Satu jam saja dari Bandung sampailah saya di Purwakarta.
Cepat juga. Terasa seperti pergi ke Mall terdekat rumah saja. Sabtu 9 Januari
2015, saya dan dua orang teman berkunjung ke kabupaten Purwakarta. Untuk apa?
Jalan-jalan tentunya!
Salah satu agenda plesir ke Purwakarta adalah melihat
peluncuran Taman Air Mancur Sri Baduga. Air mancur ini disebut-sebut terbesar
se-Asia Tenggara. Terbersit sangsi di hati saya, memang bisa mereka membuat air
mancur sebesar itu?
Sebelum pertanyaan saya terjawab, kendaraan travel yang
membawa kami bertiga dari Bandung telah sampai di pintu Tol Purwakarta dari pintu Tol Cipularang. Dalam perjalanan singkat menuju pool travel, sejenak saya mengamati kota kecil
tersebut.
(Baca juga: Cara Menuju Purwakarta)
Tiba di pusat kotanya malah timbul apresiasi dari saya untuk
Purwakarta. Saya merasa kota kecil ini semangatnya besar sekali. Di saat kabupaten kebanyakan merasa kecil dan minder dengan
Bandung, Karawang, Bekasi, Jakarta, dan kota-kota industri besar lainnya,
kabupaten Purwakarta malah sebaliknya. Dengan bangga ia maju ke depan, siap
bersaing dengan kota metropolitan. Pembuktiannya dapat kita lihat dari
langkah-langkah progresif yang Dedi Mulyadi lakukan selama menjabat menjadi
Bupati Purwakarta.
Purwakarta didandani. Disulap supaya elok seperti rembulan,
indah bagai lukisan. Taman Air Mancur Sri Baduga merupakan hadiah awal tahun
baru yang cukup manis untuk warga Purwakarta.
Situ Buleud Menjadi Taman Air Mancur Sri Baduga
Taman Air Mancur Sri Baduga pada awalnya bernama Situ
Buleud. Berbentuk melingkar mengelilingi sebuah danau (danau = situ, bahasa
sunda), letaknya berada di tengah kota. Di tengah danau terdapat patung manusia
sedang duduk bersila. Di sekelilingnya ada empat patung harimau dengan sikap mengaum, seolah-olah sedang menjaga Tuannya.
Pagar besi mengelilingi area rekreasi tersebut. Tidak ada biaya
pungutan untuk masuk ke dalamnya. Banyak pepohonan rimbun, penyumbang terbesar
udara sejuk di taman air itu. Panorama danau yang luas tentu saja memberi
suasana yang menyegarkan.
Peluncuran Taman Air Mancur Sri Baduga dimulai malam hari.
Antusias warga dan para wisatawan mulai terlihat sejak sore. Jalan sekitar
Situ Buleud sudah ditutup untuk kendaraan bermesin. Tua dan muda, anak kecil
hingga orang dewasa, mereka berkumpul di Taman Air
Mancur Sri Baduga dengan muka berseri-seri.
Pemandangan area Taman Air Mancur Sri Baduga pada sore hari
sudah lebih legit dari yang saya lihat tadi pagi. Menambah suasana semarak, beberapa dekorasi berkonsep tradisional sudah terpasang.
Lampu-lampu cantik dengan warna kuning menyala. Topi-topi caping terpasang
dengan sederhana namun artistik. Kain-kain putih terbentang, dan karpet merah
terhampar di pintu masuk. Wah hati saya mulai berdebar, tak sabar menanti
acaranya dimulai.
(Baca juga : Menginap di Purwakarta, Enaknya di Mana ya?)
Di mana tanah dipijak, di situ kamera saya junjung. Langsung
motret! Saya bertemu dengan banyak pemudi Purwakarta yang ayu dan ramah. Sama
seperti saya yang asyik merekam suasana sebelum peluncuran Taman Air Mancur Sri
Baduga, mereka pun ramai berfoto. Tongsis bertebaran di langit Situ Buleud!
Malam makin larut, orang-orang mulai memadati Taman Air
Mancur Sri Baduga. PADAT RAMAI PENUH! Petugas protokol beberapa kali melakukan
buka tutup pintu gerbang untuk mengatur dan mengurai kepadatan.
