Berkali-kali saya bilang, bila hendak traveling ke kota di
Jawa Barat yang masih kental peninggalan kolonial dan tradisionalnya, pergilah
ke Cirebon. Paket lengkap di sana. Tak lupa hidangan kulinernya yang membuatmu
menggelepar keenakan.
Cirebon berusia 629 tahun. Kota tua ini jadi pertemuan dua
suku besar Indonesia: jawa dan sunda. Kerajaan kuno pernah ada di tanah
udang, sebuah kesultanan Islam yang besar.
Di masa jayanya, Cirebon jadi jantung pelabuhan
nusantara, pangkalan pendatang dari: Cina, Gujarat, India, Mongolia, Eropa.
Bayangkan tumplek tumbleg di Cirebon dahulu kala:
perekonomian tingkat global, penyebaran agama Islam, pertemuan banyak budaya,
dan kerajaan nusantara. Sungguh kota yang menarik!
Pemerintah menggaungkan slogan pariwisata berbunyi wonderful Indonesia, di
Cirebon inilah salah satu pesonanya.
Teman-teman ingin ke Cirebon dan bingung memulainya dari
mana? Ikuti rekomendasi perjalanan saya. Tahun 1999-2002 saya bersekolah di
sana. Matahari 33˚c adalah kawan baik.
Pindah ke Bandung, saya membaca buku-buku sejarah dan
budaya. Berbekal pengetahuan dari literatur tersebut, saya kembali ke Cirebon
dan merunut peninggalan sejarah di sana. Sesuatu yang saya tak ketahui selama
bermukim di Cirebon. Menyenangkan kenal kota sendiri. Sekarang saya bagikan
hal-hal yang mengagumkan dari Cirebon pada teman-teman.
Keraton Kasepuhan dan Gua Sunyaragi layak dikunjungi, tapi
Cirebon punya beberapa situs unik nan keren lainnya! Situs-situs yang jarang
dibahas travel web kebanyakan.
Mulai dari jelajah bangunan kolonial hingga menyaksikan indahnya
masjid-masjid kuno, saya ajak kalian memandang Cirebon dari sisi berbeda.
Jelajah Bangunan Antik di Cirebon
Peninggalan gedung kolonial memberikan sudut pandang baru di
dunia arsitektur nusantara. Orang awam tidak paham arsitektur, namun menyaksikan
bangunan kolonial kita akui memang indah rupanya.
Jelajah bangunan kuno di Cirebon dilakukan berjalan
kaki. Sehari saja. Dari pagi pukul 8.00 – 14.00 pun bisa, diseling jajan dan
istirahat.
Capek dan lelah? Waktunya menumpang becak.
Mulailah dari Jalan Siliwangi. Ada gedung Balaikota di sana.
Unik sekali dengan dekorasi udang di pucuk-pucuk bangunan. Tak akan kamu temui
gedung buatan Belanda seperti itu di kota lain.
Teruskan perjalanan ke arah Jalan Karanggetas. Di sini kamu
masuk wilayah campuran Arab dan Cina. Lihat peta (googlemap), datangi sekitar
Panjunan. Susuri jalan di sana, amati rumah kiri dan kanan yang arsitekturnya
endemik. Beberapa rumah memiliki kolom-kolom besar di bagian
terasnya.
Hentikan perjalanan sebentar di Masjid Merah Panjunan. Bila
kamu muslim, cobalah sholat di sana. Kalau nonmuslim, tak apa masuk masjidnya
sekadar memperhatikan dekorasi bangunan nan apik.
Keunikan Masjid Panjunan adalah warna dinding merah dan dekorasi
piring tertancap di dinding. Gapura masuk (Bentar) bergaya tradisional. Membaca
di beberapa literatur, gapura ini jadi ciri khas kota Cirebon. Terpengaruh
gaya Majapahit.
Tidak ada kubah di Masjid Panjunan. Sungguh menyenangkan
menyaksikan tempat ibadah yang arsitekturnya terjaga, mempertontonkan sejarah. Menjaga
nilai-nilai yang ada di masa lalu.
Siap melanjutkan perjalanan?
Mari ke jalan Pasewan. Di sini mulai masuk ke bangunan ala tionghoa.
Perhatikan pintu, jendela, hingga lengkung atapnya.
Menuju Jalan Pasuketan, ada gedung kolonial pujaan warga
Cirebon. Gedung instagramble. Gedung BAT namanya. Dahulu kantor sekarang kosong
saja. Ukuran bangunannya raksasa: memanjang dan menjulang.
