Lembang ini bakal bagaimana penampakannya kelak 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, 20 tahun lagi? Selalu ada tempat wisata baru di sana. Macet mah sudah langganan. Infrastruktur begitu-begitu saja.
Udahlah gak usah ke Lembang gimana? Macetnya luar binasa.
Saya bikinin agenda jalan-jalan di Bandung yang gak ada Lembangnya nih. Anggap aja alternatif liburan di Bandung. Lembang melulu bosen ndak :D
Gak jaminan terhindar dari macet sih. Sebab Bandung ini entah kapan jalanannya bakal lengang lagi. Tapi bukan berarti juga kota ini gak bisa dinikmati oleh warga lokalnya maupun turis.
Jadi kita ke mana aja nih jalan-jalan di Bandungnya?
Bandung Utara bagi saya bagian kota yang ternyaman. Ya wajar saja sebab wilayah ini dibangun tata kotanya oleh pemerintah kolonial Belanda. Beda dengan timur, selatan, dan barat yang ngawur banget dan tepi jalannya minim pepohonan.
Di utara juga ngaco sih tata kotanya setelah diurus orang kita. Tapi ya sisa-sisa warisan kerapihan kotanya masih ada.
Pergilah kalian ke daerah utara ini. Bila bawa kendaraan, parkir di Sabuga. Dan mulailah acara jalan-jalannya dengan berjalan kaki menuju...
1. Forest Walk Babakan Siliwangi - Teras Cikapundung
Tema jalan-jalannya lebih ke wisata alam sih ini. Di Babakan Siliwangi (Baksil, singkatannya) Forest Walk kita bakal jalan kaki sepanjang 2 km. Ada banyak pohon secara dia kan emang hutan mungil. Jadi ya sensasinya kayak berjalan di trek tengah hutan.
Bisa foto-foto sudah pasti. Bisa juga nongkrong karena ada beberapa bangku kayu di sana. Lebih lengkap tentang Forest Walk ini bisa teman-teman baca di tulisan Jalan-jalan di Forest Walk Babakan Siliwangi.
Abis itu ke Teras Cikapundung lihat sungai yang membelah kota Bandung. Cikapundung namanya. Istimewanya taman ini apa ya...gak ada sih :D hahaha.
Eh ada deng. Walo kemunculan tamannya kontroversial (sebab menggusur pemukiman padat dan diprotes aktivis-aktivis SJW), tapi konsep membangun taman di tepi sungai sebagus ini ya baru ada di Bandung.
Biasanya sungai kan jadi pemandangan buangan. Tempat buang kotoran. Menurut saya sih dengan Teras Cikapundung ini ada perspektif baru tentang menikmati pemandangan sungai. RK seolah-olah ngasitahu ke kita bahwa kayak gini harusnya sungai diperlakukan.
Tapi ngomongin sungai mah bakal panjang sih. Skip aja, intinya mah Teras Cikapundung menyenangkan juga untuk dikunjungi. Utamanya di musim hujan dan awal kemarau. Sebab di akhir kemarau mah sungainya kering heuheu.
Kamu bisa tambah juga jalan-jalannya ke kampus ITB dan kafe-kafe di Dago atau Dayang Sumbi.
Ngapain ke ITB? jalan-jalan aja ngintip kampus terbaik di negeri ini kayak gimana bentuknya :D kecuali kamu anak kampus kenamaan (UI misalnya lho ya, misalnya ini mah) yang apaan-sih-bagusan-kampus-gue-kemana-mana. LOL.
Gini deh. Kalo kamu penggemar jalan kaki santai di bawah pepohonan teduh dan cuaca sejuk, bisa menyusuri kampus ITB dari ujung depan sampai belakang bisa semenyenangkan itu.
Kalo kamu menyukai arsitektur kuno, maka perhatikan Aula Barat dan Aula Timur ITB. Syukur-syukur kalau bisa masuk ke dalamnya. Bisa menyaksikan kayu yang melengkung dan berlapis. Aneh banget lah itu arsitekturnya.
