Selasa 17 November 2015. Di hari dan tanggal tersebut saya melihat sisi Bandung yang baru. Berlokasi di desa Buniwangi, sekitar 20 menit saja berkendara motor dari Terminal Dago, kami berempat sampai di sebuah peternakan sapi perah: Dago Dairy.
Buniwangi memberikan sambutan pertamanya kepada saya, Gele, Nabil, dan Unis. Yaitu jalan yang menanjak seperti tak ada putusnya. Motor yang kami tumpangi harus berjuang keras untuk sampai ke Dago Dairy. Pepohonan di sini masih lumayan jumlahnya, tapi vila-vila juga bermunculan seperti Bekicot di musim hujan.
Seperti melintas dari satu bukit ke bukit lainnya, perjalanan menuju Dago Dairy makin menegangkan sekaligus menakjubkan. Mungkin karena saya takut ketinggian ya, jadi kalau lihat jurang di beberapa tepi jalan, rasanya ngilu banget. Jantung seperti merosot sampai ke perut waktu motor tancap gas kuat-kuat menerjang tanjakan :D
Tapi pemandangannya waduh baguuus! Sayang aja sih banyak lahan hutan yang berubah jadi kebon. Tapi ya overall panorama alamnya indah. Beberapa bulan ke depan bakal lebih syahdu lagi deh perbukitannya karena musim hujan. Pepohonannya bakal lebih lebat, hijau, dan sehat.
Tapi pemandangannya waduh baguuus! Sayang aja sih banyak lahan hutan yang berubah jadi kebon. Tapi ya overall panorama alamnya indah. Beberapa bulan ke depan bakal lebih syahdu lagi deh perbukitannya karena musim hujan. Pepohonannya bakal lebih lebat, hijau, dan sehat.
Sampai di Dago Dairy, udaranya dingin dan sejuk khas pegunungan. Langit mulai berawan, bersiap kapan saja menumpahkan air hujannya. Saking segar dan nyamannya udara di Buniwangi, langsung lupa dengan jalanan berbatu dan tanah liat sesudah jalan beraspalnya habis tadi. Meski hujan sudah berlangsung hampir tiap hari selama tiga minggu ini di Bandung, sisa kemarau masih terlihat. Pepohonan yang meranggas dan rerumputan yang baru menghijau. Sekering apa ya daerah ini di musim kering kemarin. Tanya saya dalam hati.
Dago Dairy pukul sembilan pagi, masih tampak sepi. Ke mana nih orang-orangnya? tanya saya ke Gele. Ke belakang aja, orangnya di dalem rumah kali, kata Gele.
Eh benar saja, kesibukan terjadi di kandang sapi. Mark, orang yang mengundang kami ke peternakannya itu, sedang asyik menggobrol dengan seorang pegawai. Sapi-sapi sedang asyik makan rumput. Saya masuk ke area kandang hendak menyapa Mark. Lalu di dekat saya berdiri, seekor sapi, kencing dan airnya mengalir seperti air terjun. Byuuuuurrrr! Hahahaha :D
Kami dan Mark berkenalan, saling bersalaman. Selama ini hanya bertemu di ruang Instagram. Sejak bulan Maret Mark mengundang kami datang mengunjungi Dago Dairy, baru di penghujung tahun ini kami menunaikan janji.
Mark langsung nyerocos cerita tentang peternakannya. Jam berapa sapi-sapinya makan, mulai usaha tahun berapa, sempat berjualan sapi potong, pengen fokus ke bisnis sapi perah, sampai jenis rumput yang dijadikan makanan buat sapinya. Banyak banget yang Mark yang ceritain!
Sapi perahnya ada banyak, sekitar 20 ekor deh kalau gak salah. Belum lagi yang sapi kecil-kecilnya. Sapi perahnya Mark ukuran badannya besar banget! bahkan lebih besar dari Mark yang tubuhnya paling bongsor diantara kami semua. Para sapi di sini nampaknya sehat dan bahagia. Sebahagia Mark membagi ceritanya beternak sapi pada kami.
