Berjalan kami bertiga menuju Museum Sandi. Perut-perut kami sudah terisi dengan penuh Baso Malang di lesehan di depan Masjid Syuhada. Terkantuk-kantuk saya menggiring Nabil bergegas, mataharinya juga terik amat. Panas euy.
Ah ini dia museumnya.
Ah ini dia museumnya.
Museumnya lengang (gak heran, it is a museum). Rombongan kami ini satu-satunya pengunjung.
Terdiri dari dua lantai, Museum Sandi memajang koleksi persandian di zaman pasca kemerdekaan. Setelah isi data di bagian penerimaan tamu, saya diberi kertas yang merupakan sandi bernama Sandi Geser. Wah baru mau masuk museumnya saya sudah dilatih persandian. Hehehe. Sandi Gesernya juga bisa saya bawa pulang.
Bangunan museumnya seperti rumah tinggal. Kecil saja bukan gedung mewah dan termasuk ke dalam bangunan cagar budaya Yogyakarta.
Ngomong-ngomong, kenapa saya gak pernah baca sama sekali sejarah tentang persandian di Indonesia ya? Sayanya kurang membaca banyak atau emang tokoh-tokoh sandi Indonesia gak ada dalam buku sejarah manapun?
Di Museum Sandi ini saya baru tahu seseorang bernama Robioeno Kertopati, tokoh utama di balik perjuangan Republik Indonesia khusus bidang sandi. Ia seorang dokter -yang saking cerdasnya- ditunjuk oleh negara untuk memimpin departemen lembaga sandi di Indonesia. Dulu namanya Dinas Kode, sekarang namanya jadi Lembaga Sandi Negara.
Disebutkan juga bahwa pria kelahiran Ciamis tersebut membuat sistem sandi sendiri pada waktu memimpin Dinas Kode. Gak pernah belajar bahasa sandi secara formal, Roebiono hanya mengecap kursus saja di Kementrian Luar Negeri Belanda.
Masuk ke Museum Sandi gratis aja. Di ruangan pertama kami menonton video tentang sejarah aksara dan bahasa di belahan dunia lain. Bahasa Mesir Kuno di antaranya. Kemudian sejarah berpindah hingga ke Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Tahun 1946 Dinas Kode dibentuk untuk pertama kalinya. Ibukota Jakarta pindah ke Yogyakarta. Belanda melancarkan serangan agresinya ke Indonesia usai Jepang kalah di Perang Dunia ke II. Dinas Kode ini lah yang menjaga alur komunikasi dan informasi dari perundingan demi perundingan yang dilakukan tokoh-tokoh negara, pasukan yang bergerilya, hingga mengirim dan memperoleh pesan dari pedalaman, perkotaan, antar kota, hingga luar negeri.
Menteri Pertahanan saat itu, Amir Syarifudin menunjuk dokter pribadi Soekarno yang juga bekerja sebagai intelejen, Roebiono Kertopati. Bukan tanpa alasan sih memilih Roebiono. Selain latar belakangnya sebagai petugas intelejen negara, beliau terkenal sebagai polyglot: menguasai beberapa bahasa asing (belanda, inggris, jerman dan perancis) dan sanggup menulis dengan baik menggunakan tangan kanan dan tangan kiri.
Bekerja secara rahasia dan menjaga alur informasi dan komunikasi, orang-orang yang bekerja di Dinas Kode selayaknya bekerja dalam kesunyian. Berkali-kali markas Dinas Kode berpindah markas, berpindah lokasi. Serba rahasia.
Dalam museum ini kita bisa lihat diorama markas Dinas Kode di masa pra-kemerdekaan. Lokasi markasnya berada di Desa Dekso, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
Salah satu yang unik bagi saya adalah mesin-mesin kriptografi. Beberapanya buatan luar negeri (Swedia, Ukraina, Swiss, dll), namun menariknya ada pula mesin buatan lokal. Pertama kalinya saya lihat langsung yang namanya mesin telegraf. Berada di ruangan mesin-mesin kriptografi ini jadi membayangkan kehidupan di masa lampau di era perang dunia dan perang melawan Belanda. Pas mereka ketak ketik mesinnya, membaca sandi, mengirim berita genting tentang kemerdekaan, dan sebagainya.
