Berada di Jakarta, saya sering dibuat penasaran dengan resistensi penghuni kota ini terhadap kemacetannya. Sewaktu saya pergi menuju Cilegon, mau gak mau dari Bandung saya ambil jalur via Jakarta.
Macet sudah menghadang di Tol Cawang. Di Tol Dalam Kota pun sama padat merayap. Saya pilih tidur. Begitu bangun, sudah ada di Tol Jakarta Merak dengan jam perjalanan molor dua jam yang jadwal yang saya perkirakan. Hehehe.
Macet sudah menghadang di Tol Cawang. Di Tol Dalam Kota pun sama padat merayap. Saya pilih tidur. Begitu bangun, sudah ada di Tol Jakarta Merak dengan jam perjalanan molor dua jam yang jadwal yang saya perkirakan. Hehehe.
Perjalanan satu hari yang melelahkan. Letih karena capeknya. Capek karena macetnya. Macet karena mobil-udah-kebanyakan ini baru salam pembuka kok. Hahaha :D
Sebelum membahas kemacetan berikutnya, saya mau cerita nih. Saya, Indra, dan Nabil abis dari Anyer. Main di pantai, melihat matahari terbenam, menyantap soto sapi dan sate bebek terenak!
Perjalanan di Cilegon ini murni karena pekerjaan. Begitu kewajiban dengan klien usai terlaksana, kami langsung googling dan mencari pantai-pantai yang direkomendasikan di Cilegon dan Anyer. Setelah berunding, kami sepakat ke Pantai Anyer dan RM Cindelaras.
Menyusuri jalur Cilegon - Anyer, mulai bingung nih Pantai Anyer yang kami tuju yang mana. Kok beberapa nama pantainya sama. Yah akhirnya kami putuskan cari pantai yang kelihatannya menarik saja (bersih dan indah). Berbelok lah kami ke pantai bernama Tanjung Tum.
Pantai Karang, Pantai Tanjung Tum
Pantai Tanjung Tum ini kami pilih karena rerumputannya rapi, nampaknya terawat. Udah gitu banyak pohon kelapa. Lucu gitu kayaknya. Sayangnya kami gak merhatiin informasi bahwa ternyata pantai berkarang, jadi gak bisa leluasa main air deh :D
Namun kami gak menyesal kok. Pantai Tanjung Tum beneran indah sekali. Tidak ada pengunjung selain kami. Seorang ibu dengan gesit menghampiri dan menawari kami sebuah tikar. Berat hati saya menolak. Rasanya gak akan terlalu lama ada di pantai ini. Dan lagi capek duduk terus di bangku jok mobil. Kami mau berjalan kaki merenggangkan otot kaki.
Tepi pantainya sangat teduh, pepohonan berderet di sisi karang. Cantik sekali. Di sela-sela antar pohon ada bangku sederhana terbuat dari pelepah pohon kelapa. Matahari bersinar hangat. Langit masih biru. Suasana di sini sangat hening dan syahdu. Suara ombak saja yang menderu-deru. Pukul setengah empat sore dan aIr mulai naik pasang pelan-pelan.
Batu karangnya bisa diinjak, air lautnya belum pasang-pasang amat. Kami berfoto di situ. Sambil mencari-cari kepiting dan meceritakan tentang makhluk bercapit ini pada Nabil. Gunung Krakatau terlihat di kejauhan, bagian puncaknya tertutup awan putih.
Sebelum beranjak cari pantai yang lain, kami Sholat Ashar dulu. Sholatnya kami lakukan di saung untuk pengunjung. Ada sih mushola, tapi kata Bapak Penjaga Toilet boleh sholat di saung, toh gak ada pengunjung lain selain kami. Hehehehe. Ini namanya berkah rekreasi di hari kerja hihihihi.
Hari itu, di menit itu, adalah pengalaman beribadah terbaik yang pernah saya lakukan. Bayangkan saja. Sholat Ashar dengan semilir angin pantai dan suara ombak yang menenangkan. Rasanya sejuk sekali sampai ke hati.
Sehabis sholat baru bergegas ke luar kawasan Pantai Tanjung Tum dan mencari pantai berpasir. Browsing lagi di Google dan menemukan Pantai Sambolo. Ke sana lah kami menuju.
Tiket masuk Rp50.000 (permobil).
Tiket masuk Rp50.000 (permobil).
Pantai Pasir di Sambolo 1
Rupanya gak susah ya cari pantai berpasir. Karena istilah 'pantai pasir' dicantumkan di plang pantainya. Beda kalau pantainya karang mah gak dikasihtahu pengunjungnya hahaha. Modus.
Dari jalan raya sudah nampak pasir pantainya. Di Pantai Sambolo 1 saya menambatkan hati. Padahal beberapa pantai yang kami lewati sebelumnya juga berpasir, kan ada Pantai Sambolo 2 juga. Saya sregnya dengan pantai yang ini. Hehehe.