Terus kamu laper nih, pergi ke kafe-kafe yang ada di Dago atau Jl Dayang Sumbi. Kalau mau ngopi-ngopi pergilah ke Noah's Barn Coffee. Kafe Noah ini pelopor kedai kopi di Bandung dan kata temen-temen saya mah racikan kopinya terenak.
Forest Walk - Teras Cikapundung - ITB - dan kafe instagram itu ada dalam radius jalan kaki semua. Jadi, harusnya kamu gak kena macet sih. Pilih hotelnya yang sekitar situ juga biar bisa balik ke hotel jalan kaki. Bebas macet banget namanya :)
Dua kawasan ini populer banget sih. Pasti tahu lah ya turis mah. Media online udah banyak yang bahas Asia Afrika dan Braga.
Walo udah mainstream, menurut saya sih gak masalah juga kalo kamu ke sana. Tapi supaya gak biasa banget, bisa dicoba nih jalan-jalan ala saya di Asia Afrika dan Braga:
Rekomendasi roti lainnya:
Suikerbol
Keju bentuk rotinya kayak stik (lupa nama rotinya)
Risoles
Kroket
Sus
Bokkepoot
Pastry dari kacang, manis rasanya, saya lupa namanya :D
Bagi yang muslim, tanya dulu ke ibu-ibu wiraniaganya mana yang nonbabi dan nonalkohol.
Istimewanya toko roti ini adalah sejarah tokonya yang puanjaaaaang banget. Sudah ada sejak tahun 1929. Gak buka cabang, tokonya pun begitu-begitu aja. Pastry dan bakery yang mereka sediakan juga ya itu-itu aja.
Gak ada perubahan deh kayaknya ini toko. Oleh karenanya istimewa sekali bukan. Hehe.
Roti Granat
Walo gak selezat dulu, sandwichnya masih enak kok. Kejunya sih yang khas rasanya. Juga ada lapisan yang entah pake apa. Rasanya beda aja gitu.
Roti Granatnya sih yang terunik. Bentuknya memang mirip granat. Rasa rotinya bule banget ala Prancis kali nih. Kalo dibedah, di dalam rotinya ada 4 lapis. Dari tekstur roti kering sampai dengan lapisan terbawah renyah-renyah rasa kelapa. Unik banget. Highly recommended.
Sekarang jadi kedai kopi populer. Rasa kopinya ya menurut saya begitu-begitu saja gak ada beda dengan kedai kopi lain. Entah kenapa saya merekomendasikan kedai ini :D tempatnya bagus sih macam kafe instagram masa kini.
Di Asia Afrika hanya bisa menyaksikan berderet bangunan antik bergaya artdeco. Ohiya bisa juga masuk ke Museum Asia Afrika. Selebihnya ya hanya berfoto saja berlatar gedung-gedung antik.
Di sini banyak cosplay sih. Sejak Ridwan Kamil mempercantik jalan yang dibuat di zaman Daendels ini, buanyak banget cosplay yang cari uang di sini. Bisa lah berfoto dengan Bumblebee sampai dengan Kuntilanak. Hehe.
Bagi saya, bagian terbaik berada di Asia Afrika adalah duduk di bangku-bangku trotoar. Pilih yang menghadap Hotel Savoy Homann. Nikmati arsitektur bangunannya yang ayu. Jangan lupa perbekalan jajan di toko-toko roti di Braga, bisa dimakan di sini. Sembari ditiup angin sepoi-sepoi dan gas karbondioksida dari mobil dan motor. Haha.
Gak akan nulis ulang tentang yang ini, baca aja Bandung & Arsty Places: Berkunjung ke toko buku dan seni di Bandung.
Demikianlah rekomendasi jalan-jalan tanpa Lembang. Kalo mau tanya, drop di komen ya. Tapi sebelum bertanya, plisplisplis baca tulisan ini dengan seksama :D
Teks: Ulu
Foto: dokumen pribadi
Udahlah gak usah ke Lembang gimana? Macetnya luar binasa.
