Hujan akhirnya turun di Bandung, awal bulan ke sepuluh. Tepat di saat saya menggelar acara tahunan Pasar Kutu. Berderai-derai angin dan hujan menciumi tanah Bandung. Seminggu setelahnya, kota Kembang kembali panas. Kemarau masih menunjukkan taringnya yang ganas.
Angin musim panas kembali meradang. Dingin dan mengigit tidak kepalang. Membuat mereka yang kekurangan konsumsi buah dan sayur berulangkali meriang.
Bulan Oktober berita di surat kabar harian Pikiran Rakyat ramai memberitakan kabar dari Kampung Cikapundung. Ridwan Kamil di bulan Oktober ini menemui halang rintangnya dari Kampung Kolase. Kawasan Cikapundung di jalan Siliwangi itu mau direstorasi. Dibuat jadi indah, ala-ala Eropa kalau kalian para pecinta Emil bilang. Mirip seperti kawasan Asia Afrika.
Warga yang menempati wilayah Cikapundung diminta pindah ke rumah susun yang sudah disiapkan pemerintah di Sadang Serang. Dekat Dago. RK kelihatannya mengalami kesulitan berkomunikasi dengan warga. Ditambah kelompok seniman yang baru saja menggelar instalasi seninya di kampung Cikapundung ini juga berulang kali kampanye tentang penolakan pemindahan warga ke rumah susun.
Oya, di bulan Oktober ini Persib menjuarai Piala Presiden. Jalanan Bandung sewaktu Persib bertanding. Sayang hanya 2 x 45 menit saja durasinya. Begitu tim kesayangan Bandung ini resmi meraih kemenangan, jalanan kota meledak! Bobotoh memenuhi jalanan kota. Untunglah saya sudah pulang ke rumah. Kalau tidak habislah saya di jalanan ibukota Jawa Barat!
Bulan Oktober juga menjadi momen bersejarah untuk keberadaan Bis Bandros. Seperti antiklimaks, bis ini sekarang dinonaktifkan. Satu penumpang wafat karena jatuh dari Bandros. Angkot 05 juga menemui ajalnya. Katanya sih rebranding angkot diganti jadi nomor 08. Tapi akar masalahnya kan kelakuan sopir-sopirnya.
Sekarang udah November. Sudah di penghujung akhir tahun 2015 aja ya... apa aja yang bakal terjadi di Bandung selama bulan November?
- Ulu
Post Comment
Post a Comment