Datang ke Museum Sandi sebenarnya lebih cocok disebut belajar sejarah persandian Indonesia, bukan belajar bahasa sandi. Di sini ada bermacam-macam bahasa sandi. Selama ini saya tahunya Sandi Morse aja. Heuheu. Dari museum ini saja saya baru tahu kalau ada yang namanya Sekolah Sandi Negara. Ah pinter-pinter pasti nih anak lulusan sekolah sandi.
Walau mesin-mesin sandinya hanya untuk dilihat, pengunjung juga bisa merasakan sensasi menggunakan bahasa sandi. Kode Geser Caesar (Sandi Geser) dan Cardan Grille bisa 'dioprek' pengunjung. Saya nyobain sih make sandinya dan lumayan ya otak saya berasa kerja :D macam ngerjain teka-teki. Ah orang-orang yang bekerja di Dinas Kode ini otaknya sudah pasti brilian semua.
Berkeliling Museum Sandi, muncul kebanggaan dalam hati. Selama ini cuma tahu Soekarno, Tan Malaka, Ahmad Dahlan, Tjokroaminoto, dll, dst, dsb. Sekarang jadi tahu orang-orang kayak Roebiono Kertopati. Orang-orang cerdas dan tangguh yang bekerja menjaga kemerdekaan dari balik layar. "Bekerja dalam kesunyian," kalau kata Aan.
Naik ke lantai dua, kita bisa lihat memorabilia Roebiono Kertopati. Dari mulai kacamata, alat tulis, jam tangan, dan pakaian. Medali-medali penghargaan dari pemerintah untuk Roebiono pun terpajang di museum ini. Selain komitmennya dalam bekerja untuk negara, Roebiono juga memiliki moto yang ia serukan kepada anak buahnya: berani tidak dikenal.
Teks: Ulu
Foto : Ulu, dipoto pake kamera smartphone
Ngomong-ngomong, kenapa saya gak pernah baca sama sekali sejarah tentang persandian di Indonesia ya? Sayanya kurang membaca banyak atau emang tokoh-tokoh sandi Indonesia gak ada dalam buku sejarah manapun?
Di Museum Sandi ini saya baru tahu seseorang bernama Robioeno Kertopati, tokoh utama di balik perjuangan Republik Indonesia khusus bidang sandi. Ia seorang dokter -yang saking cerdasnya- ditunjuk oleh negara untuk memimpin departemen lembaga sandi di Indonesia. Dulu namanya Dinas Kode, sekarang namanya jadi Lembaga Sandi Negara.
Disebutkan juga bahwa pria kelahiran Ciamis tersebut membuat sistem sandi sendiri pada waktu memimpin Dinas Kode. Gak pernah belajar bahasa sandi secara formal, Roebiono hanya mengecap kursus saja di Kementrian Luar Negeri Belanda.
Masuk ke Museum Sandi gratis aja. Di ruangan pertama kami menonton video tentang sejarah aksara dan bahasa di belahan dunia lain. Bahasa Mesir Kuno di antaranya. Kemudian sejarah berpindah hingga ke Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Tahun 1946 Dinas Kode dibentuk untuk pertama kalinya. Ibukota Jakarta pindah ke Yogyakarta. Belanda melancarkan serangan agresinya ke Indonesia usai Jepang kalah di Perang Dunia ke II. Dinas Kode ini lah yang menjaga alur komunikasi dan informasi dari perundingan demi perundingan yang dilakukan tokoh-tokoh negara, pasukan yang bergerilya, hingga mengirim dan memperoleh pesan dari pedalaman, perkotaan, antar kota, hingga luar negeri.
Menteri Pertahanan saat itu, Amir Syarifudin menunjuk dokter pribadi Soekarno yang juga bekerja sebagai intelejen, Roebiono Kertopati. Bukan tanpa alasan sih memilih Roebiono. Selain latar belakangnya sebagai petugas intelejen negara, beliau terkenal sebagai polyglot: menguasai beberapa bahasa asing (belanda, inggris, jerman dan perancis) dan sanggup menulis dengan baik menggunakan tangan kanan dan tangan kiri.
Bekerja secara rahasia dan menjaga alur informasi dan komunikasi, orang-orang yang bekerja di Dinas Kode selayaknya bekerja dalam kesunyian. Berkali-kali markas Dinas Kode berpindah markas, berpindah lokasi. Serba rahasia.