Taman ini luasnya dua hektar! Lebih dari cukup untuk menampung
banyak orang. Namun saya dan hampir semua orang lainnya ingin berdiri tidak
jauh dari ke panggung utama, bukan menyebar ke area taman yang lain. Panggungnya
berbentuk huruf T. Saya gak mau jauh-jauh dari panggung agar dapat melihat
pertunjukannya dengan sempurna.
Melihat kepadatan arus warga yang memenuhi taman tersebut, teman saya berujar “kayaknya panitia harus sediakan TIGA pintu ya buat acara kayak gini.” Saya menoleh padanya dan seratus persen menyetujui celetukannya. “Atau panggungnya dibuat melingkar!” katanya lagi. Eh iya benar juga tuh. Semua orang ingin kebagian menonton sih soalnya.
Satu pintu untuk masuk-keluar pada pejabat dan petugas. Dua
pintu: satu untuk masuknya para warga dan turis, satu pintu terakhir untuk
keluar. Panggung melingkar agar pengunjung mau mengambil titik berdiri di mana
saja. Dengan demikian titik kepadatan bisa dipecah. Tapi well yah selalu ada bahan untuk dikritik, tapi saya harap selalu ada
ruang bagi para penyelenggara untuk evaluasi.
(Baca juga: Kampung Andir, Pemukiman Rumah Adat Sunda)
Anyway, saat kami sedang berpadat-padat ria di Taman Air
Mancur Sri Baduga, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Air mancur
sudah menyembur-nyembur namun belum benar-benar serius. Hanya pemanasan saja.
Lalu hujan rintik-rintik. Ah nanti juga berhenti, pikir saya. Tapi tidak. HUJAN
DERAS!
Bagaikan sarang semut tertimpa bulir hujan yang besar,
secara seketika taman air mancur tersebut sepi ditinggal para pengunjung yang
mencari tempat berteduh. Termasuk saya yang kocar-kacir mencari atap :D
Peluncuran Taman Air Mancur Sri Baduga, Akhirnya Dimulai Juga!
Hampir satu jam lamanya berteduh, hujan berhenti. Jam
sembilan malam. Apa iya masih ada yang mau nonton, tanya saya dalam hati. Saya
kembali ke area taman dan…TEMPATNYA SUDAH PENUH LAUTAN MANUSIA! Oh.My.God! Gila
warga Purwakarta ini ya, semangatnya gak ada habisnya.
Barulah pada pukul 10 malam, acara peluncuran dimulai. Saya
yakin warga dan turis yang menonton sudah letih. Begitu juga saya. Capek banget
berdiri terlalu lama dan kehujanan pula. Saya berharap pertunjukkannya nanti sepadan dengan otot-otot kaki kami yang gemetar dan pakaian yang basah kehujanan.
(Baca juga : Gowes Sepeda Onthel di Museum Diorama)
Saat Dedi Mulyadi sudah datang, perhatian pengunjung beralih padanya. Beberapa pejabat lainnya, bupati-bupati kota tetangga, Desperindag, dan yang lainnya, juga mulai menduduki kursi di area terpisah, tidak jauh dari penonton
kebanyakan. Lalu acara dimulai.
Ini pertunjukkan rakyat pertama di Purwakarta yang saya tonton secara langsung.
Ini pertunjukkan rakyat pertama di Purwakarta yang saya tonton secara langsung.
Saya berdoa dalam hati semoga para pejabat tidak memberi kata
sambutannya terlalu lama. Tak disangka doa saya sia-sia. Karena apa?
TIDAK ADA KATA-KATA SAMBUTAN DARI PEJABAT BAHKAN BUPATINYA! Horeeeeeeee!
Peluncuran Taman Air Mancur dibuka dengan pertunjukkan tarian tradisional yang mengisahkan Perang Bubat. Saya tidak menganggap tarian tersebut serius. Paling lima-tujuh penari lalu selesai narinya. Salah banget! Satu jam untuk menari, ini tentu saja bukan tarian biasa untuk sekadar membuka acara.
Tariannya sangat megah, amat serius, dan teatrikal sekali!
Melibatkan banyak penari, properti, musik, dan permainan cahaya. Whaaaah!
Menyadari semegah apa acaranya, saya hampir gak percaya sedang di Purwakarta!
Gila ini benar-benar keren, semuanya terjadi lebih dari yang saya bayangkan!