Saya bikinin agenda jalan-jalan di Bandung yang gak ada Lembangnya nih. Anggap aja alternatif liburan di Bandung. Lembang melulu bosen ndak :D
Gak jaminan terhindar dari macet sih. Sebab Bandung ini entah kapan jalanannya bakal lengang lagi. Tapi bukan berarti juga kota ini gak bisa dinikmati oleh warga lokalnya maupun turis.
Jadi kita ke mana aja nih jalan-jalan di Bandungnya?
Wisata Berjalan Kaki di Bandung, Banyak Pohonnya, Sejuk Hawanya
Bandung Utara bagi saya bagian kota yang ternyaman. Ya wajar saja sebab wilayah ini dibangun tata kotanya oleh pemerintah kolonial Belanda. Beda dengan timur, selatan, dan barat yang ngawur banget dan tepi jalannya minim pepohonan.
Di utara juga ngaco sih tata kotanya setelah diurus orang kita. Tapi ya sisa-sisa warisan kerapihan kotanya masih ada.
Pergilah kalian ke daerah utara ini. Bila bawa kendaraan, parkir di Sabuga. Dan mulailah acara jalan-jalannya dengan berjalan kaki menuju...
1. Forest Walk Babakan Siliwangi - Teras Cikapundung
Tema jalan-jalannya lebih ke wisata alam sih ini. Di Babakan Siliwangi (Baksil, singkatannya) Forest Walk kita bakal jalan kaki sepanjang 2 km. Ada banyak pohon secara dia kan emang hutan mungil. Jadi ya sensasinya kayak berjalan di trek tengah hutan.
Bisa foto-foto sudah pasti. Bisa juga nongkrong karena ada beberapa bangku kayu di sana. Lebih lengkap tentang Forest Walk ini bisa teman-teman baca di tulisan Jalan-jalan di Forest Walk Babakan Siliwangi.
Abis itu ke Teras Cikapundung lihat sungai yang membelah kota Bandung. Cikapundung namanya. Istimewanya taman ini apa ya...gak ada sih :D hahaha.
Eh ada deng. Walo kemunculan tamannya kontroversial (sebab menggusur pemukiman padat dan diprotes aktivis-aktivis SJW), tapi konsep membangun taman di tepi sungai sebagus ini ya baru ada di Bandung.
Biasanya sungai kan jadi pemandangan buangan. Tempat buang kotoran. Menurut saya sih dengan Teras Cikapundung ini ada perspektif baru tentang menikmati pemandangan sungai. RK seolah-olah ngasitahu ke kita bahwa kayak gini harusnya sungai diperlakukan.
Tapi ngomongin sungai mah bakal panjang sih. Skip aja, intinya mah Teras Cikapundung menyenangkan juga untuk dikunjungi. Utamanya di musim hujan dan awal kemarau. Sebab di akhir kemarau mah sungainya kering heuheu.
Kamu bisa tambah juga jalan-jalannya ke kampus ITB dan kafe-kafe di Dago atau Dayang Sumbi.
Ngapain ke ITB? jalan-jalan aja ngintip kampus terbaik di negeri ini kayak gimana bentuknya :D kecuali kamu anak kampus kenamaan (UI misalnya lho ya, misalnya ini mah) yang apaan-sih-bagusan-kampus-gue-kemana-mana. LOL.
Gini deh. Kalo kamu penggemar jalan kaki santai di bawah pepohonan teduh dan cuaca sejuk, bisa menyusuri kampus ITB dari ujung depan sampai belakang bisa semenyenangkan itu.
Kalo kamu menyukai arsitektur kuno, maka perhatikan Aula Barat dan Aula Timur ITB. Syukur-syukur kalau bisa masuk ke dalamnya. Bisa menyaksikan kayu yang melengkung dan berlapis. Aneh banget lah itu arsitekturnya.
Terus kamu laper nih, pergi ke kafe-kafe yang ada di Dago atau Jl Dayang Sumbi. Kalau mau ngopi-ngopi pergilah ke Noah's Barn Coffee. Kafe Noah ini pelopor kedai kopi di Bandung dan kata temen-temen saya mah racikan kopinya terenak.
