Dari Bromo saya mampir ke Malang. Tiga hari lamanya di kota apel ini. Pertama-tama main di Jatim Park 2 tentu saja. Barulah di hari berikutnya mulai main di kota, menyusuri bangunan tuanya.
Seperti biasa, peta sudah di tangan. Rencana disiapkan. Saya dan Nabil berjalan kaki dengan titik mula di Pasar Besar Malang. Ke sana untuk makan sate klomoh yang legendaris. Tidak sulit cari warungnya yang mana. Pasarnya sepi gak seramai pasar yang saya bayangkan pada umumnya.
Bisa jadi sayanya kesiangan ke pasar ya, jam 9.30 waktu itu. Sate Klomoh tiga tusuk cukup sudah. Ngobrol dengan dua ibu-ibu yang dulu pernah bermukim di Bandung. Tahun 90an katanya pernah tinggal di Jalan Suci. Balik ke Malang awal tahun 2000.
Saya pamit kepada ibu-ibu tersebut. Keluar pasar dan cek daftar kuliner yang mau saya coba.
Ketan bubuk. Saya cari-cari pedagangnya, dua orang yang saya tanya bilang saya kesiangan. Pedagangnya udah tutup lapak. Ah ya sudahlah.
Saya pamit kepada ibu-ibu tersebut. Keluar pasar dan cek daftar kuliner yang mau saya coba.
Ketan bubuk. Saya cari-cari pedagangnya, dua orang yang saya tanya bilang saya kesiangan. Pedagangnya udah tutup lapak. Ah ya sudahlah.
Saya ajak Nabil ke Museum Bentoel. Kali ini naik ojek online. Ternyata museumnya ada di sebelah pasar aja tinggal jalan dikit ahahahaha. Kesalnya belum berakhir. Museumnya tutup. Yaaah sudahlah.
Akhirnya berjalan kaki saja mengikuti rute di peta. Kira-kira dua jam kemudian kami mendarat di Toko Oen.
Semestinya seorang teman baru menemani perjalanan saya di Malang ini. Namun mendadak ia harus lembur sehingga saya dan Nabil berjalan tanpa pegangan. Rasanya hampa banget jalan melihat-lihat bangunan kuno di Malang tanpa ditemani narator. Udah gitu harus nyebrang-nyebrang jalan aduh sejak tertabrak motor di Yogyakarta, saya trauma menyebrang sendiri :D
Kira-kira di Jalan Tumapel, saya putuskan sewa ojek online lagi. Saya membayarnya lebih banyak untuk mengantar saya ke beberapa lokasi yang tercantum di peta. Ini sopir ojeknya keukeuh mau bawa saya dan Nabil ke Kampung Pelangi.
Buat apa ke Kampung Pelangi, Mas?
Buat foto-foto, Mbak.
Euuurrr... kami sudah berhenti di mulut masuk ke Kampung Pelangi dan saya dengan sedih harus menolak ajakannya. Sebab saya sudah punya tujuan sendiri dan kampung warna-warni seperti itu (dan semua yang dibuat untuk instagram) bukan favorit saya. Kecuali kampung yang di Kali Code.
Hampa banget nih jalan di Malang. Kayak kurangnya banyak banget. Beda banget dengan perjalanan singkat di Blitar yang malahan terasa begitu 'penuh'.
Saya udah bilang sih sama Indra, pengen balik lagi ke Malang. Main lagi di Jatim Park 2 (bagian kebun binatangnya mau saya lewatkan saja, lebih seru main di wahana fantasinya ahahahahaha). Tentu saja pengen lagi datengin bangunan kunonya. Nanti mah wajib ditemenin warga lokal biar gak garing. Biar gak hampa. Halah :D
Kesan saya terhadap kota ini adalah:
1. Dia gak sedingin Bandung. Malang 400++ mdpl kalau Bandung di 700++ mdpl.
2. Walo begitu Malang tetep adem, saya suka kotanya ehehehehe. Minimal mah abis makan teh teu kesangan kayak di Cirebon, Surabaya, atau Jakarta :D
2. Walo begitu Malang tetep adem, saya suka kotanya ehehehehe. Minimal mah abis makan teh teu kesangan kayak di Cirebon, Surabaya, atau Jakarta :D
2. Jalan-jalannya kecil mirip di Bandung. Dibikin searah juga terus belok-belok mulu ah lieur.
3. Waktu di Jalan Ijen, hwaduh rasanya kayak ketemu cinta lama, yaitu jalan Pasteur di Bandung sebelum ada Jalan Layang Pasupati. Mirip banget 99%. Rumah-rumah kuno di tepi jalan. Taman kecil sepanjang jalan di bagian tengah. Jalan rayanya terbagi dua dipisah taman. Pohon palem raja di sepanjang pinggir jalan. Duh jatuh cinta saya mah sama jalan Ijen.
4. Makanan jalanannya enak-enak.
Ini kota-kota adem begini memang jadi kecintaan.
Bandung difavoritkan Jakarta.
Malang juga disukai Surabaya.
Tapi...Malang kalau gak hati-hati dalam perencanaan kota, nasibnya bisa sama kayak Bandung. Macet menggila. Kawasan Batu itu tuh ya serupa Lembang. Tempat wisatanya banyak. Tapi ya gimana ya, saya aja datang ke Jatim Park 2 dan itu teh menyenangkan banget.
Cukup gak sih tempat wisata 1-2 aja. Gak usah ada Jatim Park 3, 4, 5, dst, dll, dsb. Maksudnya apa ya bikin banyak tempat wisata? memecah keramaian? mendatangkan uang lebih banyak? membuka lapangan kerja lebih hwedan sehingga warga lokal terpenuhi pendapatannya?
Kok saya merasa ada yang salah ya. Gak di Bandung, gak di Malang...
Sesampainya di Bandung, beberapa hari kemudian saya nonton berita di televisi. Walikota Malang ditangkap KPK...
4. Makanan jalanannya enak-enak.
Ini kota-kota adem begini memang jadi kecintaan.
Bandung difavoritkan Jakarta.
Malang juga disukai Surabaya.
Tapi...Malang kalau gak hati-hati dalam perencanaan kota, nasibnya bisa sama kayak Bandung. Macet menggila. Kawasan Batu itu tuh ya serupa Lembang. Tempat wisatanya banyak. Tapi ya gimana ya, saya aja datang ke Jatim Park 2 dan itu teh menyenangkan banget.
Cukup gak sih tempat wisata 1-2 aja. Gak usah ada Jatim Park 3, 4, 5, dst, dll, dsb. Maksudnya apa ya bikin banyak tempat wisata? memecah keramaian? mendatangkan uang lebih banyak? membuka lapangan kerja lebih hwedan sehingga warga lokal terpenuhi pendapatannya?
Kok saya merasa ada yang salah ya. Gak di Bandung, gak di Malang...
Sesampainya di Bandung, beberapa hari kemudian saya nonton berita di televisi. Walikota Malang ditangkap KPK...