Mark juga memelihara ayam. Ayam-ayam asyik menunduk mencari makan dengan bebas. Kayaknya ayam sama bahagianya dengan para sapi. Mereka pun serupa gendutnya. Ayamnya bebas berkeliaran, kalau malam sih kayaknya masuk kandang.
Di depan peternakan Mark ada sebidang tanah yang kata pria asal Australia ini sih hutan. Terus dia ajak kami ke hutan itu. Mark gak cuma fasih cerita tentang peternakan saja ternyata. Di hutan dia ngomongin tumbuhan dan pepohonan. "Jangan makan Kaliandra putih, rasanya pahit sekali," kata Mark dengan muka mengernyit menandakan mimik muka seperti habis minum jamu pahit. Mark juga tahu jadwal binatang yang sering berkunjung ke pepohonan di sekitar peternakannya. "Lihat lihat, itu Tupai! Tuh lihat tuh Tupainya lagi pindah ke pohon lain," semangat banget nunjukin Tupainya. "Pokoknya kalau ada pohon bergerak-gerak, pasti sedang ada binatang di situ," kata Mark lagi.
Orangnya antusias banget cerita segala macam deh. Gak berhenti ngomong kecuali kalau saya atau Gele bertanya. Hihihi :D
Lalu berikutnya Mark ajak kami melihat ladang rumputnya di tanah yang gak jauh dari peternakannya. Menurut Mark, rumput lokal nutrisinya sangat kurang untuk memenuhi gizi sapi-sapinya. "Rumput lokal cepat tumbuhnya, tapi kurang nutrisinya," tutur Mark. Makanya dia menanam sendiri Rumput Brazil yang kandungan gizinya lebih banyak dibanding rumput lokal, terutama Proteinnya. Warna rumput Brazil lebih hijau sih ya. Lebih cerah.
Mark meminta Gele memotretnya dengan rumput Brazil. Saya pikir dia bakal ambil posisi jongkok waktu difoto. Ternyata dia…tiduran :D ambil posisi hampir setara dengan rumputnya. Kayaknya Mark sayang banget ya dengan semua yang ada di peternakannya. Ya sapinya, ya ayam-ayamnya, ya rumputnya.
Mark meminta Gele memotretnya dengan rumput Brazil. Saya pikir dia bakal ambil posisi jongkok waktu difoto. Ternyata dia…tiduran :D ambil posisi hampir setara dengan rumputnya. Kayaknya Mark sayang banget ya dengan semua yang ada di peternakannya. Ya sapinya, ya ayam-ayamnya, ya rumputnya.
Mark sudah merasa cukup mengajak kami tur di peternakannya, kami beranjak ke bagian meja dan bangku kayu. Istirahat, meminum susu dan yoghurt stroberi yang Mark sudah siapkan. Hmmm susunya segar banget! Enaaak! Rasanya sapi banget dan teksturnya sedikit encer, tidak sekental susu UHT atau susu murni pada umumnya. Saya memanaskan air susunya di suhu 63 celcius selama 30 menit, jadi rasa originalnya gak rusak. Kira-kira dia ngomongnya gitu.
Produk Dago Dairy dapat dibeli di beberapa supermarket di Bandung, diantaranya di Yogya Riau Junction. Mark dan Yanti istrinya juga memasarkan Dago Dairy ke hotel-hotel di Bandung. Produksi mereka saat ini perharinya 300 liter.
Kunjungan yang menyenangkan di Dago Dairy. Sayang kami harus cepat pulang karena langit makin kelam pertanda akan turun hujan. Belum sempat mengambil banyak foto. Pada waktu keasyikan ngobrol jadi pas sadar harus pulang karena hujan keburu datang.
