Social Media

Image Slider

Transportasi Umum di Bandung: BIS DAMRI Bis Kota Bandung

27 February 2016
Ini tulisan serial transportasi umum di kota Bandung saya yang kedua. Pada tulisan sebelumnya saya bahas angkot. Baca di How to Naik Angkot di Bandung.

Ikatan batin antara Bis Damri dengan saya sangatlah kuat. Karena waktu saya masih anak sekolahan, dari SD - SMA, tiap liburan sekolah pasti diajak Mamah ke Bandung. Dan selalu tujuannya kalau di Bandung tuh Pasar Baru! Belanja seragam sekolah, buku tulis, dan perlengkapan sekolah lainnya. Kalau ke Pasar Baru saya selalu menumpang Bis Damri.

Ditambah kakek saya penjual daging ayam di Pasar Baru juga. Ya sering lah saya ke Pasar Baru. 

Istilah 'Damri' ini keluar begitu saja dari mulut saya, mengikuti cara orang-orang di sekitar saya menyebutkan. Padahal itu kan bis kota ya, sebut aja bis kota. Tapi orang Bandung mah menyapanya dengan sebutan Damri.

Mau naik apa, Neng?
Naik Damri.

Extraordinary Week!

25 February 2016
Sorry. Been busy lately i cannot touch my laptop. This whole week has been very dramatic. Nenek saya meninggal. Teman saya meninggal. Paman saya meninggal. Semua terjadi berturut-turut di minggu yang sama. 

Ketika kabar duka terakhir yang saya dengar, keesokan harinya saya harus motret di Kelas Inspirasi Bandung 4. Tadinya mau mengundurkan diri. Tapi Tia, relawan pendamping kelompok saya, cerita kalau relawan foto semuanya mengundurkan diri. Saya satu-satunya. Kalau saya mundur artinya gak ada yang motoin. Duh! Riweuh :D

Lagi sibuk nyortir 700an frame yang saya hasilkan di Kelas Inspirasi nih. Hasil fotonya tidak memuaskan tentu saja hahaha coba tolong Kelas Inspirasinya diulang....

Teman Sebangku dan Perempuan yang Menanam Cinta di Dadanya

18 February 2016
Saya pelanggan surat kabar Pikiran Rakyat. Seminggu satu kali ada rubrik yang memuat puisi. Kalau dulu sih nama rubriknya seingat saya Khazanah. Sekarang ganti, namanya jadi Pertemuan Kecil. Biasanya dalam rubrik tersebut ada 4-5 puisi yang ditampilkan dan terbitnya pada hari Minggu. 

Ngomong-ngomong, di koran Pikiran Rakyat rubrik Pertemuan Kecil 7 Februari 2016 ada dua buah puisi yang menarik sekali. Dibuat oleh penyair yang nama pertamanya sama dengan nama saya. Puisinya tentang perempuan-perempuan Sunda (Bandung): Dewi Sartika dan Inggit Garnasih. 

Dewi Sartika adalah wanita asal Bandung yang berani dan visioner. Ia merintis sekolah khusus perempuan, ia mengajarkan keahlian yang pada waktu itu tabu untuk diajarkan ke rakyat biasa kecuali kaum menak, dan Dewi Sartika menikah dengan pria pilihannya sendiri di umur yang waktu itu tidak lagi muda (23 tahun umurnya, cmiiw). Peristiwa Bandung Lautan Api dan kedatangan tentara Jepang memaksa Dewi Sartika mengungsi keluar kota Bandung, ke Ciamis.

Shoot Your Lunch, Enjoy Your Dinner

15 February 2016
Di Bandung ini kayaknya festival kuliner tuh sambung menyambung acaranya, ada terus. Kayak minggu kemarin, 12-14 Februari 2016. Saya makan sampai kenyang di acara Ur Flavor Market yang berlangsung di Trans Studio Mall, Bandung, dari pagi hingga malam hari.