Sudah dekat area keraton, berbeloklah dulu ke Gedung Bundar.
Ada dua bangunan sekolah yang antik, dua gereja kuno, dan klenteng tertua di
Cirebon.
Dari sini, teman-teman panggil becak dan nikmati perjalanan
teduh dan adem diterpa angin pantai. Minta tukang becak mengayuh ke arah
Kanoman. Saatnya mampir ke keraton no 2 di Cirebon, sekaligus hunting oleh-oleh
di Pasar Kanoman.
Jelajah Keraton Kanoman. Tidak makan waktu lama, sekitar
satu jam saja. Jangan menolak bila ada jasa pemandu. Percayalah cerita dari
pemandu keraton –meski teksbook
gayanya, alias kaku- bila diajak ngobrol mereka punya segudang cerita yang
siap jebol dari mulutnya.
Keluar keraton, masuk Pasar Kanoman, sambangi sebuah toko: Toko
Monas. Kamu beli oleh-oleh di toko ini saja. Harganya termurah, kualitasnya
terbaik!
Toko Oleh-oleh yang Highly Recommended
Produk rekomendasi saya: Asin Jambal Roti, Bakasem Japuh,
Emping, Terasi. Catatan penting bila kamu gemar memasak: belilah ebi kualitas satu di
sini.
Masih kurang oleh-olehnya? Susuri toko di seberang Toko
Monas. Carilah coet dan mutu. Tidak salah baca, saya sedang merekomendasikan
Ulekan!
di Pasar Kanoman ada Ulekan berkualitas satu. Bila kalian membawa
kendaraan sendiri, borong Ulekan di sana dan bagikan ke kerabat, tetangga, dan teman
kantor. Harga murah jika kamu jago menawarnya. Asal jangan nego harga terlalu
sadis.
Cukup perjalanan satu harinya? Kurang? Baiklah, ayo kita
pergi ke pinggir kota Cirebon.
Arahkan kendaraan ke kawasan Trusmi. Belanja batiknya tunda
dulu. Kita kunjungi dua masjid kuno nan keramat di sana: Masjid Kaliwulu dan Masjid Trusmi.
Masjid-masjid Kuno di Cirebon
Aktifkan googlemap, carilah Masjid Kaliwulu. Ikuti petunjuk
arahnya. Sesampainya di masjidnya, minta izin pada penjaga masjid. Masuki
bagian utama masjid.
Nah di sini kalian menyaksikan peninggalan dua abad lalu.
Masjid Kaliwulu dan Masjid Panjunan, pendirinya masih berkerabat. Bedanya,
Masjid Kaliwulu tidak berwarna merah.
Masjid yang telah mekar pembangunannya ini menyisakan ruang
asli tertutup pintu kayu terkunci. Di dalamnya terdapat makam, entah siapa. Juga
ada mimbar antik. Perlu izin agak rumit untuk masuk ke dalam ruangan bersejarah
ini. Kita bisa mengintipnya dari ruang utama masjid saja.
Dinding warna putih jadi pembatas ruang asli dengan ruangan
utama masa kini. Dindingny jadi arah kiblat. Ada banyak piring tertanam
di dinding dan Gapuranya beratap di tengah. Di bagian kanan dan kiri ruang
utama terdapat pintu mungil, kita harus merunduk untuk melewatinya. Pintu itu dahulu
jadi pintu masuk masjid. Tempat wudhu kuno terdapat di kedua sisi luar masjid utama,
berbentuk sumur. Sungguh masjid ini unik sekali!
Beralih ke Masjid Trusmi, suasananya lebih ramai. Lokasinya di Alun-alun Trusmi.
Di sini masjidnya masih beratap jerami. Ada dinding
dengan ornamen piring di pagar luar masjid. Sekeliling masjid ada makam, mungkin makam warga. Makam keramat adanya di ruang berbeda.
Usai menjelajahi dua masjid kuno tersebut, waktunya
berbelanja batik di Trusmi. Tak ketinggalan menyantap kuliner-kuliner Cirebon:
Empal Gentong, Nasi Jamblang (rekomendasi menu: Blakutak), Mie Koclok, Es
Kopyor 4848, dan Nasi Lengko di Pagongan.
Selamat menyusuri sejarah masa lalu negeri ini dari titik
utama penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Jangan lupa prinsip traveler
sejati: leave nothing but footprint
alias janganlah menyampah dan tidak merusak.
