Kesan pertama baca/denger Bio Farma pasti cuek-cuek aja. Apa istimewanya nama yang terkesan medis, biologis, dan berbau ilmu pengetahuan alam itu?
Ohooo istimewa banget!
Bio Farma punya sejarah panjang di Bandung. Wait, bahkan di Indonesia!
Gimana bisa?
Bio Farma adalah BUMN yang memproduksi vaksin dan antisera. Dahulu bernama Institute Pasteur & lembaga ini yang merintis pembuatan vaksin di Hindia Belanda.
Kamu tahu lah pasti Jalan Pasteur, orang Jakarta nih pasti tahu wkwkwk. Pasteur adalah ilmuwan yang menemukan (cara pembuatan) vaksin. Karena jasanya, namanya diabadikan jadi nama jalan di Bandung. Tepat di lokasi Bio Farma berada, di mana pekerjaannya Pasteur diteruskan sampai sekarang.
Sebenernya sih nama jalan Pasteur diubah jadi Jl. Dr Djundjunan. Tapi warga Bandung dan kebanyakan tulisan wisata tahunya ya Jalan Pasteur.
Sejak awal mula berdirinya 1890 di Batavia, mereka turun tangan mengatasi wabah penyakit di nusantara. Cacar Api salah satu penyakit yang berhasil ditumpas dengan imunisasi (vaksin). Vaksinnya dibuat di Institute Pasteur dong.
Faktanya sekarang, lembaga yang ada di Bandung sejak tahun 1923 ini memproduksi vaksin dan menyuplainya ke seluruh Indonesia. Termasuk memenuhi 10% kebutuhan vaksin dunia: 137 negara, 49 negara Islam (OIC).
Gileee Bio Farma! Mantap! Satu-satunya negara di Asia Tenggara yang kayak gini nih!
Karena sejarah yang panjang dan aset-aset medis yang mereka simpan baik-baik dan umurnya sudah satu abad, Bio Farma memuseumkan benda-benda bersejarah tersebut.
Rabu 18 Juli 2018, Bandung Diary dan banyak teman dari komunitas sejarah, blogger, dan museum menghadiri undangan acara dari Bio Farma. Ada talkshownya dan tur ke museum Bio Farma.
Museum Bio Farma sudah ada sejak tahun 2015. Namun karena datanya diperbarui & ada perubahan tata letak pameran, mereka ajak kami melongok kembali museum medis mungil dengan sejarah panjang ini.
Upaya menghadirkan museum ini adalah cara Bio Farma ikut melestarikan sejarah Bandung, utamanya di bidang kesehatan.
Di dalam Museum Bio Farma kita bisa melihat asal muasal penemuan vaksin, wabah penyakit, 'pembuatan' vaksin, dan peralatan medis yang digunakan di tahun 1930an, serta beberapa alat medis lainnya. Cocok nih museumnya bagi kamu, kamu, dan kamu yang antivaksin. Ketahui asal usul vaksin, kenal vaksin lebih dekat. Supaya apa? Agar paham dan tobat dari antivaksin.
Display benda koleksinya bagus-bagus. Modern & dirancang apik sehingga enak dibaca dan bagus buat foto-foto. Khekhe.
Ada empat area di dalam museum. Dimulai dari data bos-bos Bio Farma sejak 1 abad lalu. Abis itu timeline perjalanan Bio Farma sejak zaman kolonial sampai kemerdekaan. Banyak foto yang merekam pembuatan vaksin dan imunisasi di era kolonial. Memang orang-orang Belanda ini ya arsip dokumentasinya bagus banget. Salut juga kepada Bio Farma yang menyimpan dan menjaga 'harta karun' tersebut baik-baik.
Oke. Dari area 1 dan 2 yang bahasnya fokus ke sejarah, di area 3 masuk ke area yang bahas vaksin. Banyak Taksidermi (cmiiw). Di antaranya saya melihat ular. Kamu pernah bertanya-tanya gak sih vaksin itu bikinnya gimana? kalau meratiin dari museumnya Bio Farma, saya jelasin dikit nih. Benerin ya kalo ada yang salah.
Jadi bikin vaksin itu ibarat ternak ikan lele. Bakteri baik diternakan. Untuk mengembakbiakan bakteri tersebut, butuh media. Media ini nih aneh-aneh sih. Ya namanya juga bakteri sih ya apa yang gak aneh darinya :D
Kayak vaksin untuk cacar api nih, dikembangbiakannya di perut kerbau. Memang hanya bisa di perut kerbau. Terus pas panen, diambil lah bakterinya terus entah gimana cara ekstraknya, buang zat buruknya, ambil zat baiknya. Butuh waktu sekitar hampir 10 bulan untuk proses pembuatan vaksin tersebut. Ceunah kata pemandu museumnya.
Hamdalah ya cacar api udah musnah.
Btw balik ke museum. Di bagian akhir museum ada area yang memajang prestasi Bio Farma. Juga ada profil kerja tim CSRnya mereka.
Pernah denger Ciletuh kan, yang sekarang udah resmi jadi Geopark Nasional. Nah, Bio Farma dengan tim CSRnya turun tangan mendampingi warga di sana mewujudkan status geopark tersebut sejak tahun 2014. Kamu bisa baca tulisan jalan-jalan saya di Ciletuh di sini yak.
Btw, setelah talkshow dan tur ke museum, kami juga diimunisasi, disuntik vaksin Flubio. Vaksin Influenza. Wah terima kasih, Bio Farma!
Bila ingin berkunjung ke Museum Bio Farma, reservasi dulu ke webnya. Cek ke bio akun @biofarmaid dan klik websitenya.
Museumnya terbuka untuk umum & gratis, namun datangnya gak bisa perorangan gitu.
