Karena latar belakang profesi utama saya adalah pengusaha di bidang perikanan, saya tertarik hadir pada peluncuran Kios Agro. Mengambil ceruk pasar produk agro (dan agri), Kios Agro ini perusahaan baru asal Bandung yang meramaikan industri marketplace di Indonesia.
Fyi, saya kasitahu dulu apa itu Kios Agro.
Dari namanya udah jelas apa sih Kios Agro. Satu hal yang gak kelihatan dari namanya, merek ini bekerja secara online. Kios Agro mempertemukan pembeli dan penjual di ruang digital. Di website www.kiosagro.com dan aplikasinya yang udah bisa diunduh di app store sekarang.
Kios Agro menyediakan produk-produk dari pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, hasi olahan, hingga pakan, dan pupuk. Lengkap jenisnya kalo di untuk produk agro dan agri, meski belum semuanya terpajang di appnya.
Sebagai nilai tambah, Kios Agro mengedepankan produk-produk UMKM. Sebuah misi yang patut diacungi jempol saya kira.
Ibu-ibu yang butuh sayur, masuk aja ke app Kios Agro.
Pakbapak yang mau beli beras, tinggal transaksi di Kios Agro.
Akang dan Teteh yang mau jajan camilan produk berbasis bahan pangan lokal, nah browsing aja di Kios Agro.
Soft Launching Kios Agro diberi tajuk 'Agroners Berdigital di Era Milenial'. Fyi, 'agroners' sepertinya merujuk pada istilah pengguna Kios Agro.
Oya, dalam peluncurannya hadir para petinggi Kios Agro. Juga rekan pendamping UMKM dan akademisi di bidang pertanian.
Saya pikir ada dua hal yang menarik untuk disimak pada peluncuran Kios Agro ini.
Pertama, paparan CEO Kios Agro Hadiyan Nursofyan.
Kedua, tentu saja penawaran sistem dagang bagi penjual.
Berkali-kali, CEO Kios Agro mengatakan bahwa marketplace ini dibuat sebagai jembatan antara petani dan pembeli. Sehingga porsi tengkulak bisa diputus. Harga yang sampai ke konsumen murah, petani pun bisa dapat profit lebih banyak.
Saya menyetujuinya. Namun di satu sisi juga pernyataan tersebut terlampau naif. Saya rasa cita-cita kita semua adalah ikut mensejahterakan petani. Lagu lama banget emang petani cuma kebagian porsi kecil dari rantai ekosistem perdagangan.
Tengkulak ada karena akses perputaran dana yang petani gak punya. Isu petani miskin munculnya bukan dari profit mereka sedikit. Tapi sejak dari mereka pake uangnya dan menanam bibit.
Lebih banyak bisnis kayak Kios Agro lebih bagus. Namun yang mesti diingat juga, kita masih kekurangan industri penampungan dan pengolahan. Koperasi apalagi tuh. Sebab petani mah kalo abis panen gak mungkin cuma jual sekilo atau 20 kilo, mainnya udah kwintalan, ton-tonan. Koperasi ada sebagai pagar betis bagi petani yang butuh modal untuk menanam bibitnya.
Perbanyak gudang penampungan, bayar petani di depan. Tambah industri pengolahan. Permudah peminjaman akses dana. Gitu kira-kira kalo mau meringankan beban stres petani.
Kios Agro meringankan kerja petani gak? Iya, dalam skala yang masih amat sangat kecil menurut saya mah.
Atau gimana kalo Kios Agro bikin sistem Open Order untuk tiap produk holtikultura dan perikanan? Kumpulin pesanan dan distribusikan. Kalo open PO bisa terkumpul banyak kali ya volume komoditinya.
Kios Agro cita-citanya udah bagus, Ada lebih banyak yang kayak Kios Agro lebih bagus lagi. Tapi berjualan langsung ke pembeli bukan satu-satunya jalan memberi kemudahan bagi petani. Sebab drama petani-petani ini panjang emang :D
Namun saat Hadiyan bilang akan terjun juga ke B2B juga (business to business), nah barulah saya melihat agak ada cahaya terang di sana :)
Kalo buat produk siap makan, marketplace kayak Kios Agro udah bagus banget. Nah kalo buat komoditi pangan cepat basi, rantai perjuangannya masih panjang kayaknya heuheu.