Salah satu yang unik bagi saya adalah mesin-mesin kriptografi. Beberapanya buatan luar negeri (Swedia, Ukraina, Swiss, dll), namun menariknya ada pula mesin buatan lokal. Pertama kalinya saya lihat langsung yang namanya mesin telegraf. Berada di ruangan mesin-mesin kriptografi ini jadi membayangkan kehidupan di masa lampau di era perang dunia dan perang melawan Belanda. Pas mereka ketak ketik mesinnya, membaca sandi, mengirim berita genting tentang kemerdekaan, dan sebagainya.
Datang ke Museum Sandi sebenarnya lebih cocok disebut belajar sejarah persandian Indonesia, bukan belajar bahasa sandi. Di sini ada bermacam-macam bahasa sandi. Selama ini saya tahunya Sandi Morse aja. Heuheu. Dari museum ini saja saya baru tahu kalau ada yang namanya Sekolah Sandi Negara. Ah pinter-pinter pasti nih anak lulusan sekolah sandi.
Walau mesin-mesin sandinya hanya untuk dilihat, pengunjung juga bisa merasakan sensasi menggunakan bahasa sandi. Kode Geser Caesar (Sandi Geser) dan Cardan Grille bisa 'dioprek' pengunjung. Saya nyobain sih make sandinya dan lumayan ya otak saya berasa kerja :D macam ngerjain teka-teki. Ah orang-orang yang bekerja di Dinas Kode ini otaknya sudah pasti brilian semua.
Berkeliling Museum Sandi, muncul kebanggaan dalam hati. Selama ini cuma tahu Soekarno, Tan Malaka, Ahmad Dahlan, Tjokroaminoto, dll, dst, dsb. Sekarang jadi tahu orang-orang kayak Roebiono Kertopati. Orang-orang cerdas dan tangguh yang bekerja menjaga kemerdekaan dari balik layar. "Bekerja dalam kesunyian," kalau kata Aan.
Naik ke lantai dua, kita bisa lihat memorabilia Roebiono Kertopati. Dari mulai kacamata, alat tulis, jam tangan, dan pakaian. Medali-medali penghargaan dari pemerintah untuk Roebiono pun terpajang di museum ini. Selain komitmennya dalam bekerja untuk negara, Roebiono juga memiliki moto yang ia serukan kepada anak buahnya: berani tidak dikenal.
Foto : Ulu, dipoto pake kamera smartphone
Menarik, aku cm tahu ada sekilah sandi negara. Lepas itu, urusan sandi kayaknya emang sengaja disimpan
ReplyDeleteiya. rahasia :D
DeleteMuseum ini masih dalam wishlist untuk dikunjungi. Selama ini belum sempet mampir, padahal ga terlalu jauh dari Malioboro.
ReplyDeletebiasa, jo. yang dekat2 terasa jauh emang hehehehe
Deletewuih baru tahu ada lembaga sandi negara, seru juga sepertinya mampir ke museum ini mbak, next ke jogja bisa jd tempat kunjungan
ReplyDeleteiya baru pada tau ya ternyata hahaha sama saja juga euy :D nah sekarang jadi ada destinasi baru di jogja selain malioboro, yaitu museum sandi! hehehe
DeleteWah boleh nih buat maen2 minggu depan!... Mudah2an ad waktu buat kesana!..
ReplyDeleteamin!
Deletewaah, bahas tempat wisatayang seru lagi di jogja, main ke jogja mesti mampir sini :)
ReplyDeletecuuusss!
DeleteGak cuma dikenal sebagai Bapak Sandi Indonesia lho. Dr. Roebiono Kertopati ini juga merupakan salah satu dokter yang tergabung dalam tim forensik yang mengautopsi 7 pahlawan revolusi di tahun 1965. Gak aneh lah ya, kalau selama masa orba beliau bisa 'diam' dan 'menjaga' hasil autopsi yang sesungguhnya. Intelijen gitu :-)
ReplyDeleteBtw, museum ini sekarang masuk wishlist kunjunganku jadinya. Thanks udah berbagi kisahnya ya Lu :-)
Wah saya baru tau, Bart. Fakta menarik. Berdedikasi banget ya bisa jaga rahasia sepanjang hayat. Salut kepada Bapak Roebiono, keturunannya pasti bangga. Saya aja berasa bangga begini :) Sama-sama, Bart!
