Gila museumnya canggih banget!
Itu kesan pertama saya dan teman-teman waktu berkunjung ke Museum Diorama
Purwakarta. Ini kota kecil, eh kabupaten maksudnya, yang menggeliat seperti
naga baru bangun tidur. Museum Diorama, wajib banget kalian datangi kalau ke
Purwakarta!
Lokasi Museum Diorama strategis.
Dari stasiun kereta api malah bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Kalau saya
kan dari pool Travel Arnes, jadi naik angkot no 06 dulu dan dilanjut berjalan kaki
sedikit, baru sampai di museumnya.
Museum Diorama Bale Panyawangan menempati sebuah gedung tempo dulu bernama Gedung Kembar. Ada dua bangunan tua, posisinya saling bersebrangan, saling menghadap. Museum Diorama menempati salah satu bangunan tersebut.
Museum Diorama Bale Panyawangan menempati sebuah gedung tempo dulu bernama Gedung Kembar. Ada dua bangunan tua, posisinya saling bersebrangan, saling menghadap. Museum Diorama menempati salah satu bangunan tersebut.
Museum Diorama Bale Panyawangan, tampak samping |
Gedung Kembar, disebrang Museum Diorama. Bangunan yang sama arsitekturnya dengan Museum Diorama |
Eh lokasinya juga gak jauh dari
Taman Air Mancur Sri Baduga kok. Sekali tepuk, dua tempat tuh kesampaian.
Museum dan taman air.
Pasti bertanya-tanya, apa masuk
museumnya bayar. Gratis nih. Tas dan bawaan berat kita lainnya
dianjurkan disimpan dulu. Ada tempat penitipannya. Kalau mau ditemani pemandu
museum, ada Akang dan Teteh-teteh yang siap memandu. Tapi kalau mau mengitari
museumnya sendirian pun tak apa.
Lalu selain canggih, apa lagi
kesan yang saya dapat dari Museum Diorama Purwakarta ini?
Timeline Sejarah Kerajaan Sunda di Museum Diorama
Saya jadi tahu sejarah kota yang terkenal dengan Sate Maranggi ini. Karena di museumnya ada banyak ruangan, terbagi ke dalam fase-fase sejarah. Mulai dari sejarah kerajaan di tanah sunda, waktu Belanda menjajah Indonesia, Jepang masuk menduduki Tanah Air, sampai dengan era Pra Kemerdekaan. Semacam timeline sejarah gitu jadinya.
Secara detail rangkuman sejarah terbagi dalam sembilan tema. Satu ruangan, satu tema. Disebutnya Bale.
(Baca juga: Cara Menuju Purwakarta)
Bale Prabu Maharaja Linggabuana misalnya, isinya tentang sejarah kerajaan sunda.
Bale Prabu Dewaniskala, memaparkan sejarah Purwakarta saat diduduki Mataram, VOC, dan Hindia Belanda.
Ada pula Bale Surawisesa, Bale Ki Pamanah Rasa, dan lain-lain.
Nama ruangannya bagus-bagus ya!
Baca sejarah di Museum Diorama gak secara manual melulu, tapi juga ada program digitalnya. Kita tinggal membuka lembaran demi lembaran kertas bergambar dan mendengarkan narasi yang menjelaskan sejarahnya. Canggih, pake teknologi digital optik.
Gak cukup satu jam deh
muter-muter Museum Diorama. Membaca dan menyimak teks sejarah yang terpampang
dalam interior museumnya saja lumayan tuh. Kecuali cuma dilihat sepintas,
mungkin bisa lebih cepat waktu kunjungan ke museumnya. Tapi kan sayang, ngapain
cepat-cepat.
Sebenarnya sebelum benar-benar masuk museumnya, di bagian sayap kiri museum sudah terlihat jelas asal muasal kenapa nama museumnya Diorama. Ada deretan diorama prasasti yang mengisahkan kerajaan-kerajaan sunda dan kerajaan nusantara lainnya. Bisa kita baca satu-satu penjelasan tentang prasastinya.
Setelah serius melahap perjalanan sejarah Nusantara dan Purwakarta pada
khususnya, kita akan dibawa tertawa-tawa setelahnya. Soalnya ada diorama sepeda
onthel!
Apa istimewanya pajangan sepeda
onthel doang?
Sepeda Onthel di Museum Diorama Purwakarta
Ini istimewa dan unik
karena…sepedanya bisa kita pake! Gak dipake keliling kota Purwakarta, tapi ya
emang bisa keliling kota naik sepeda tempo dulu ini. Eh gimana sih kok bingung.
Hahahaha :D
Simulator sepeda gitu bentuknya.
Simulator sepeda gitu bentuknya.
Sepeda Onthelnya dipasang
menghadap layar. Kalau kita naikin sepedanya lalu kita kayuh, layar di depan
itu menyala. Sepeda ini semacam mesin yang menyalakan layarnya. Kalau kita
berhenti menggowes, layarnya mati.