Purwakarta tidak main-main.
Saya gak bisa berharap lagi puncak acaranya bakal seperti
apa, tarian Perang Bubat saja seperti sudah menggenapkan keseluruhan acara
tersebut. Para penari dan penyanyi beserta semua pengiringnya turun panggung,
barulah yang ditunggu-tunggu muncul: Air mancur Sri Baduga!
Musik mengalun, air mancur menari-nari. Airnya warna-warni
memancar pendek dan tinggi. Tingginya bahkan mencapai 6 meter!
Saat air mancurnya beraksi, airnya melengkung-lengkung seperti pinggul para penari. Pemandangan yang memukau sekali! Bahkan variasi gerakan air mancurnya pun sama sekali tidak membosankan, terus berganti-ganti! Terkadang pergerakan airnya melambat sesuai iringan musik, tapi sering juga airnya cepat mengikuti hentakan musik.
Saat air mancurnya beraksi, airnya melengkung-lengkung seperti pinggul para penari. Pemandangan yang memukau sekali! Bahkan variasi gerakan air mancurnya pun sama sekali tidak membosankan, terus berganti-ganti! Terkadang pergerakan airnya melambat sesuai iringan musik, tapi sering juga airnya cepat mengikuti hentakan musik.
Beberapa kali saya bisa merasakan aura para pengunjung yang
terkesima akan keindahan air mancur tersebut. Sama seperti saya yang di
beberapa momen menahan napas kagum karena terkejut, bisa ya mereka buat air
mancur kayak gitu…wah…pertanyaan saya terjawab sudah. Kita bisa membuat apa
saja, Purwakarta membuktikannya. Mereka tidak setengah-setengah dalam
melakukannya.
Hampir satu jam lamanya Air Mancur Sri Baduga tampil di
hadapan kami. Para pengunjung tak
henti-hentinya memotret, juga tak bisa berhenti merekam.
Saat tiba di penghujung acara, musik pengiring mereda
intensitasnya. Secara perlahan musik pun usai. Air mancur masih memancar
kecil-kecil. Bupati Purwakarta memberikan salam sebelum acara selesai. Salam ya
bukan sambutan pidato yang berlama-lama. Seru juga ya acara di Purwakarta ini, gak ada kata-kata pidato sambutan yang panjang dan bertele-tele.
Kembang api di langit Purwakarta memberi salam perpisahan. Air Mancur Sri Baduga masih memberikan atraksi terakhirnya malam itu. Akhirnya selesai sudah peluncurannya. Banyak pengunjung yang beranjak pulang, tapi tidak sedikit yang masih diam di tempat, sepertinya menunggu Bupati Purwakarta untuk berfoto bersama.
Saya dan teman-teman kembali ke hotel dengan berjalan kaki sambil makan sosis bakar. Adrenalin rush saat kehujanan dan menikmati atraksi air mancurnya hilang sudah. Esok hari kami masih akan menjelajahi daerah dengan tagline Wibawa Karta Raharja ini. Saya rasa saya mulai jatuh cinta pada Purwakarta. Kehangatan Purwakarta macam apa lagi yang akan saya rasakan besok ya? Hmm tunggu ceritanya!
Taman Air Mancur Sri Baduga dapat teman-teman saksikan setiap malam minggu pukul 19.30 - 22.30.
Foto : Nurul Ulu Wachdiyyah
Teks : Nurul Ulu Wachdiyyah
Kembang api di langit Purwakarta memberi salam perpisahan. Air Mancur Sri Baduga masih memberikan atraksi terakhirnya malam itu. Akhirnya selesai sudah peluncurannya. Banyak pengunjung yang beranjak pulang, tapi tidak sedikit yang masih diam di tempat, sepertinya menunggu Bupati Purwakarta untuk berfoto bersama.
Saya dan teman-teman kembali ke hotel dengan berjalan kaki sambil makan sosis bakar. Adrenalin rush saat kehujanan dan menikmati atraksi air mancurnya hilang sudah. Esok hari kami masih akan menjelajahi daerah dengan tagline Wibawa Karta Raharja ini. Saya rasa saya mulai jatuh cinta pada Purwakarta. Kehangatan Purwakarta macam apa lagi yang akan saya rasakan besok ya? Hmm tunggu ceritanya!