Ada 45 booth makanan yang penampakannya keren-keren. Warna-warni! Eh tapi ada juga yang monokrom, sederhana tapi desainnya tetap menggiurkan. Ur Flavor Market ini menampilkan aneka macam kuliner, dari makanan rasa lokal sampai santapan yang citarasanya western. 

Saya datang di hari Sabtu sore, 13 Februari 2016. Sengaja datang di hari tersebut karena ada acara yang ingin saya lihat. Semacam mini talkshow, judulnya Food Blogger. Berhubung temanya sesuai dengan blog saya, jadi pengen tahu seluk beluk profesi anyar ini. Sambil makan, sambil mendapat pelajaran baru!

Places I Want to Visit : Bersepeda Kayu di Temanggung

12 February 2016
Serial pertama travel bucket list, saya bahas tentang kota-kota pusaka yang masih kental aroma tuanya. Teman-teman bisa baca tentang kota kecil bernama Lasem, Sawahlunto, dan Laweyan, juga tentang kenapa saya milih kota tersebut untuk saya datangi. 

Ada satu tempat yang saya ingin sekali kunjungi. Lokasinya di Jawa Tengah, 9 jam perjalanan dari kota Bandung kalau menurut google map. Gak terlalu jauh dari kota Yogyakarta. Temanggung namanya.

Saya sekarang bahas tempat yang 'alam banget', ndeso banget. Satu hal yang menarik tentang tempat yang akan saya bahas ini, di sini ada sentuhan modern yang bisa berdiri berdampingan secara harmonis dengan kehidupan desanya. Ini kadar keinginan saya pengen ke sana sudah menggembung seperti balon udara yang sedang terbang ke angkasa.

Homestay Omah Kelingan
Photo Courtesy : dev.spedagi.org

Street Food Around Bandung

09 February 2016
Street food around Bandung ini judulnya saya tiru dari acara kuliner di channel National Geographic People. Itu mah around the world, saya around Bandung dulu :D 

Diversifikasi makanan jalanan di Bandung ada banyak sekali. Ulangi: ADA BANYAK SEKALI! Setuju gak kalau saya (dan banyak orang lainnya) menyebut Bandung tuh surganya makanan enak?

Kuliner di Bandung yang enak ini muncul karena faktor cuaca juga kali ya. Saya pernah tinggal di Cirebon dan rasanya gak kepengen makan terus. Sementara di Bandung, ya ampun bawaannya pengen tidur, pengen makan, pengen nongkrong dan ngobrol-ngobrol melulu. Lapar tidak berkesudahan. Cuacanya adem sih, sejuk, malah dingin.

Gimana caranya menghangatkan badan di tempat yang cuacanya dingin? MAKAN.  

Kalau di tempat yang udaranya panas, badan kita cepat keringatan. Kalau makan ya makin banyak keringat keluar. Makanya malas makan melulu karena pasti keringatan melulu. Beda kalau di Bandung, disambi kerja juga jarang keringatan deh rasanya. Harus makan banyak biar metabolisme badan bekerja. Gak heran nih lapar melulu nih di Bandung. Cuacanya mendorong kita biar makan terus sih :D *alesan hahahaha, etapi bisa aja bener lho :D*

Kenalan dengan Bandung, coba deh dari jalanannya. Membedah kuliner Bandung harus banget turun ke jalan. Merasakan campur aduk budaya lokal sampai internasional dari Batagor, Kue Balok, Bandros, Baso Tahu, sampai Mochi. Jadi apa saja makanan jalanannya Bandung? 


Kue Balok


Film Aach Aku Jatuh Cinta: Botol Sirup Rumi dan Beha Merah Yulia

05 February 2016
Mulai dari mana ya resensi film ini. Gini aja deh. Singkat kalimat: TONTON FILM INI! SANGAT SAYA REKOMENDASIKAN!



Usai memberi asupan gizi di kancah perfilman nasional dengan film Guru Bangsa Tjokroaminoto, salah satu sutradara sekaligus penulis naskah terbaik negeri ini menelurkan lagi film lainnya. Garin Nugroho melahirkan film Aach Aku Jatuh Cinta (AAJC). Filmnya rilis 4 Februari 2016. 