Ke Pantai Sambolo 1, saya melihat Mercusuar. Dari dalam mobil terbaca papan informasinya, dibangun tahun 1865 katanya. Ah euy kalau ada waktu lebih mah mau banget masuk ke mercusuar. Eh boleh gak sih masuk mercusuarnya?
Tapi udah kepepet nih waktunya. Jadinya cuma lihat mercusuar saja dari kendaraan dan terus ke Pantai Sambolo 1.
Dari jalan raya sudah nampak pasir pantainya. Di Pantai Sambolo 1 saya menambatkan hati. Padahal beberapa pantai yang kami lewati sebelumnya juga berpasir, kan ada Pantai Sambolo 2 juga. Saya sregnya dengan pantai yang ini. Hehehe.
Ke Pantai Sambolo 1, saya melihat Mercusuar. Dari dalam mobil terbaca papan informasinya, dibangun tahun 1865 katanya. Ah euy kalau ada waktu lebih mah mau banget masuk ke mercusuar. Eh boleh gak sih masuk mercusuarnya?
Tapi udah kepepet nih waktunya. Jadinya cuma lihat mercusuar saja dari kendaraan dan terus ke Pantai Sambolo 1.
Dan waktu parkir mobil, rasanya sudah senang banget. Mau cepat-cepat turun dan main air. Matahari pun sinarnya udah kuning keemas-emasan. Cantik sekali!
Bermain di Pantai Sambolo 1 ini rasanya sangat memuaskan. Pertama-tama berkah rekreasi di hari kerja, sepi pengunjungnya sedikit sekali. Pantainya lengang banget. Kalau akhir minggu pasti padat sih, lha wong saungnya saja berderet rapat memanjang begitu.
Indra dan Nabil main air, saya cuma jalan-jalan tepi pantai. Ada dermaganya tapi jauh males jalan kaki ke sana hehehe. Sesekali saya berfoto. Sesekali saya simpan kamera ponselnya dan menyerap semua penorama yang memukau di pantai ini.
Momen matahari terbenam juga berhasil kami dapatkan walau gak paripurna, hingga matahari benar-benar tergelincir dari cakrawalanya. Soalnya mendung. Awan hitam sudah bergelayut nampak keberatan air. Langitnya pun bentar biru, bentar kelabu. Teu puguh kalau kata orang sunda mah.
Tiket masuk Rp60.000 (permobil).
Momen matahari terbenam juga berhasil kami dapatkan walau gak paripurna, hingga matahari benar-benar tergelincir dari cakrawalanya. Soalnya mendung. Awan hitam sudah bergelayut nampak keberatan air. Langitnya pun bentar biru, bentar kelabu. Teu puguh kalau kata orang sunda mah.
Tiket masuk Rp60.000 (permobil).
Kami langsung mandi, salin, dan tancap gas menuju Rumah Makan Cindelaras. Sedang lapar-laparnya, ketemu macet lagi hahahaha. Kali ini sebabnya perbaikan jalan. Terjebak macet 45 menit yang membuat kami gusar emosi jiwa, begitu jalanan sudah lengang segera menuju ke lokasi Sate Bebek terbaik di Cilegon berada dituntun Google Map.
FYI sesampainya di Cindelaras, rasa ragu-ragu menghampiri. Melihat tempatnya, saya dan Indra saling memandang dan berkata melalui telepati. Udah begini aja tempatnya? Beneran ini tempatnya?
Sate Bebek Cindelaras
Sudah terlalu capek untuk cari tempat makan lain, kami mufakat untuk makan di Cidelaras saja. Restorannya seperti rumah hunian biasa. Sederhana banget. Tidak ada bangkunya, hanya ada meja dan karpet pertanda makannya lesehan. Suasananya kusam juga. Mungkin karena malam hari ya jadi efek warna tembok dan warna-warna lainnya beda dengan terang hari. Hehehe.
Diam-diam saya berdoa semoga rasa makanannya sesuai rekomendasi yang saya baca di internet, rasa makanannya semoga gak sekusam tempatnya. Hehehehe.
Soto Sapi dan Sate Bebek hinggap tak lama di meja makan lesehan ala Cindelaras. Baru satu suap masuk ke mulut, rasanya GILA ENAK BANGEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT! ☺
Oke itu berlebihan, tapi buat orang yang datang ke Cilegon dari Bandung, kerja, main air di pantai dan kena macet, Sate Bebek di sini rasanya memukau! Tapi yang jadi juaranya adalah Soto Sapi. Yes, ini Soto Sapi TERENAK TERLEZAT yang pernah saya makan. Kuahnya hangat, sedikit pedas, bening, dan bumbunya kuat, khas sup daerah di dataran rendah kayak Cilegon.