Kalo tentang sistem berjualan dan berbelanja di Kios Agro, begini kira-kira:
Penjual di Kios Agro
Sistem 'sewa kios' di sini ada kategorinya. Ada free, bronze, diamond, dan seterusnya.
Nah kategori 'free' nih misalnya, penjual dapat memajang foto produk sebanyak tiga buah selama satu bulan. Setelah itu fotonya dihapus dan kita harus sign up ulang dengan email baru.
Bila fotonya ingin tayang terus, panjat ketegori berikutnya yang sudah berbayar. Begitu saja sistemnya. Harus dicermati tiap kategori berapa biayanya dan apa benefitnya.
Pembeli di Kios Agro
Kemarin saya coba-coba pake appnya dan beli produk di sana. Tidak sulit, prosesnya sama dengan toko online dan marketplace kebanyakan.
Kalo kamu pernah belanja online di marketplace, nah begitulah step-step di Kios Agro. Sama aja kok.
Namun berikut ini usul saya sebagai pedagang sekaligus pembeli setelah mencoba app Kios Agro:
Fyi, saya kasitahu dulu apa itu Kios Agro.
Dari namanya udah jelas apa sih Kios Agro. Satu hal yang gak kelihatan dari namanya, merek ini bekerja secara online. Kios Agro mempertemukan pembeli dan penjual di ruang digital. Di website www.kiosagro.com dan aplikasinya yang udah bisa diunduh di app store sekarang.
Kios Agro menyediakan produk-produk dari pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, hasi olahan, hingga pakan, dan pupuk. Lengkap jenisnya kalo di untuk produk agro dan agri, meski belum semuanya terpajang di appnya.
Sebagai nilai tambah, Kios Agro mengedepankan produk-produk UMKM. Sebuah misi yang patut diacungi jempol saya kira.
Ibu-ibu yang butuh sayur, masuk aja ke app Kios Agro.
Pakbapak yang mau beli beras, tinggal transaksi di Kios Agro.
Akang dan Teteh yang mau jajan camilan produk berbasis bahan pangan lokal, nah browsing aja di Kios Agro.
Soft Launching Kios Agro diberi tajuk 'Agroners Berdigital di Era Milenial'. Fyi, 'agroners' sepertinya merujuk pada istilah pengguna Kios Agro.
Oya, dalam peluncurannya hadir para petinggi Kios Agro. Juga rekan pendamping UMKM dan akademisi di bidang pertanian.
Saya pikir ada dua hal yang menarik untuk disimak pada peluncuran Kios Agro ini.
Pertama, paparan CEO Kios Agro Hadiyan Nursofyan.
Kedua, tentu saja penawaran sistem dagang bagi penjual.
Berkali-kali, CEO Kios Agro mengatakan bahwa marketplace ini dibuat sebagai jembatan antara petani dan pembeli. Sehingga porsi tengkulak bisa diputus. Harga yang sampai ke konsumen murah, petani pun bisa dapat profit lebih banyak.
Saya menyetujuinya. Namun di satu sisi juga pernyataan tersebut terlampau naif. Saya rasa cita-cita kita semua adalah ikut mensejahterakan petani. Lagu lama banget emang petani cuma kebagian porsi kecil dari rantai ekosistem perdagangan.
Tengkulak ada karena akses perputaran dana yang petani gak punya. Isu petani miskin munculnya bukan dari profit mereka sedikit. Tapi sejak dari mereka pake uangnya dan menanam bibit.
Lebih banyak bisnis kayak Kios Agro lebih bagus. Namun yang mesti diingat juga, kita masih kekurangan industri penampungan dan pengolahan. Koperasi apalagi tuh. Sebab petani mah kalo abis panen gak mungkin cuma jual sekilo atau 20 kilo, mainnya udah kwintalan, ton-tonan. Koperasi ada sebagai pagar betis bagi petani yang butuh modal untuk menanam bibitnya.