Pada layar tersebut terpampang
jalur jalan raya. Pada saat kita mengayuh sepeda onthelnya, kita seolah-olah
sedang menyusuri jalanan Purwakarta. Kadang jalannya lurus, kadang jalannya
berbelok. Di beberapa titik tertentu, ada penjelasan sejarah dan asal usul
tempat yang kita lewati dengan sepeda.
Semacam gowes virtual gitu. Ih
capek juga lho lama-lama hahaha tapi seru abis! Kepikiran bikin atraksi kayak gitu.
Keren! Antara kagum dan tertawa terpingkal-pingkal, saya benar-benar terkesan
dengan diorama yang satu ini.
Jadi kepikiran, kenapa tidak museumnya menyediakan paket tur sepeda sekalian. Jadi beneran turun ke
jalan. Seru tuh kayaknya. Ya gak usah banyak-banyak. Lima sepeda aja cukup,
keliling daerah sekitar Taman Air Mancur Sri Baduga (Situ Buleud) menarik juga.
(Baca juga : Kampung Andir, Legok Barong, dan Makan Sate Maranggi sampai Gendut!)
Cukup dengan sepeda onthelnya,
pindah ke ruangan selanjutnya. Ada pajangan wayang-wayang pria dan wanita,
tokoh protagonis dan antagonis. Lima tokoh terkenal : Yudhistira, Bima, Arjuna,
Nakula, Sadewa. Juga ada tokoh-tokoh culun tukang nyindir yang cuek dan bikin
orang ketawa juga dicintai banyak orang: Cepot dan teman-temannya.
Wayang-wayang dari Tanah Sunda
Pada tahu gak kalau kita bisa
bedain tokoh wayang tersebut dari jambulnya, mahkota di kepalanya, dari pakaiannya, dan terutama lagi dari karakter
wajahnya. Yudhistira karakternya bijaksana. Bima karakternya cowok
banget yang kekar dan sangar. Arjuna kebalikannya Bima, Arjuna konon wajahnya
rupawan. Tapi kalau saya baca di komiknya R.A Kosasih, Arjuna ini malah
kesannya cowok kemayu gitu ya.
Pemandu Museum, cantik ya! :D |
Anyway, mengamati eksotisme
wayang memang menyenangkan dan gak ada habisnya. Tapi saya sudah merasa cukup
dengan mereka, jadi saya beralih ke pajangan museum yang lain.
Bersenang-senang di Museum Diorama
Mau gak foto bareng Pak Bupati Dedi
Mulyadi? Lha emang bisa? BISA BANGET! Bukan foto bareng dengan foto Pak
Bupati-nya secara langsung gitu. Bukan juga dengan patung imitasi beliau.
Saya gak suka foto bareng dengan
orang terkenal. Saya cuma mau foto bareng dengan vokalis Efek Rumah Kaca :D
Tapi yang satu ini gak nahan banget buat saya coba. Saya berdiri di titik tertentu
yang sudah disediakan, lalu layar di depan saya menyala. Di dalam video tersebut tiba-tiba Bupati Purwakarta muncul dan melakukan berbagai pose siap difoto.
Eh tahu-tahu nongol muka saya di videonya. Di sebelahnya Pak Bupati. Ya langsung bergaya lah hahaha. Lucu banget gayanya bisa macam-macam (dan sopan yaaa). Duh saya ketawa melulu deh di sini. Harusnya fotonya bisa diprint sih, tapi pas giliran saya, kertasnya habis gitu. Jadi saya foto pengunjung museum yang lain saja.
Eh tahu-tahu nongol muka saya di videonya. Di sebelahnya Pak Bupati. Ya langsung bergaya lah hahaha. Lucu banget gayanya bisa macam-macam (dan sopan yaaa). Duh saya ketawa melulu deh di sini. Harusnya fotonya bisa diprint sih, tapi pas giliran saya, kertasnya habis gitu. Jadi saya foto pengunjung museum yang lain saja.
Di ruang-ruang penghujung
museumnya emang lebih banyak benda interaktifnya. Ya cocoklah, di bagian
depannya serius banget, di bagian belakang kita ketawa-tawa seru :D
Kunjungan ke Museum Diorama
diakhiri dengan masuk ke ruang teater dan nonton video tentang Purwakarta.
Seingat saya ada tiga video yang memperlihatkan beragam wisata yang dapat warga
dan turis nikmati. Dari wisata kuliner, wisata alam, dan wisata sejarah. Durasinya
sekitar 15 menit.
Sayang kualitas videonya kurang
nendang dan tidak meninggalkan kesan. Datar-datar saja dan tidak menggairahkan. Halah :D maksudnya gak ada efek-efek gambar pemandangan yang dramatis. Eh video yang terakhir bagus, episode 1001 reason why you have to visit west java. Lumayan hehe :D
Saya masih geleng-geleng
kepala melihat pertumbuhan Purwakarta di bidang wisata. Keberanian mereka
melaju mengikuti zaman dan mengolahnya secara serius patut kita apresiasi.