Nama Garin Nugroho sendiri sudah menjanjikan. Bagaimana dengan kastingnya?

Ada Chicco Jerikho! Jaminan mutu yang membuat saya rela duduk di bangku kursi bioskop XXI Bandung Indah Plaza selama 89 menit. Ada juga Pevita Pearce. Saya nonton film ini tepat di hari perilisannya. Hore! 

Eh sebentar. Tadi itu ada siapa? Pevita Pearce? Kenapa Garin berbaik hati merekrut cewek yang kita semua tahu aktingnya gak pernah enak dilihat ini ya? Apa yang Garin lihat pada Pevita, yang kita tidak lihat padanya?

Saya sampai cari informasinya tentang kenapa Garin Nugroho memberikan peran ke Yulia ini pada Pevita Pearce. Tahu gak Garin jawab apa? "Pevita serba paradoks. Lemah tapi juga kuat, gamang tapi memiliki kekuatan menarik hati orang, cerdas tapi spontan," seperti yang saya baca dalam artikel www.beritatagar.id. 


Hotel Vio Pasteur: Hotel di Gerbang Masuk ke Bandung

04 February 2016
Menginap di Hotel Vio di Bandung, kita bisa pilih lokasinya di mana. Karena emang gak hanya satu hotel. Ada lebih dari 5 hotel Vio di Bandung. Saya mau nyicipin juga gimana rasanya nginep di hotel ini, saya pilih yang terdekat dari rumah dulu, Hotel Vio di Jalan Pasteur. 

Pada awalnya saya agak underestimate sih dengan hotel kayak begini. Anu maksudnya, saya gak suka warna ungunya yang mendominasi tampilan luar bangunannya. Terus terang norak :D Tapi ini kan selera saya ya, saya gak suka warna-warna ngejreng ditaro blak-blakan kayak gitu, kecuali jadi aksen doang sih.

About Bandung Diary

03 February 2016
Halo! Makasih banyak ya sudah mampir dan membaca tulisan-tulisan di blog Bandungdiary. Blog ini saya buat di tahun 2014. 

Hampir semua tulisan di blog ini ditulis oleh saya sendiri. Hampir semua foto pelengkap tulisan saya jepret sendiri. Lebih banyak foto dapat dilihat di instagramnya @bandungdiary. Sekarang saya punya TikTok juga dengan nama akun yang sama dengan blog dan instagram. Bikin konten hari ini betapa banyaknya. Betapa serunya!

Saya memotret dengan kamera ponsel. Bila dulu masih menggunakan kamera DSLR, sekarang sudah tidak. Pilihan ini muncul karena faktor efisiensi saja.

Tulisan di Bandungdiary gak jauh-jauh dari jalan-jalan, makan-makan, komuternya, jajannya, dan cerita ala warga dalam kesehariannya berada di Bandung. Terkadang saya menulis rekomendasi tempat wisata, tapi seringnya cerita keseharian aja terutama di instagram.

Di blog ini ada juga tulisan bersponsor. Bagaimana lagi, menjalankan blog ini butuh monetasi namanya juga hidup ya sudah pada paham mungkin. Hehe.

Ohiya gak cuma Bandung, saya juga menulis tentang kota lainnya. Ada keleluasaan rezeki dan waktu jadi saya usahain jalan-jalan sebentar ke kota lain. Tujuan utama gak jauh dari kepengen lihat rumah-rumah antik atau mengunjungi kerabat.

Nama Bandungdiary kesannya cerita Bandung saja. Padahal enggak. Ini blog personal yang saya buat dengan nama Bandung tapi gak bermaksud bandung-centris. 

Selamat membaca. Sekali lagi makasih yah!

Bila hendak mengontak saya bisa ke bandungdiary@gmail.com



Bandungdiary di Tasikmalaya (lol bentar kucoba cari foto yang lain sugan ada heuheu)

 

Transportasi Umum di Bandung: ANGKOT

02 February 2016
Saya jelasin tentang transportasi di Bandung ya. Bisa jadi tulisan ini cocok untuk kamu yang tipe backpacker. Biasanya kan ke mana-mana sukanya menggunakan kendaraan umum. Tulisan ini saya masukan ke kategori Bandung for Beginners. Sudah ada 2 postingan sebelumnya. Bisa dibaca di Belajar Mengucapkan CICAHEUM dan Ngopi Ala Orang Bandung. 