(Baca juga : Jam Pertunjukkan Taman Air Mancur Sri Baduga)
Taman Air Mancur Sri Baduga dapat teman-teman saksikan setiap malam minggu pukul 19.30 - 22.30.
Foto : Nurul Ulu Wachdiyyah
Teks : Nurul Ulu Wachdiyyah
sejak tol Cipularang ada, saya sudah sangat jarang lewat Purwakarta. Jadi kangen sate marangginya hehehe.
ReplyDeleteHebat juga perkembangannya. Dulu saat belum ada tol, banyak kendaraan lewat Pyrwakarta tapi kotanya kayak begitu aja. Biasanya ketika sebuah daerah mulai sepi, perkembangannya melambat. Tapi, dengan gebrakan seperti ini, menandakan kalau Purwakarta tetap hidup. Dan semoga banyak wisatawan ke sana :)
Saya kalau ke Purwakarta malah hanya ke sate marangginya saja, Mbak. Jarang ke kota kecuali kalau sengaja mampir ke rumah saudara. :D
DeleteIya. Tahun ini Purwakarta mencanangkan Tahun Wisata. Berarti bakal banyak program lainnya yang lebih seru. Ulang tahun Purwakarta tuh kayaknya mesti banget dateng deh, pertunjukkannya sama kerennya dgn peluncuran taman air mancur sri baduga!
Deleteps: sate maranggi masih ada, masih enak! hehehe
saya sempat ke Purwakarta tapi membaca tulisan kamu ini, jadi ingin datang ke Purwakarta, apalagi melihat air mancur kerennya, duh kayaknya keren kalau foto disana yah
ReplyDeleteIya banget! Ayo ke Purwakarta!
DeleteDari purwakarta Ke JatiLuhur Naik Apa Ya
DeleteSering bolak balik ke Purwakarta, baru ngeh ternyata kota ini punya semangat yang tinggi.
ReplyDeleteI wish I was there with you :)
Itu pertunjukannya kelihatan bagus banget, Lu.
Kayaknya sejak bupatinya Dedi Mulyadi deh Purwakarta mulai kedengeran lagi. Aslinya emang bagus banget, Teh! Ke sana atuh, bawa krucil & suami hehehe :D
Deletesuka foto-fotonya Mbak, cantik.. Apalagi foto yang pertama, adem banget saat memandang fotonya :)
ReplyDeleteWah terima kasih! Emang aslinya adem banget, banyak pohon & lihat danau. Cespleng ke hati ini, sejuknya...
Deletecantik banget taman air mancur Sri Baduga. Pertunjukan air mancurnya apa setiap malam?
ReplyDeleteMalam minggu aja, Mba. Jam 19.00 - 22.30.
DeleteDari Bandung ke Purwakarta bisa pake kereta ga ya?
ReplyDeleteBisa, naik dari Kiara Condong atau Stasiun Bandung. Jadwal & ongkosnya cek di website KAI.
Deletefoto - fotonya keren banget, jadi pengen kesini
ReplyDeleteAslinya lebih keren lagi, mbaaaa! Ayo ke Purwakarta!
DeleteAsik banget ini atraksi air mancurnya, Lu. Kece. Sayang euy, belum kesampean maen ke sana. *meni dusun ya aku teh :D*
ReplyDeleteGampang ke Purwakarta mah, dari Bandung cuma sejam, naik travel 30ribu doang, Teh Efi. Nonton air mancurnya malam minggu, dari Bandung jam 5 sore, nyampe Purwakarta jam 6. Nanti pulangnya jam 9 malem balik lg ke pool, jam 10 udah nyampe Bandung. Udah kayak dari rumah ke mall, kan. Deket soalnya :D hahaha
DeletePengen liat air mancurnya, keren jigana!
ReplyDeletekeren pisan! cuma ada pas malam minggu aja
Deleteudah lama banget ga numpang lewat ke purwakarta. dulu mah kotanya sepi banget. skr pasti rame ya
ReplyDeleteKelihatan usaha bupatinya pengen membawa Purwakarta lebih ramai. Makanya sering ada acara besar di sana, berhubungan dengan budaya biasanya.