Perbanyak gudang penampungan, bayar petani di depan. Tambah industri pengolahan. Permudah peminjaman akses dana. Gitu kira-kira kalo mau meringankan beban stres petani.
Kios Agro meringankan kerja petani gak? Iya, dalam skala yang masih amat sangat kecil menurut saya mah.
Atau gimana kalo Kios Agro bikin sistem Open Order untuk tiap produk holtikultura dan perikanan? Kumpulin pesanan dan distribusikan. Kalo open PO bisa terkumpul banyak kali ya volume komoditinya.
Kios Agro cita-citanya udah bagus, Ada lebih banyak yang kayak Kios Agro lebih bagus lagi. Tapi berjualan langsung ke pembeli bukan satu-satunya jalan memberi kemudahan bagi petani. Sebab drama petani-petani ini panjang emang :D
Namun saat Hadiyan bilang akan terjun juga ke B2B juga (business to business), nah barulah saya melihat agak ada cahaya terang di sana :)
Kalo buat produk siap makan, marketplace kayak Kios Agro udah bagus banget. Nah kalo buat komoditi pangan cepat basi, rantai perjuangannya masih panjang kayaknya heuheu.
Kalo tentang sistem berjualan dan berbelanja di Kios Agro, begini kira-kira:
Penjual di Kios Agro
Sistem 'sewa kios' di sini ada kategorinya. Ada free, bronze, diamond, dan seterusnya.
Nah kategori 'free' nih misalnya, penjual dapat memajang foto produk sebanyak tiga buah selama satu bulan. Setelah itu fotonya dihapus dan kita harus sign up ulang dengan email baru.
Bila fotonya ingin tayang terus, panjat ketegori berikutnya yang sudah berbayar. Begitu saja sistemnya. Harus dicermati tiap kategori berapa biayanya dan apa benefitnya.
Pembeli di Kios Agro
Kemarin saya coba-coba pake appnya dan beli produk di sana. Tidak sulit, prosesnya sama dengan toko online dan marketplace kebanyakan.
Kalo kamu pernah belanja online di marketplace, nah begitulah step-step di Kios Agro. Sama aja kok.
Namun berikut ini usul saya sebagai pedagang sekaligus pembeli setelah mencoba app Kios Agro:
- Kategori free, bronze, diamond sebaiknya tidak perlu ada. Langsung aja potong konsinyasi. Ringkas, tidak menyulitkan, dan lebih efektif.
- Sementara bagi pembeli, loading aplikasinya lama. Directorynya memudahkan. Namun PR bagi tim IT di Kios Agro masih banyak. Loadingnya itu lho, terlalu lama.
- No rekening masih satu dan yang ini mah pasti akan bertambah jumlah pilihan no rekeningnya. Tinggal nunggu waktu mungkin.
- Kerja sama dengan ekspedisinya menarik. Banyak pilihan. Kalo untuk kirim produk segar, mentah dan beku di Bandung rasanya gak ada masalah. Dengan Gosend bisa dikirim. Namun bila harus kirim ke luar Bandung untuk produk segar, nah baru muncul masalahnya.
- Gimana kalo bikin Kios Agro versi darat? alias flagship store. Dimulai dari Bandung dulu.
- Sewa jasa digital content & concept strategist. Menurut saya mah konten web/appnya terlalu 'dagang online'. Buat orang milenial yang akses informasinya luas dan sadar punya pilihan banyak, pendekatan kontennya juga harus personal. Mengedepankan nilai sebelum hard selling. Ini kebayang gak sih maksud saya gimana aheuheueheu :D
Meski yang terpajang produknya belum banyak, tapi varian produk di Kios Agro bagus-bagus. Masih jadi PR besar buat tim marketing dan pengembangan produknya untuk menyebarluaskan aplikasi Kios Agro sehingga banyak pelaku pertanian dan UMKM mau naro barangnya di Kios Agro.
Nah teman-teman yang ingin lihat penampakan Kios Agro dan mencoba belanja di sana, dicoba aja download dan install appnya. Gratis!