Sama sekali gak kecewa bisa makan di Cindelaras. Tempatnya biasa banget, rasanya luar biasa! Kamu kalau ke Cilegon, mampir lah ke RM Cindelaras dan pesan Soto Sapi. Mungkin saya berlebihan sih ngasih kesan makanan di sini, tapi kalau kamu tinggal di gunung yang dingin dan berkunjung ke kawasan pantai yang panas, kuah di Cindelaras ini sangat amat mewakili rasa pesisir. Kuat, menonjol, asam dan hangat.
Kembali ke Bandung, kami masuk ke Tol Cilegon Barat dan kena macet lagi. Hahahaha. Sebabnya apa? ada truk terbakar. Mesin mobil hanya menyala demi AC aja. Sisanya sih dimatikan dan mobil gak bergerak barang seinci. Sabar menunggu, untungnya gak lama hanya 30 menit saja, polisi dan pemadam kebakaran datang dan mengatur lalu lintas. Mobil melaju lagi. Masuk ke Jakarta pukul 11 malam dan masih macet. Astaga, Jakarta!
Pukul 2 dini hari sampai di rumah. Keesokan harinya, sampai sekarang, saya masih penasaran Tanjung Tum dan Sambolo artinya apa ya? Belum googling sih :D
Topi dari pelepah pohon kelapa. Dipake ibu-ibu yang jual Jambal Roti |
Jambal Roti, beli satu bungkus :D 20ribu harganya. |
Teks : Ulu
Foto : Indra, Ulu, Difoto menggunakan Lenovo A6000
Ah kalau lihat postingan mbak nurul ingat tahun 2011 ke anyer motoran dari lampung..
ReplyDeleteMbak nurul gak sekalian ke pelabuhan merak.. 😂😂
Gak sempet hehehe maunya mah ke Ujung Kulon :P hahaha nanti lain waktu balik lagi lebih lama
DeleteKemarin nggak ikut suami outing ke Anyer gegara pernah kesana dan ya begitu-begitu aja. Pas baca tulisan ini jadi nyesel ternyata di Anyer juga ada pantai bagus dan tempat makan yang enak, hiks. Tau gitu kemarin ikut suami ke Anyer deh biar bisa mampir kesini.
ReplyDeleteWah sayang atuh hehehe Anyer baguuuuuus! Mungkin efek saya ke sana untuk pertama kalinya ya. First timer hahaha jadi agak lebay wkwkwkwk
DeleteAih... indah banget alamnya.
ReplyDeleteIyah :) setuju.
Deleteuntung ngga ada foto soto sapinya, bahaya kalau ada...wkwkkw jauh.
ReplyDeleteAda, Nay. Baru ditambahin, ketinggalan uploadnya hahahahaha
Deletekeren-keren potonya teh.. mertua saya, kaka ipar saya tinggal dan usaha di cilegon tapi belum smpat ngrasain wisata jalan jalan gitu disana..hiks :D
ReplyDeleteWhat :D sok atuh jalan-jalan, deket banget padahal mah hehehe
Deletewaaah udah lama banget gak ke Anyer karena ya gitu-gitu aja pantainya, jadi penasaran sama sate bebeknya
ReplyDeleteUdah sering mah gitu ya hahaha saya mah pemula :D etapi harus ke Cilegon, cobain sate bebek :D
DeletePagi2 jadi laper,mana sate bebeknya GILA,ENAK BANGET ndro!!!hehehe...
ReplyDeleteaku pertama Kali nyasar ke Jakarta pas dari Riau,2 jam muter g jelas dan g tau arah rasanya kayak setaun,xixixi
mbak fotonya bagus-bagus, suka deh,, gak mampir ke rm soup ikan taktakan, kalo ke anyer sama keluarga pasti mampir kesana, aq sih gak doyan ikan tapi suami favorit bgt.
ReplyDeleteWaaah makaci, mba maya :) wah udah saya catet, nanti mampir ke Taktakan ah. Saya doyan ikan bangeeet hehehe
DeleteAku sekali-kalinya ke Anyer pas nyasar doang, hahahaha. Fotonya keren-keren, btw. Thanks for sharing mbak, jadi pengen ke sana lagi kapan-kapan.
ReplyDeleteSalam,
Syanu.
Tengkyu, Syanu :) Pake googlemap jadi gak nyasar nih :D malah salah pilih jalan, kena macet perbaikan jalan. Ah googlemap gak selalu bener deh hehehe
DeleteMantap Teh, jalan-jalan ke Anyer memang asik, tp dulu mah jalanannya rusak, nggak tau kalau sekarang :)
ReplyDeleteUdah bagus sekarang mah, Yulia. Enakeun :D di Cilegonnya malahan jalannya beragajulan euy
Delete