Kayaknya kita mulai harus melihat
lebih dekat ya. Kota-kota kayak Bandung, Bali, Yogyakarta, Malang, sampai Raja Ampat, jelas jadi idola turis lokal dan internasional. Tapi mungkin sesekali kita harus ambil
peran sebagai turis lokal yang apresiatif pada banyak hal. Melihat tempat yang lebih jauh bukan hal yang salah, tapi berkunjung ke
tempat-tempat sedekat Purwakarta juga bukan pilihan yang mengecewakan.
Mengisi ruang-ruang wisata di kabupaten seperti Purwakarta membuka cakrawala kita. Oh ternyata satu jam doang dari Bandung ada tempat kayak gini ya…wah keren ya, wah bagus ya, wah gak nyangka ya. Gitu lho maksudnya.
Mengisi ruang-ruang wisata di kabupaten seperti Purwakarta membuka cakrawala kita. Oh ternyata satu jam doang dari Bandung ada tempat kayak gini ya…wah keren ya, wah bagus ya, wah gak nyangka ya. Gitu lho maksudnya.
Ruang-ruang sederhana (dan
ehmm…canggih!) seperti Purwakarta menunggu banyak kunjungan kalian. Sebarkan
sebanyak-banyaknya di media sosial. Ceritakan yang seru-serunya pada kerabat
dan teman-teman. Waktunya kita ambil bagian, mengisi kantong-kantong wisata
yang lama dengan wajah baru: Purwakarta.
Bale Panyawangan Museum Diorama
Buka setiap hari.
Senin - jumat : 09.00 - 15.00
Sabtu dan minggu : 09.00 - 13.00
Bale Panyawangan Museum Diorama
Buka setiap hari.
Senin - jumat : 09.00 - 15.00
Sabtu dan minggu : 09.00 - 13.00
Di Taman Air Mancur Sri Baduga, Tumbuh Cinta di Purwakarta
Jam Pertunjukkan Air Mancur Sri Baduga
Teks : Nurul Ulu Wachdiyyah
Foto : Nurul Ulu Wachdiyyah
Itu jendela museum Dioramanya, instagramable banget, ya hahaha. Yang sepeda virtual itu, saya jaid ingat Timezone. Permainan sepeda virtual salah satu yang saya suka. Selain seru juga kayak olahraga hehe. Smeoga aja itu sepeda virtual di museum Diorama terawat terus. Karena problem di kita adalah tentang perawatan biasanya.
ReplyDeleteKita samaan, nih. Saya paling malas minta foto bareng orang terkenal :D
Iya semoga perawatannya berkala dan dilakukan dengan benar yak. Amin! Ayo main ke Purwakarta, Mba!
Deletefoto fotonya bagus banget deh, infonya lengkap banget
ReplyDeleteOh gitu? Saya gak pede dengan hasil fotonya padahal hehehe. Biasanya tandem kalo traveling, saya yg nulis, suami saya yg motret karena jago moto emang orangnya. Ke Purwakarta ini saya pergi sendiri gak sama dia euy. Heuheuheu. Tapi makasih yaaaah :)
Deletewah satu lagi tempat kece yang harus dikunjungi nih
ReplyDeleteCatet dan berangkaaaaat!
Deletebtw kamu disuruh goyang maranggi ga?
ReplyDeleteEh, penjaga museumnya bukan itu deh yang cantik, ada yang lain yang cantik juga
Hah? Goyang Maranggi? Apaan tuh? :))))) banyak yang cantik, Hilman. Mojang Priangan gitu pasti gareulis hehehe
DeleteSelalu suka cerita wayang, sangat inspiratif
ReplyDeleteIya, Mba. Seru ya. Banyak filosofi yang bisa kita terapkan ke kehidupan sehari-hari.
DeleteUnik juga Cepotnya warna putih. Rasanya Cepot bermuka merah sebagai penjelmaan sifat amarah Semar,sang ayah...
ReplyDeleteNah saya baru nyadar, Jus. Iyaya :)))))
DeleteDiorama Purwakartanya menarik, tapi pengen dibanyakin lagi ya biar keren hehehe
ReplyDeleteDi Museum Diorama ini udah banyak banget dioramanya, ke Purwakarta atuh. Dari Jakarta mah deket aja :D
DeleteBawa anak-anak ke Museum Diorama, Tessi. Pasti pada suka deh
ReplyDeleteDulu gedung kembar itu yang satu nya perpustakaan kan..
ReplyDeleteWah saya gak tahu fungsi bangunan yang satu lagi euy.
Deletehehe . gowes virtual jadi inget ada yang seperti ini waktu acara pasar seni itb
ReplyDeleteWah saya gak dateng ke Pasar Seni ITB tahun 2014 euy, eh ini maksudnya yg tahun 2014 kan?
DeletePlace to Go!! Ride The Bike!! tempat yang cocok buat Injak Pedal
ReplyDelete