Tahun 2005. Gile udah lama banget. Tahun pertama kali saya tahu kalau di Bandung ada yang namanya Stilasi Bandung Lautan Api. Jumlah stilasinya ada 10. Tahun berikutnya, saya baca buku berjudul Saya Pilih Mengungsi yang mengupas tuntas tentang Bandung Lautan Api.
Dua tahun itu mencerahkan banget lah. Oh ternyata jalan-jalan di Bandung bisa kali menyusuri stilasi-stilasi itu. Terus jadi tahu kayak apa sih Bandung Lautan Api pas kejadiannya. Bukan cuma tentang bakar rumah aja soalnya.
Lalu ada yang nanya. Stilasi itu apa, Lu?
Kalau diperhatiin, stilasi tampak depan kelihatan kayak persegi, kalau dilihat dr samping bentuknya mengerucut kayak segitiga. Di tiap dindingnya terpampang plakat yang isinya lirik Halo Halo Bandung, peta stilasi, dan nama penyandang dana stilasi beserta lembaga yang berinisiatif membuatnya.
Pada peristiwa Bandung Lautan Api, Dewi Sartika, guru-guru, para siswi ikut mengungsi. Kebanyakan mengungsi ke arah selatan Bandung. Garut tujuannya. Ada juga yg berjalan hingga ke Tasikmalaya.
Di dekat stilasi no 5 ini ada stilasi no 4 menandakan sebuah rumah yang dijadikan markas tentara berdiskusi : perangi tentara belanda atau mundur dengan catatan Bandung dibakar. Pilihan kedua yg diambil. Dengan demikian Belanda menduduki Bandung dengan kondisi kota yang luluh lantak.
Jenderal Sudirman memerintahkan Bandung untuk berjuang melawan Belanda sampai titik darah penghabisan. Sementara itu Kolonel A.H Nasution berpendapat memberi perlawanan pun Belanda pasti menduduki Bandung. Bukan pesimis, tapi realistis.
Dalam waktu 7 jam, tgl 24 Maret 1946, ada 200ribu rakyat Bandung meninggalkan rumahnya dan berjalan kaki jauh sekali. Rumah-rumah diledakkan, dibakar. Di sela-sela perjalanan banyak yang melihat kembali ke arah utara, memandang rumahnya di batas garis cakrawala yang merah berkobar-kobar. Antara takut, sedih, semangat, tapi juga pasrah, rasanya campur aduk.
Konfrontasi langsung dengan Belanda kayak peristiwa 10 November 1945 di Surabaya atau 15 Desember 1945 di Ambarawa sama ngerinya dengan yang terjadi di Bandung. Tapi emang Bandung Lautan Api ini kalau gak tahu kisah didalamnya bakal dinyinyirin sih.
"Walaupun kami bertempur, akhirnya kami tidak akan menghindarkan pendudukan oleh musuh. Karena itu, kalau memang musuh harus memperolehnya, mereka hanya memperoleh puing-puing" A.H Nasution.
Nama wartawan yang menulisnya adalah Atje Bastaman. Pak Atje, entah ikut mengungsi atau meliput atau keduanya, melihat pemandangan Bandung dari kejauhan, tepatnya dari sekitar Garut. Latar belakang pemandangan Bandung terbakar yang dia lihat dijadikannya judul tulisan.
Tahun 2014 saya pernah nulisin Bandung Lautan Api. Bisa dibaca di:
Lalu ada yang nanya. Stilasi itu apa, Lu?
10 Stilasi Bandung Lautan Api
Bandung Lautan Api yang puncaknya terjadi pada 24 Maret 1946 ada rekam jejaknya dalam bentuk stilasi. Stilasi ini semacam monumen setinggi 1,5 m. Ada 10 stilasi di Bandung, stilasi 1 di Dago & stilasi 10 di Tegalega (Jl. Moh Toha).Kalau diperhatiin, stilasi tampak depan kelihatan kayak persegi, kalau dilihat dr samping bentuknya mengerucut kayak segitiga. Di tiap dindingnya terpampang plakat yang isinya lirik Halo Halo Bandung, peta stilasi, dan nama penyandang dana stilasi beserta lembaga yang berinisiatif membuatnya.