**********
Tulisan dibuat dalam rangka Wonderful Indonesia Blog
Competition. Ayo ikutan juga, hadiah totalnya 5 juta!
Teks: Nurul Ulu Wachdiyyah
Foto: Dokumen pribadi
Pengen ke Cirebon jadinya, pengen makan nasi Jamblang
ReplyDeleteBulan kemaren ke Cirebon, dari Bandung udah ngelist mau belanja apa dimana dan makan apa. Sampai Cirebon cuma ngadem dan berenang aja di hotel. Jajan juga di mall.. Hiks. nanti pengen balik lagi explore Cirebon lebih banyak
ReplyDeleteBookmark blog nya buat panduan kalau jalan-jalan ke Cirebon
ReplyDeleteSebagai "tukang makan" pengen banget atulah kesana buat makan2 dan itu yang dikangenin oleh2 kerupuk teh. Selama ini cuman dapat oleh-olehnya aja belum pernah main. Menyedihkan. Hahahaha
ReplyDeletesha itu selalu bingung kendaraan dr bandung ke cirebon. Naek kereta gitu worth gak sih teh? Dulu hampir dapet jodoh orang cirebon, gak di restuin mama nya krn gak boleh nikah sama orang sunda, kok gitu ya teh? hahaha *jadi curhat*
ReplyDeleteSepadan. Naik kereta api dr bdg ke cirebon paling enak. Ada juga travel, bhinekka namanya.
DeleteHahaha biasa org jaman dulu kayak gitu, sa. Btw kenapa ga boleh cenah?
Weekend kemarin, aku habis dari Cirebon teh. Tapi nggak kemana-mana, sih. Cuma kulineran aja. Tiap pulang ke Cirebon wajib mi koclok, nasi jamblang dengan balakutaknya, dan nasi lengko. Empal gentongnya aku belum pernah nyobain.
ReplyDeleteNtar kalo ke Cirebon lagi, pengen ke Kanoman.
Saya pernah ke Cirebon malam2 jadi belum explore, pengen deh kesana pasti seru tapi panas bangets ya teh
ReplyDeleteUdah lama banget saya belum.ke Cirebon lagi. Oke kalo gitu, menjejak wisata yang Ulu ulas boleh juga nanti kalo ke sana.
ReplyDeleteSeriusan teteh orang Cirebon?
ReplyDeleteAku pernah tinggal di kota ini selama 3 tahun, teh....
Meski aku gak hapal tiap sudut kotanya dan ingatanku samar tentangnya (karena saat itu aku masih kelas 3 SD), aku rindu dengan kota ini.
Rumahku dulu di Klayan, teh...
Uluuuuu, semoga menang, ya Allah. Aamiin. Hahaha.
ReplyDeleteSelalu suka mampir ke sini, tulisannya makin bagus dari hari ke hari. Anyway, sudah lama nggak mengunjungi Cirebon. Jadi kangen nasi Jamblang XD
Aku kalau ke Cirebon mager teh, nggak kuat hareudang pisan. Jadi ngadem aja di penginapan kemarin pas kesana hahaha, baru eksplornya keraton kasepuhan, ternyata banyak yang menarik di Cirebon jadi pengen eksplor nih, kumaha teh mau jadi guide-nya nggak? hehe
ReplyDeleteSalah satu kota yang pengen banget saya kenalin ke Fauzan, karena ternyata ada darah Cirebon dari kakek Bapaknya.
ReplyDeleteDuh, waktu suamiku tugas di Cirebon ga sempet ikutan kesana uy, hiks.. padahal bagus2 gini ya... Gudlak ya Lu, sing menang :)
ReplyDeleteHuaaa aku pengin banget ke Cirebon, jelajah tempat bersejarah. Baru nyampe perbatasannya aja huhu
ReplyDeleteduuh kapan ya aku niat piknik kesitu, masa lewat2 doang seminggu sekali
ReplyDeletesuasana kotanya asik banget dengan arsitektur tua dan bersejarah ya.
ReplyDeleteMadjidnya mirip-mirip di Serang ya. Mesjid kuno jg
ReplyDeletembak, kenapa aku baru baca setelah pulang dari Cirebon :(
ReplyDeleteUdah lama ngga ke Cirebon. Jadi tiba-tiba pengen liburan ke sana. Hahaha. Baiklah, ini perlu di-bookmark, biar klo main ke Cirebon ada tujuan yang bisa dikunjungi.
ReplyDelete