Forest Walk - Teras Cikapundung - ITB - dan kafe instagram itu ada dalam radius jalan kaki semua. Jadi, harusnya kamu gak kena macet sih. Pilih hotelnya yang sekitar situ juga biar bisa balik ke hotel jalan kaki. Bebas macet banget namanya :)
Menyusuri Bangunan Kuno di Asia Afrika dan Braga
Dua kawasan ini populer banget sih. Pasti tahu lah ya turis mah. Media online udah banyak yang bahas Asia Afrika dan Braga.
wefie setitik dengan latar Gedung Gas Negara :D |
Walo udah mainstream, menurut saya sih gak masalah juga kalo kamu ke sana. Tapi supaya gak biasa banget, bisa dicoba nih jalan-jalan ala saya di Asia Afrika dan Braga:
1. Jajan di Toko Sumber Hidangan
Dine in, pesannya es krim dan roti kadet. Es krimnya minta yang ada topping kacang sesuatu, seperti nougat. Saya pikir gak ada topping kayak gitu di tempat lain. Kalo pun ada, rasanya beda. Ntar es krimnya dicocol ke roti, baru dimakan.Rekomendasi roti lainnya:
Suikerbol
Keju bentuk rotinya kayak stik (lupa nama rotinya)
Risoles
Kroket
Sus
Bokkepoot
Pastry dari kacang, manis rasanya, saya lupa namanya :D
Bagi yang muslim, tanya dulu ke ibu-ibu wiraniaganya mana yang nonbabi dan nonalkohol.
Istimewanya toko roti ini adalah sejarah tokonya yang puanjaaaaang banget. Sudah ada sejak tahun 1929. Gak buka cabang, tokonya pun begitu-begitu aja. Pastry dan bakery yang mereka sediakan juga ya itu-itu aja.
Gak ada perubahan deh kayaknya ini toko. Oleh karenanya istimewa sekali bukan. Hehe.
2. Sebrangi jalan, masuk ke toko roti juga, French Bakery namanya. Di sini pesanlah:
Sandwichnya yang khas French BakeryRoti Granat
Walo gak selezat dulu, sandwichnya masih enak kok. Kejunya sih yang khas rasanya. Juga ada lapisan yang entah pake apa. Rasanya beda aja gitu.
Roti Granatnya sih yang terunik. Bentuknya memang mirip granat. Rasa rotinya bule banget ala Prancis kali nih. Kalo dibedah, di dalam rotinya ada 4 lapis. Dari tekstur roti kering sampai dengan lapisan terbawah renyah-renyah rasa kelapa. Unik banget. Highly recommended.
3. Masuk ke Toko Kopi Djawa
Gak ada yang istimewa di sini selain tempatnya yang legendaris. Bukan kopinya. Tapi bangunannya. Dahulu dalah toko buku bernama Toko Buku Djawa.Sekarang jadi kedai kopi populer. Rasa kopinya ya menurut saya begitu-begitu saja gak ada beda dengan kedai kopi lain. Entah kenapa saya merekomendasikan kedai ini :D tempatnya bagus sih macam kafe instagram masa kini.
Di Jalan Asia Afrika, Ngapain Aja
Di Asia Afrika hanya bisa menyaksikan berderet bangunan antik bergaya artdeco. Ohiya bisa juga masuk ke Museum Asia Afrika. Selebihnya ya hanya berfoto saja berlatar gedung-gedung antik.
Di sini banyak cosplay sih. Sejak Ridwan Kamil mempercantik jalan yang dibuat di zaman Daendels ini, buanyak banget cosplay yang cari uang di sini. Bisa lah berfoto dengan Bumblebee sampai dengan Kuntilanak. Hehe.
Bagi saya, bagian terbaik berada di Asia Afrika adalah duduk di bangku-bangku trotoar. Pilih yang menghadap Hotel Savoy Homann. Nikmati arsitektur bangunannya yang ayu. Jangan lupa perbekalan jajan di toko-toko roti di Braga, bisa dimakan di sini. Sembari ditiup angin sepoi-sepoi dan gas karbondioksida dari mobil dan motor. Haha.