Di bagian atas stilasi ada bunga patrakomala (simbol flora kota Bandung). Ada 3 plakat di tiap sisi (lirik Halo Halo Bandung, rute 10 stilasi, dan sponsornya yaitu America Express & inisiatornya Bandung Heritage). Belakangan plakatnya nambah 1 bertuliskan Djarum Foundation, belum tahu apa perannya thd stilasi Bandung Lautan Api.
Bagian paling bawah ada material kayak metal yang belum jadi yang ditaplokin ke stilasinya. Bentuk kayak gitu menyimbolkan bangunan terbakar.
Stilasi ini dirancang seniman bernama Sunaryo. Iya betul, seniman pemilik Selasar Sunaryo.
Coba deh sesekali jalan-jalan di Bandung ngikutin stilasi ini. Hitung-hitung olahraga jalan kaki (atau bersepeda). Jalannya bisa mulai dari Dago, lanjut ke Braga, Asia Afrika, Jalan Simpang, di depan SD Kautamaan Istri, Jalan Dewi Sartika, Lengkong Kecil, Jalan Lengkong, SD Asmi, & Tegalega. Gempor jalan kaki, bisa naik angkot.
Bagian paling bawah ada material kayak metal yang belum jadi yang ditaplokin ke stilasinya. Bentuk kayak gitu menyimbolkan bangunan terbakar.
Stilasi ini dirancang seniman bernama Sunaryo. Iya betul, seniman pemilik Selasar Sunaryo.
Coba deh sesekali jalan-jalan di Bandung ngikutin stilasi ini. Hitung-hitung olahraga jalan kaki (atau bersepeda). Jalannya bisa mulai dari Dago, lanjut ke Braga, Asia Afrika, Jalan Simpang, di depan SD Kautamaan Istri, Jalan Dewi Sartika, Lengkong Kecil, Jalan Lengkong, SD Asmi, & Tegalega. Gempor jalan kaki, bisa naik angkot.
Tiap stilasi menandakan ada peristiwa penting
berkaitan dengan Bandung Lautan Api di sekitarnya. Stilasi no 5 ini berdiri di
depan Sekolah Keutamaan Istri, sekolahnya Dewi Sartika.
Pada peristiwa Bandung Lautan Api, Dewi Sartika, guru-guru, para siswi ikut mengungsi. Kebanyakan mengungsi ke arah selatan Bandung. Garut tujuannya. Ada juga yg berjalan hingga ke Tasikmalaya.
Di dekat stilasi no 5 ini ada stilasi no 4 menandakan sebuah rumah yang dijadikan markas tentara berdiskusi : perangi tentara belanda atau mundur dengan catatan Bandung dibakar. Pilihan kedua yg diambil. Dengan demikian Belanda menduduki Bandung dengan kondisi kota yang luluh lantak.
Saya ulangi lagi ya posisi Stilasi Bandung Lautan Api:
1. Dago, depan Bank BTN
2. Braga, depan Bank BJB
3. Asia Afrika, depan kantor Jiwasraya seberang Alun-alun
4. Rumah Jalan Simpang no. 7
5. Depan SD Kautamaan Istri
6. Jalan Dewi Sartika, depan toko (nama tokonya lupa) dan PKL, dekat Jalan Simpang
7. SD Asmi
8. Kompleks Perumahan di Lengkong Kecil
9. Jembatan Lengkong
10. Tegalega, Jl. Moh Toha di trotoar depan Gereja
Kalau saya jalan-jalan nyusurin stilasi, saya mulai dari stilasi no. 2 aja sampai stilasi di Jalan Dewi Sartika. Abis itu lanjut naik angkot atau motor. Bisa sih jalan kaki, tapi jauh.
Di Balik Bandung Lautan Api
Keputusan Bandung yang memilih mundur dan mengungsi banyak dinyinyirin kota lain. Yang paling santer nyinyirnya adalah
pejuang-pejuang dari Surabaya. Dimaklumi sih mengingat mereka bertempur habis-habisan
di November 1945.
Jenderal Sudirman memerintahkan Bandung untuk berjuang melawan Belanda sampai titik darah penghabisan. Sementara itu Kolonel A.H Nasution berpendapat memberi perlawanan pun Belanda pasti menduduki Bandung. Bukan pesimis, tapi realistis.
Dalam waktu 7 jam, tgl 24 Maret 1946, ada 200ribu rakyat Bandung meninggalkan rumahnya dan berjalan kaki jauh sekali. Rumah-rumah diledakkan, dibakar. Di sela-sela perjalanan banyak yang melihat kembali ke arah utara, memandang rumahnya di batas garis cakrawala yang merah berkobar-kobar. Antara takut, sedih, semangat, tapi juga pasrah, rasanya campur aduk.
