konferensinya juga subjektif sih. Karena Soekarno cinta sama Bandung. Kuliah di sini, jadi aktivis di sini, menulis di sini, dipenjara di sini. Juga jatuh cinta di Bandung.
"Kota yang menyenangkan hati," kata Soekarno ke Cindy Adams dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.
Tapi kalo anak kamu udah bisa baca, interaksi dengan museum bisa lebih seru. Bisa baca-baca caption poster. Bisa ngutak-ngatik komputer yang isinya lagu-lagu kemerdekaan bangsa-bangsa Asia Afrika. Anak saya gitu soalnya.
Bayangin aja kita bisa memprakarsai pertemuan besar antar negara Asia Afrika. Di Indonesia. Di Bandung. Kita pernah sehebat itu dulu. Dan masih sampai sekarang (kelihatannya begitu setelah hasil pilpres kemaren sih :D).
Jadi nih wahai kampret dan cebong yang berisik dan fanatik, datanglah ke museum ini dan tobat kalian semua. Ngaca di museum KAA. Perhatiin kebesaran negara kita kayak gimana. Serap pesan-pesan Soekarno.
Nih coba hirup kutipan dari Jawaharlal Nehru.
"...and Bandung has been the focal centre perhaps I might ever say the capital of Asia and Africa during this period."
Gitu kata Nehru. Bayangkan negara lain serespek apa sama kita sampe diakui kayak gitu.
Satu lagi nih buat antek-antek khilafah sekalian yang melihat dunia dari warna hitam dan putih aja, coba disedot ucapan Sir John Kotelawala: "apapun agama yang kita anut, kita tidak bisa lain kecuali bersatu dalam masalah-masalah perdamaian..."
64 tahun sejak penyelenggaraannya, ternyata masih relevan dengan kehidupan yang kita jalani sekarang.
Museum yang pernah saya tulis juga reviewnya adalah Museum Kota Bandung. Sok dibaca klik linknya. Sementara itu, saya tulis dulu museum yang lainnya ya. Hehe.
Foto : Ulu
teks : Ulu
Lokasi di Jalan Asia Afrika.
Buka Selasa - Minggu.
Tutup hari Senin.
Jam Buka Museum KAA
Selasa - kamis: 08.00 - 16.00Jumat: 14.00 - 16.00
Sabtu Minggu: 09.00 - 16.00
Masuknya gratis. Pintu museum selalu tertutup. Tapi ada keterangan di depan pintu kalo museum emang buka. Tinggal dorong aja pintunya.
Di dalam museum, ada pemandu. Bila kamu datang sendiri atau jumlah sedikit (2-3 orang) jarang ditawari pemandu. Tapi kalo rombongan sih pasti ada pemandunya dan wajib konfirmasi sebelum kedatangan.
Bukan berarti sendirian gak bisa dipandu. Kalo ada petugas yang sedang nganggur, mereka bersedia mendampingi tamunya kok. Gratis? ya gratis. Tapi saya kurang tahu kalo ngasi tip apa diperbolehkan.
Gini deh. Museum KAA ini memajang koleksi sejarah dari peristiwa besar Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Satu tonggak penting negara ini. Sebab negara-negara Asia dan Afrika berkumpul di Bandung dan kompak melawan imperialisme, apartheid, dan perang dunia II.
Lokasi konferensi ini di Bandung, di Gedung Merdeka.
Gedung ini dahulu milik pemerintah kolonial. Cuma orang kolonial yang boleh masuk. Warga pribumi dilarang.
Oleh karena itu Soekarno milih Gedung Merdeka, sebagai perlambang imperialisme sudah musnah. Tak ada lagi penjajahan.
Pemilihan kota Bandung sebagai lokasi konferensinya juga subjektif sih. Karena Soekarno cinta sama Bandung. Kuliah di sini, jadi aktivis di sini, menulis di sini, dipenjara di sini. Juga jatuh cinta di Bandung.
"Kota yang menyenangkan hati," kata Soekarno ke Cindy Adams dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.
Di dalam museumnya boleh foto-foto gak?
Setahu saya boleh tapi gak boleh pake blitz. Sebab blitz merusak koleksi foto tua di sana.Boleh megang koleksi museum gak?
Sebagaian besar ditutup kaca sih koleksinya. Tapi ada juga yang enggak, ditaro di tempat yang gak kejangkau pengunjung.Menarik gak museumnya buat anak-anak?
Kalo anak balita yang belum bisa baca sih enggak. Mereka akan anggap ruangan di museum sebagai playground aja. Buat lari-lari. Seperti anak saya. Ehehehe.Tapi kalo anak kamu udah bisa baca, interaksi dengan museum bisa lebih seru. Bisa baca-baca caption poster. Bisa ngutak-ngatik komputer yang isinya lagu-lagu kemerdekaan bangsa-bangsa Asia Afrika. Anak saya gitu soalnya.
Buat orang dewasa menarik gak?
Menarik banget! Di museum ini kamu akan lihat betapa besarnya nama Indonesia dahulu! Kita dihormati banget lho sama negara-negara tetangga negara senasib, dan dipantau negara-negara maju yang soksok mau menguasai dunia. Hehehe.Bayangin aja kita bisa memprakarsai pertemuan besar antar negara Asia Afrika. Di Indonesia. Di Bandung. Kita pernah sehebat itu dulu. Dan masih sampai sekarang (kelihatannya begitu setelah hasil pilpres kemaren sih :D).
Jadi nih wahai kampret dan cebong yang berisik dan fanatik, datanglah ke museum ini dan tobat kalian semua. Ngaca di museum KAA. Perhatiin kebesaran negara kita kayak gimana. Serap pesan-pesan Soekarno.
Nih coba hirup kutipan dari Jawaharlal Nehru.
"...and Bandung has been the focal centre perhaps I might ever say the capital of Asia and Africa during this period."
Gitu kata Nehru. Bayangkan negara lain serespek apa sama kita sampe diakui kayak gitu.
Satu lagi nih buat antek-antek khilafah sekalian yang melihat dunia dari warna hitam dan putih aja, coba disedot ucapan Sir John Kotelawala: "apapun agama yang kita anut, kita tidak bisa lain kecuali bersatu dalam masalah-masalah perdamaian..."
64 tahun sejak penyelenggaraannya, ternyata masih relevan dengan kehidupan yang kita jalani sekarang.
Museum yang pernah saya tulis juga reviewnya adalah Museum Kota Bandung. Sok dibaca klik linknya. Sementara itu, saya tulis dulu museum yang lainnya ya. Hehe.
Foto : Ulu
teks : Ulu
Museum kedua setelah Sri Baduga yang saya kunjungi dulu waktu sekolah, pas berkunjung lagi setelah renovasi lalu memang jadi lebih nyaman dan lebih menarik.
ReplyDelete