DeleteIya emang air mancurnya keren banget, mba. BUpatinya kayaknya penuh inovasi deh ya :). Nice sharing, mba. Salam kenal :)
ReplyDeleteSama-sama :) Iya bupatinya gerak cepat, banyak ide dan kayaknya bukan tipe yang birokratis. Masih muda kali ya jadi energinya untuk menyerap teknologi juga cepat dan gampang.
DeletePatung putih itu cowok atau cewek sih.. dr blkg kaya cewek dr depan wajahny seperti laki2.. keren bgt pertunjukkannya
ReplyDeleteCowok, kalo gak salah itu Sri Baduga Maharaja, Raja Pajajaran, ayahnya Dyah Pitaloka. Ayooo buka buku sejarah kerajaan chapter kerajaan sunda lagi :D hehehe saya juga lupa-lupa ingat sejarahnya
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteKerenn Ulu datang pas peluncurannya .... jadi intinya bagus ya Ulu. Saya juga kaget ternyata terobosan Bupati Purwakarta diam-diam bikin headline juga ya. Pernah pidato di markas PBB, Ribut sama FPI, dan sekarang ngeluncurin air mancur raksasa.... Kerennnn... Foto dan tulisan Ulu juga kerennnn...
ReplyDeleteIya sebagai pelopor mah bagus, Lih. Hiya, diam-diam bekerja bupatinya hehehe :D Makasih, Galiiih! Ayo ke Purwakarta, bikinin videonyaaaa! hhehehehe
DeleteWah boleh juga tuh Ulu :) ... coba tawarin ah ke dinas pariwisatanya kab Purwakarta ... hehe.... eh ada yg kenal gak ulu ?
DeleteAda, Lih. Tapi saya belon tau kapasitasnya. Ntar saya WA ya
DeleteDuh bandung ngangenin banget, dua minggu lagi saya kesana loh. Lagi nyiapin itenerary, salah satunya ini :)
ReplyDeleteLhoooo :D ini tulisannya dibaca gak, mba :D hehehe ini mah tentang Purwakarta, bukan Bandung. Air mancurnya di Purwakarta hehehehe
DeleteKeren lu..penasaran ama purwakarta..dibawah pimpinan salah satu kepala daerah paporit euuy. Harus dijadwalkan ah..
ReplyDeleteWah kamu harus ke sana, Oi. Oh Pak Dedi favorit kamu? Emang dia aktif pisan ya bikin program. Sok lah, saya tunggu tag foto-foto Purwakarta dari kamu di pesbuk! hehehe
DeleteThis comment has been removed by the author.
Deletewah ga nyangka purwakarta sebagus ini.
ReplyDeleteSama hehehe pas saya ke sana juga saya olohok (olohok = kaget, bahasa sunda)
DeleteMewakili kabupaten Purwakarta: AMIN! hehehehe. Iya kamu teh ajak anak-anak ke sana, Tes. Pasti pada suka deh. Dari Bandung mah deket euy!
ReplyDeletewaah Purwakarta berbenah terus nih kayaknya, aset2 wisata mulai digalakkan yaa. kuliner, budaya, alam..kerenlah bangkit ya purwakarta
ReplyDeletenamanya meni sunda pisan ya situ buleud, seberapa buleud kah situ nya?
2 hektar buletnya :D luaaaaassss!
DeleteUdah pernah ke Purwakarta sekali waktu suami jadi kuli di pembangungan tol Sadang. Tp nggak jalan2 kemana-mana sih :))
ReplyDeleteNah waktu yg tepat buat napak tilas, Mba Lusi :D
DeleteGituuu, gituuu, ke Purwakartanya ngga ngajak-ngajak.
ReplyDeleteAku kalo ke Purwakarta seringnya lewat doank sih, Sate Maranggi aja boro-boro, aghk, minggu depan, ah, postingan ini bener-bener bikin baper, hahaha..
Wkwkwkwk :D nanti kita ke sana bareng, makan sate maranggi yang buanyaaaaak!
DeleteMalam minggu ini ada gak yah air mancurnya cz kata temenku dia udah 2 x maming, air mancurnya ga ada
ReplyDeleteWah harus cek di akunnya Humas Purwakarta di Twitter & facebook, Mba. Di Instagram juga ada. Mereka selalu update jadwal air mancurnya.
DeleteDari Purwakarta ke Jatiluhur naik apa ya dan ada penginapan tidak disekitar situ yang terjangkau
ReplyDelete