Konfrontasi langsung dengan Belanda kayak peristiwa 10 November 1945 di Surabaya atau 15 Desember 1945 di Ambarawa sama ngerinya dengan yang terjadi di Bandung. Tapi emang Bandung Lautan Api ini kalau gak tahu kisah didalamnya bakal dinyinyirin sih.
"Walaupun kami bertempur, akhirnya kami tidak akan menghindarkan pendudukan oleh musuh. Karena itu, kalau memang musuh harus memperolehnya, mereka hanya memperoleh puing-puing" A.H Nasution.
Asal Muasal Nama Bandung Lautan Api
Ada beberapa versi yang menceritakan asal
muasal istilah Bandung Lautan Api. Salah satunya dr artikel berjudul Bandung
Jadi Lautan Api di koran Suara Merdeka.
Nama wartawan yang menulisnya adalah Atje Bastaman. Pak Atje, entah ikut mengungsi atau meliput atau keduanya, melihat pemandangan Bandung dari kejauhan, tepatnya dari sekitar Garut. Latar belakang pemandangan Bandung terbakar yang dia lihat dijadikannya judul tulisan.
10 stilasi Bandung Lautan Api ini gak semuanya
dalam kondisi baik. Ada yg lokasinya di depan bank, depan toko, di tengah
perumahan, di halaman depan sebuah SD, di halaman samping rumah, di pinggir
jalan. Walo kelihatannya kayak acak banget lokasinya, tapi tiap lokasi emang
bersejarah & ada hubungannya dgn Bandung Lautan Api.
Bahas Bandung Lautan Api ini panjang banget sih. Mulainya malah dari tahun 1945. Belum lagi dua Ultimatum yang diturunkan sekutu (dalam hal ini Inggris) untuk Bandung, perang-perang kecil yang terjadi sebelum Bandung Lautan Api, peran etnis lain terhadap perjuangan rakyat dan tentara, dan masih banyak lagi.
Bahas Bandung Lautan Api ini panjang banget sih. Mulainya malah dari tahun 1945. Belum lagi dua Ultimatum yang diturunkan sekutu (dalam hal ini Inggris) untuk Bandung, perang-perang kecil yang terjadi sebelum Bandung Lautan Api, peran etnis lain terhadap perjuangan rakyat dan tentara, dan masih banyak lagi.
Kalau mau tahu mah baca bukunya juga, Saya Pilih Mengungsi. Belinya di Toko Kelana Buku, cek di Instagram. Fakta yang saya cantumkan di sini gak seberapanya informasi yang bisa kamu baca dalam bukunya.
buku cetakan pertama/lama |
Kalau saya emang tertarik hal-hal kayak gini, pasti baca bukunya, diusahakan datangi jejak-jejaknya. Menarik tahu cerita masa lalu, somehow saya ngerasa masih relevan dengan masa kini. Walau pengetahuan ini gak berpengaruh terhadap harga beras, tagihan listrik, dan kondisi keuangan saya, tapi secara batin rasanya terpuaskan aja gitu. Hahaha apa sih 😁
Saya emang gak mahir dalam membuat judul ya hahahaha. Ah yasudahlah. Hehehe. Telat juga sih baru tayangin ini di bulan April. Ah yasudahlah. Hohohoh.
Foto: Ulu, difoto pake kamera HP
Teks: Ulu
baguuusss, ditulis gini aku jadi tahu. nih smabil nanya orang sebelah, yang aseli Bandung. dia bilang 'ngga ngeh euy'. di Pekalongan miris lagi teh, ada tugu kecil kayak gini malah dicoret-coret orang karena ngga tahu itu bernilai sejarah. konon titik tengah pantai utara jawa
ReplyDeletewkwkwkwk emang banyak yang gak tahu ttg stilasi bandung lautan api, nay. pekalongan tuh kota penting deh harusnya banyak literatur ttg pekalongan ya :D ayo dicari dari buku-buku informasi sejarahnya, nay. hehehe :D
Deletestilasi itu sejenis peninggalan yang dirubah gitu atau apa ya hhe
ReplyDeleteitu di tulisannya saya udah jelasin :D ayo dibaca lagi :D
Deletepunya nih bukunya.. cuman belum dibaca2 tea..
ReplyDelete