Ada banyak cerita dari dunia blogging saya bersama blog yang saya tumbuhkan: Bandung Diary. Kalau orang perhatiin ngeblog itu asyik-asyik saja, wah tunggu cerita saya yang satu ini. Hahaha. Pedih sekaligus seruuuuu!
Suatu kali di awal tahun 2016, seorang markom hotel bintang empat di Bandung menghubungi saya. Ia meminta saya menginap di hotel tempatnya bekerja. Bukan saja menginap, saya dimintanya meresensi dalam blog di hari yang sama dengan saya menginap.
Cek tanggal, ah mudah saja. Saya sanggupi permintaannya.
Pendek cerita saya tinggal berangkat. Hotelnya di Bandung juga kok jadi gak jauh-jauh amat dari rumah. Tinggal berangkat, eh pagi harinya suami saya sakit. Alamak. Dia kan fotografer untuk blog saya. Kalau dia sakit, gak bisa ikut, siapa yang motoin?
Saya lah siapa lagi huhuhuhu. Sebelum berangkat saya dibriefing singkat dulu cara motret. Setelan kamera (DSLR) udah suami saya siapin jadi saya tinggal jepret! jepret!
Segan membatalkan acara, saya meninggalkan suami saya yang sakit dan anak di rumah. Hati ini gak enak banget harus pergi dengan kondisi suami kayak gitu. Ya gimana lagi huhuhu.
Sesampainya di hotel saya langsung diajak makan siang. Nyammmnyammmmm enak. Untuk sesaat lupa dengan yang ada di rumah :D
Check in ke kamar di lantai 15, saya buka pintu kamar dan whuaaaaa bagus sekali kamarnya. Bukan cuma luasnya yang lebih dari cukup untuk bernapas (hahaha lebay :D) tapi juga jendelanya yang segede satu dindingnya. Waks!
Bandung sedang agak mendung. Berada di kamar sebesar itu sendirian, saya teringat dengan mereka yang ada di rumah dan seharusnya ada bersama saya. Sedih... huhuhu.
Tapi waktunya bekerja di depan mata. Saya segera ambil kamera dan mulai memotret.
Waktu yang kosong sebelum jadwal wawancara dengan manajer hotelnya, saya menemani seorang teman berjalan hingga ke Jalan Braga. Hotel saya menginap ada di Jalan Merdeka. Jarak bolak-balik Jalan Merdeka - Jalan Braga kira-kira 1,5 km.
Abis jalan-jalan, saya kembali ke kamar dan....kepala pusing dan perut mual! Alamak dua kali! Ada apa ini. Dalam hati berdebar-debar mengucap doa: jangan sakit...jangan sakit...
Terus saya sakit. Hahahaha.
Minum air putih yang banyak, saya paksakan mengikuti jadwal acara sampai pukul 11 malam. Dari wawancara hingga makan malam bersama yang acaranya heboh banget alias pesta till you drop, saya masih memotret. Badan gak jelas rasanya, berulang kali saya mengucapkan kalimat ini pada diri sendiri: ngapain saya teh ada di sini, pengen tidur! pengen pulang!
Minum air putih yang banyak, saya paksakan mengikuti jadwal acara sampai pukul 11 malam. Dari wawancara hingga makan malam bersama yang acaranya heboh banget alias pesta till you drop, saya masih memotret. Badan gak jelas rasanya, berulang kali saya mengucapkan kalimat ini pada diri sendiri: ngapain saya teh ada di sini, pengen tidur! pengen pulang!
Malamnya tak bisa tidur. Demam tinggi, saya terus-menerus menghajar demam dengan minum air putih. Ada kali tuh buang air kecil lebih dari 10x. Sampai subuh menjelang, demam mereda. Saya tidur seperti kerbau kekenyangan.
Keesokan harinya saya bangun dengan kondisi badan lelah. Makan pagi saja berjalan dengan langkah gontai seperti dua kaki terantai di ranjang. Tapi gak tega rasanya memperlihatkan raut wajah orang sakit di hadapan mba-mba markom baik hati itu. Adrenaline rush memang ajaib, saat harus berhadapan dengan klien mah saya berasa sehat hihihi.
Dari sarapan hingga makan siang, saya masih memotret. Baru setelah jam 12 siang saya pulang usai mengetik resensi hotel dan mengunggahnya ke blog. Ah walau sakit kepala saya sudah reda, tapi harus mengetik dan edit foto sekaligus itu kayak mules sakit perut berulang-ulang tapi air keran di kamar mandi mati. Eugh hahaha.
Sebelum pulang, mbak markom memberi saya kompensasi resensi dengan sejumah rupiah.
Sebelum pulang, mbak markom memberi saya kompensasi resensi dengan sejumah rupiah.
Drama banget. Senangnya karena berakhir dengan bayaran yang menyenangkan. Ditambah beberapa hari sesudahnya mba markom mengirim saya pesan di aplikasi chat. Bosnya menyukai hasil foto saya. Wah nikmat mana lagi yang harus saya syukuri: sedang sakit, pekerjaan diapresasi, dibayar sepadan. Uhuhuhuhu saya terharu.
Saya gak mau ini terulang lagi. Mesti sakit saat harus bekerja, meninggalkan orang kesayangan di rumah dalam kondisi sakit juga.
Tapi dipikir-pikir sih, gak rame kali kalau pekerjaan kita semulus jalan tol di Jerman. Kalau ada cerita kayak gini kan jadi seru ya ingatnya. Lebih berkesan. Waktu mengalami sendiri sih rasanya tertekan. Begitu badai sudah berlalu, rasanya bangga pada diri sendiri dan supporting system saya.
Sebagai bonus saya juga berasa kayak dikasih pelajaran oleh Tuhan, tentang tidak menilai-nilai yang kelihatan enaknya saja. Blogging adalah dunia yang mengasyikkan selama empat tahun belakangan ini. Tapi setiap hal yang enak-enak, ada kompensasinya. Hal yang terlihat mudah pun ada perjuangannya.
Saya gak mau ini terulang lagi. Mesti sakit saat harus bekerja, meninggalkan orang kesayangan di rumah dalam kondisi sakit juga.
Tapi dipikir-pikir sih, gak rame kali kalau pekerjaan kita semulus jalan tol di Jerman. Kalau ada cerita kayak gini kan jadi seru ya ingatnya. Lebih berkesan. Waktu mengalami sendiri sih rasanya tertekan. Begitu badai sudah berlalu, rasanya bangga pada diri sendiri dan supporting system saya.
Sebagai bonus saya juga berasa kayak dikasih pelajaran oleh Tuhan, tentang tidak menilai-nilai yang kelihatan enaknya saja. Blogging adalah dunia yang mengasyikkan selama empat tahun belakangan ini. Tapi setiap hal yang enak-enak, ada kompensasinya. Hal yang terlihat mudah pun ada perjuangannya.
Ada yang punya cerita seru juga seputar dunia bloggingnya? Cerita terbaiknya apa aja ayo diceritain dan diikutsertakan dalam lomba Best Blogger Moments dari Warung Blogger!
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun ke-6 tahun Warung Blogger.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog ulang tahun ke-6 tahun Warung Blogger.