Deletemas Bart kalau udah bicara sejarah nampak ganteng deh... :D
DeleteDan aku jadi pengen searching tentang Robioeno Kertopati teh hahaha makasi infonya selama belajar sejarah mungkin aku yang sering tidur sampe luput dari ingatanku namanya blio :D apalagi komen yang atas aku ini wuih jadi pengen tau biigrafinya :) next ke Yogya mesti masukin list museum ini
ReplyDeleteKayaknya di buku sejarah emang gak ada namanya ya. Eh ga tau juga ding ehehehe
DeleteAaaah makin kebelet nih saya ke Jogja
ReplyDeletesegera booking tiket kereta! Tooottt! Toooottt! Hehehehe
DeleteSekolah sandi di bandung bener bukan ya?
ReplyDeleteIh baru tau ada museum sandi di jogja... Seru...
wah belum tau, nat. saya belum cari tau ttg sekolah sandinya :D
DeleteBaru tau ada museum sandi di Indonesia hahaha Teh Ulu bikin diriku makin pengen main ke jogjaaa..
ReplyDeletenah sekarang udah tau :D
DeleteSedih ya kalo museum sepi.. doa untuk para pahlawan dalam kesunyian ^^
ReplyDelete:D ya begitulah, teteh. Amin.
DeleteWah baru tau neh kelahiran Ciamis pulak yah samaan atuh ya heuheu...
ReplyDeletehahaha :D
Deleteaku jadi ingat film the immitation game! ini seru amat sih museumnya... duhh masuk bucketlist kalau mau ke jogja nih.. TFS ya Teh!
ReplyDeleteSama-sama, mba ayuuu!
DeleteMenarik ya, pas ke Yogya belum sempat kesini hehe tfs Teh
ReplyDeletenah nanti disempetin :)
Deletesempat lewat sini Ulu pas kemarin ke Jogja, tapi nggak disempatin mampir,
ReplyDeletesayang ya he.. he..., kasih kesempatan anak2 cari obyek wisata pilihan masing2
hehehe iya gak apa-apa, bisa lain kali :D klo dipaksain ntar pada bete lagi :D
Deleteaku baru tau loh, padahal baru ke jogja kemarin2 wah mestinya aku kesana
ReplyDeleteweis iya atuh, rara. nanti ke jogja lagi mampir ke Museum Sandi :)
Deleteweis iya atuh, rara. nanti ke jogja lagi mampir ke Museum Sandi :)
DeleteBagi sebagian pejalan, berkunjung ke museum itu hal yang ngebosenin. Padahal di sana kita bisa lihat sejarah kota itu sendiri ya.
ReplyDeleteBetul, Koh.
DeleteSayang sekali museum yang notabene aset negara masuknya gratis, mbok ya masuknya ditarikin retribusi gitu 5rb atau 15rb kan lumayan buat biaya perawatan
ReplyDeleteDatengin aja dulu. Udah ke sana belum? :D
DeleteCiri khas indonesia bgt, banyak museum bagus, tp jrg ada orang2nya yg mau dtg. Pdhl gratis ya mba. Justru kalo traveling kemana2 yg aku cari itu museum. Apalagi kLo nemu yg menarik, rada horor, waahhh suka banget.. Kyk museum forensik di bangkok yg isinya mayat bayi dan orang beneran, museum killing field di kamboja, museum bom atom di hiroshima, museum jend nasution di menteng, itu tipe2 museum yg jd favoritku. Tp bukan berarti museum yg lain aku g suka. Asal memang di atur dan disusun secara baik dan interaktif pasti menarik. Museum sandi jg bikin penasaran. Satu2nya sandi yg sempet aku kuasain cuma sandi morse soalnya, pas pramuka :p. Itu jg aku jadiin sandi utk kirim pesen rahasia ttg gebetan hahahaha
ReplyDeletemhahahaha sandi bekerja dalam segala kepentingan urusan manusia, termasuk gebet menggebet :P wah seru euy udah keliling museum di dunia, mba fanny!
DeleteRobioeno Kertopati, nama yang cukup asing, mungkin dulu oas belajar sejarah aku ada lalainya. Btw, museum ini pas banget buat dikunjungi, biar nambah ilmu lagi tentang persandian. Gak cuma tau Sandi Morse aja 😁
ReplyDeletehehehe iya :D
DeleteWah klo soal ini, nama lembaga sandi, kebetulan rumah ayahku dulunya bersebelahan langsung dengan kantor sandi aceh. Jd udah g asing lagi. Dan, di aceh ada museum yg g pernah sepi. Museum tsunami
ReplyDeleteHalo, Yudi! Wah orang aceh atuh ya, Museum Tsunami rancangan walikota saya, saya pengen euy ke sana euy...
DeleteSalut dan bangga.Salam hormat.
ReplyDelete