Sebelum kembail ke rumah, Mark membekali kami dengan susu Dago Dairy. Pamit pada Mark, kami pulang kehujanan. Wangi tanah Buniwangi menyeruak, udara makin terasa dingin. Kami berempat kehujanan di gunung karena memutuskan berjalan kaki sepanjang 500 meter di jalur offroad. Kami tidak keberatan basah-basahan. Rasanya…segar luar biasa. Tidak ada wangi tanah sesegar ini kecuali di gunung, tidak ada hujan sesehat ini kecuali di gunung.
Anyway, kalau teman-teman tertarik mengunjungi Dago Dairy kontak ke yanti@dagodairy.com. Gak bisa datang mendadak ya, kontak dulu mereka beberapa hari sebelum rencana kedatangan kalian.
Anyway lagi, Dago Dairy bukan tempat wisata yang dirancang untuk turis. Jadi ekspektasi 'kenyamanan ala turis' jangan dibawa ke sini. Ini mah peternakan 'alami'. Tempat parkir seadanya, malah kalo kendaraan gak bisa naik sampai ke pelataran Dago Dairy, kalian harus jalan kaki 500 meter menanjak lah. Buat saya sih seru-seru aja, seneng malahan :D
Oiya, kalau ke Dago Dairy gunakan sepatu ya, pake sandal mah repot euy, kecuali sandal gunung!
Anyway, kalau teman-teman tertarik mengunjungi Dago Dairy kontak ke yanti@dagodairy.com. Gak bisa datang mendadak ya, kontak dulu mereka beberapa hari sebelum rencana kedatangan kalian.
Anyway lagi, Dago Dairy bukan tempat wisata yang dirancang untuk turis. Jadi ekspektasi 'kenyamanan ala turis' jangan dibawa ke sini. Ini mah peternakan 'alami'. Tempat parkir seadanya, malah kalo kendaraan gak bisa naik sampai ke pelataran Dago Dairy, kalian harus jalan kaki 500 meter menanjak lah. Buat saya sih seru-seru aja, seneng malahan :D
Oiya, kalau ke Dago Dairy gunakan sepatu ya, pake sandal mah repot euy, kecuali sandal gunung!
Dago Dairy
Buniwangi Wetan Desa Mekarwangi Lembang 40391
yanti@dagodairy.com
Facebook: Dago Dairy
Instagram : @dago_dairy
Website : http://www.dagodairy.com/
Facebook: Dago Dairy
Instagram : @dago_dairy
Website : http://www.dagodairy.com/
Petunjuk Arah ke Dago Diary
1. Naiklah kendaraan umum. Naik angkot sampai terminal Dago. Lalu lanjut dengan naik Ojek, umumnya mereka tahu lokasi Dago Diary. Tarifnya kalau sampai jalan beraspal saja 15.000. Kalau sampai tepat di muka Dago Dairy 30.000.
2. Naik kendaraan pribadi: masuk ke Jl. Dago Giri - Buniwangi (Dalemwangi) - dan cari di google map :D Kontak Yanti aja, saya diberi peta petunjuk jalannya sampai ke Dago Dairy.
Marknya baik ya...nemeni ^^ pengen kesanaaaa...dah lama ga pegang sapi :")
ReplyDeleteJadi, cocok untuk penyuka adventure ya. Aah mau kesanaaa
ReplyDeleteKeren bangettttt..... Aku mau ke sana juga ah ^^
ReplyDeletebagus juga mbak tempatnya, alami banget ya .. jadi pengen kesana
ReplyDeleteTempatnya keren, pemiliknya ramah. Wajib di coba nih kapan-kapan. :)
ReplyDeleteaaaaak, jadi pengen ke sana euy, sama suami sama Puga, anakku. Semoga terlaksana. Nice adventure! :*
ReplyDeletetempatnya menarik mbak....
ReplyDeleteIhh serunyaa, mbaaa,, bilang sama Mark, kalo ada pohon yang bergerak kali aja ada angin kenceng hehehe..
ReplyDeletesaya baru pernah ke de ranch belum pernah ke sini :)