Okeh kita mulai!

Jenis transportasi umum di Bandung ada banyak. Angkot, taksi, bis kota, dan ojek. Tarifnya berbeda-beda. Sebenarnya gak ada tarif yang pasti sih, terutama jenis yang mau saya bahas ini, agak repot jadinya kalau naik kendaraan umum karena kita harus menebak-nebak ongkosnya. Orang lokal aja suka bingung apalagi para traveler dan pelancong.

Saya bahas angkot dulu ya. 


ANGKOT


Benda ini adalah moda transportasi sejuta umat sebelum munculnya kredit motor yang murah. Warnanya dominan hijau. Ada juga angkot yang warnanya merah muda, putih, biru, kuning, merah, dan kombinasi antara warna itu semua. Di Bandung jurusan angkot bisa kita bedakan dari warnanya.


Places I Want to Visit: Kota Tua di Jawa dan Sumatera

01 February 2016
Gak tahu ya kenapa suka ada perasaan romantis yang muncul tiap kali saya melihat rumah-rumah tua. Bangunan tempo dulu. Saya pernah cerita ini sih di tulisan bandung old building. Saya gak suka-suka amat sejarah dalam bentuk teks, baca buku sejarah tuh butuh kesabaran luar biasa. Mengingat kronologis, merekam tahun kejadian, belum lagi nama-namanya. Puyeng sendiri :D 

Jadi saya datengin aja langsung bangunan bersejarahnya. Dari situ baru baca buku-buku yang menyinggung tentang bangunannya. Lebih enak masuk otaknya sih. 

Makanya kalau bepergian dalam rangka jalan-jalan, saya milih kota atau desa yang bisa saya lihat pesona bangunan heritagenya. Untungnya Indra suka juga. Bedanya, dia udah lihat dan motret bangunan tua dari ujung Sumatera sampai ke Sulawesi. Saya belum. Jadi kalo ngajakin dia suka yang "udah pernah ke sana euy, kita ke Bali aja deh". Pret! 

Sampai detik ini, saya bersikukuh mau ke Lasem. Sementara dia bersikeras ke Bali. Mungkin saya harus terapin gaya travelingnya penulis buku Menyusuri Lorong-lorong Dunia, Sigit Susanto. Mereka kalau jalan-jalan kan suka masing-masing gitu gayanya, Mas Sigit ke Museum atau perpustakaan. Menyusuri jejak para sastrawan dunia. Sementara istrinya milih jalan-jalan ke tempat wisata populer. Tapi ini Nabil anak kami mau ikut siapa ntar kalo kami jalan-jalannya pisahan :)))))

Anyway, bulan ini majalah National Geogprahic Traveler memuat tulisan dan foto-foto tentang Lasem. Nah pas deh kebetulan, saya mau buat postingan blog tentang tempat-tempat yang mau saya kunjungi. Lasem, tentu saja termasuk di antaranya. Sejak tahun 2010 saya membaca tentang Lasem di buku perjalanan tulisan wartawati Silvia Galikano, saya memendam niat mau ke sana. 

Here goes. Places i want to visit A.S.A.P

1. LASEM
Tepatnya berkunjung ke duo Jepara dan Lasem. Toh mereka juga tetanggan. Tapi secara khusus saya mau menginjak tanah Lasem. Bangunan tua di sana banyak banget! khusus pula bangunannya ala-ala Pecinan. Ada alasan kenapa saya suka daerah Pasar Baru di Bandung. Ya karena bangunan tionghoa-nya. Duh kebayang gak sih kalau di Lasem saya pasti 'old-building-gasm' :D 

Photo Credit : https://renjanatuju.wordpress.com/2015/12/08/kerjaitumain-project-sastra-lasem/