Jalan-jalan ke Galeri Seni dan Toko Buku
Gak akan nulis ulang tentang yang ini, baca aja Bandung & Arsty Places: Berkunjung ke toko buku dan seni di Bandung.
Demikianlah rekomendasi jalan-jalan tanpa Lembang. Kalo mau tanya, drop di komen ya. Tapi sebelum bertanya, plisplisplis baca tulisan ini dengan seksama :D
Teks: Ulu
Foto: dokumen pribadi
Iyap, suka sedih lihat tata kota di sekitar tempat tinggalku, daerah Bandung Timur dan Kab Bandung, semrawuttt. Sumber Hidangan dan French Bakery aku belum pernah ke sana
ReplyDeleteBikin list galeri2 seni di Bandung, Lu. Bakal Menarik banget, kaya dago tea house, selasar soenaryo, pintu merah, galeri popi, galeri yg ada di sulanjana, dll.
ReplyDeleteKemarin bawa turis lokal dr bali 19 orang ada yg nanya, kalo di bandung gada apa2 selain FO ya? Adaaa, hihi
ReplyDeleteIya Luuu, sekarang mah udah males main ke Lembang teh malah jadi stres ama macetnya :((
ReplyDeleteDuh, padahal seriiiing pisan lewat Babakan Siliwangi tapi kayaknya aku belon pernah masuk deh :((
Ntar pengen nyobain lah, bawa anak2 main ke sana sembari jalan2 nyusur ITB :))
Sama sih Teh saya juga suka jalan sehat dan hemat, bete dong kalo Bandung kian macet, makasih rekomendasi tempat roti nya jadi ingin coba❤️
ReplyDeleteAku belum jelajahi Bandung juga kayak teras Cikapundung hahaha pengen juga kesini :)
ReplyDeleteLembang mah macet, bikin badmood hihih. Enaknya sih ke babakan siliwangi , enakeun iyuh.
ReplyDeleteAlternatif jalan-jalan di Bandung yang gak macet : jangan pas week-end wkwkwkwk
ReplyDeleteTiap hari udah macet mulu di Bandung, teh :D
Deleteaku pribadi sangat merekomendasikan tempat baksil ini, selain bagus untuk foto2 ini juga bagus untuk relaksasi dan santai-santai loh
ReplyDeleteAduh, walau ga ada foto makanan nya, naha jadi lapar ya? :D
ReplyDeleteKepengen nyempetin waktuwaktu seh hunting wisata tanpa lembang kayak gini deh teh, ini walopun mainstream, maknanya dalem buat aku mah, soalnya suka pisan sejarah 😁
ReplyDeleteBelun pernah ke Baksil nih, pengen ke sana sama bocah-bocah.
ReplyDeleteWah sudah lama engga jalan2 Bandung kayak gitu...asyik juga kayaknya ya...
ReplyDeleteI love Braga. Sekarang lagi nginep di House Sangkuriang, deket banget sama Forest Walk. Pengen nyobain jalan disitu :) tapii liat sikon. Anakku nampaknya very eager-nya buat berenang klo pagi-sore teeh.
ReplyDeleteBetul juga nih, daripada bermacet ria ke lembang, mendingan jalan-jalan ke pusat kota. Eh, tapi di pusat kota kan, macet juga ya... Wkwkwk
ReplyDeleteKayaknya saya belum sempet lihat arsitekturnya gimana. Saya sekalinya main ke ITB cuma numpang ke toiletnya pas lagi mules karena habis makan di warung-warung sekitaran situ. Sekalian salat, sih.
ReplyDeleteDuh, jadi kangen makan ayam cola di deket ITB.
Asia Afrika ini yang deket terowongan ada tulisan Pidi Baiq itu bukan, sih? Kok saya lupa, ya. Baru dua tahunan lalu padahal. Hahaha.
Sejak lama saya pengin banget ke Forest Walk Baksil, tapi entah kenapa kami tak kunjung berjodoh..
ReplyDeleteKalau orang dari luar kota Bandung memang kebanyakan tertarik ke Lembang. Tapi Braga juga pasti disambangin.
ReplyDelete