Museum menerima kunjungan di hari rabu & kamis, jam 09.00-11.30.
Ohooo istimewa banget!
Bio Farma punya sejarah panjang di Bandung. Wait, bahkan di Indonesia!
Gimana bisa?
Bio Farma adalah BUMN yang memproduksi vaksin dan antisera. Dahulu bernama Institute Pasteur & lembaga ini yang merintis pembuatan vaksin di Hindia Belanda.
Kamu tahu lah pasti Jalan Pasteur, orang Jakarta nih pasti tahu wkwkwk. Pasteur adalah ilmuwan yang menemukan (cara pembuatan) vaksin. Karena jasanya, namanya diabadikan jadi nama jalan di Bandung. Tepat di lokasi Bio Farma berada, di mana pekerjaannya Pasteur diteruskan sampai sekarang.
Sebenernya sih nama jalan Pasteur diubah jadi Jl. Dr Djundjunan. Tapi warga Bandung dan kebanyakan tulisan wisata tahunya ya Jalan Pasteur.
Sejak awal mula berdirinya 1890 di Batavia, mereka turun tangan mengatasi wabah penyakit di nusantara. Cacar Api salah satu penyakit yang berhasil ditumpas dengan imunisasi (vaksin). Vaksinnya dibuat di Institute Pasteur dong.
Faktanya sekarang, lembaga yang ada di Bandung sejak tahun 1923 ini memproduksi vaksin dan menyuplainya ke seluruh Indonesia. Termasuk memenuhi 10% kebutuhan vaksin dunia: 137 negara, 49 negara Islam (OIC).
Gileee Bio Farma! Mantap! Satu-satunya negara di Asia Tenggara yang kayak gini nih!
Karena sejarah yang panjang dan aset-aset medis yang mereka simpan baik-baik dan umurnya sudah satu abad, Bio Farma memuseumkan benda-benda bersejarah tersebut.
Rabu 18 Juli 2018, Bandung Diary dan banyak teman dari komunitas sejarah, blogger, dan museum menghadiri undangan acara dari Bio Farma. Ada talkshownya dan tur ke museum Bio Farma.
Museum Bio Farma sudah ada sejak tahun 2015. Namun karena datanya diperbarui & ada perubahan tata letak pameran, mereka ajak kami melongok kembali museum medis mungil dengan sejarah panjang ini.
Upaya menghadirkan museum ini adalah cara Bio Farma ikut melestarikan sejarah Bandung, utamanya di bidang kesehatan.
Di dalam Museum Bio Farma kita bisa melihat asal muasal penemuan vaksin, wabah penyakit, 'pembuatan' vaksin, dan peralatan medis yang digunakan di tahun 1930an, serta beberapa alat medis lainnya. Cocok nih museumnya bagi kamu, kamu, dan kamu yang antivaksin. Ketahui asal usul vaksin, kenal vaksin lebih dekat. Supaya apa? Agar paham dan tobat dari antivaksin.
Display benda koleksinya bagus-bagus. Modern & dirancang apik sehingga enak dibaca dan bagus buat foto-foto. Khekhe.
Ada empat area di dalam museum. Dimulai dari data bos-bos Bio Farma sejak 1 abad lalu. Abis itu timeline perjalanan Bio Farma sejak zaman kolonial sampai kemerdekaan. Banyak foto yang merekam pembuatan vaksin dan imunisasi di era kolonial. Memang orang-orang Belanda ini ya arsip dokumentasinya bagus banget. Salut juga kepada Bio Farma yang menyimpan dan menjaga 'harta karun' tersebut baik-baik.
Oke. Dari area 1 dan 2 yang bahasnya fokus ke sejarah, di area 3 masuk ke area yang bahas vaksin. Banyak Taksidermi (cmiiw). Di antaranya saya melihat ular. Kamu pernah bertanya-tanya gak sih vaksin itu bikinnya gimana? kalau meratiin dari museumnya Bio Farma, saya jelasin dikit nih. Benerin ya kalo ada yang salah.
Jadi bikin vaksin itu ibarat ternak ikan lele. Bakteri baik diternakan. Untuk mengembakbiakan bakteri tersebut, butuh media. Media ini nih aneh-aneh sih. Ya namanya juga bakteri sih ya apa yang gak aneh darinya :D
Kayak vaksin untuk cacar api nih, dikembangbiakannya di perut kerbau. Memang hanya bisa di perut kerbau. Terus pas panen, diambil lah bakterinya terus entah gimana cara ekstraknya, buang zat buruknya, ambil zat baiknya. Butuh waktu sekitar hampir 10 bulan untuk proses pembuatan vaksin tersebut. Ceunah kata pemandu museumnya.
Hamdalah ya cacar api udah musnah.
Btw balik ke museum. Di bagian akhir museum ada area yang memajang prestasi Bio Farma. Juga ada profil kerja tim CSRnya mereka.
Pernah denger Ciletuh kan, yang sekarang udah resmi jadi Geopark Nasional. Nah, Bio Farma dengan tim CSRnya turun tangan mendampingi warga di sana mewujudkan status geopark tersebut sejak tahun 2014. Kamu bisa baca tulisan jalan-jalan saya di Ciletuh di sini yak.
Btw, setelah talkshow dan tur ke museum, kami juga diimunisasi, disuntik vaksin Flubio. Vaksin Influenza. Wah terima kasih, Bio Farma!
Bila ingin berkunjung ke Museum Bio Farma, reservasi dulu ke webnya. Cek ke bio akun @biofarmaid dan klik websitenya.
Museumnya terbuka untuk umum & gratis, namun datangnya gak bisa perorangan gitu.
Museum menerima kunjungan di hari rabu & kamis, jam 09.00-11.30.