Wahai warga Cirebon, Indramayu, Karawang, dan sekitarnya. Ketahuilah bahwa kelak sawah-sawah di kawasan kalian akan mendapatkan sumber air yang berasal dari sebuah bendungan raksasa. Bendungan ini menampung air sebanyak satu milyar kubik.
Ulangi. SATU MILYAR KUBIK AIR.
Kawasan Jatigede yang terletak di Sumedang, dipilih menjadi tempat menampung satu milyar kubik air itu. Ekspektasi saya melihat bendungan Jatigede tinggiiiiiiii sekali. Saya mau lihat bangunan yang kokoh, raksasa, canggih, dan megah. Seperti apa bangunan yang dibuat untuk menahan beban air sebanyak satu milyar kubik beserta lumpur-lumpurnya itu?
Berangkat pagi dari desa Cipaku, perjalanannya gak sederhana. Memakan waktu sekitar hampir dua jam, jalanan berbalut bebatuan dan tanah. Seperti naik rollercoster berkecepatan 5 km/jam. Bukan perjalanan yang membosankan, justru sebaliknya. Pemandanganya sangat mengagumkan.
Jalanan Bandung - Sumedang sudah gak terhitung berapa kali saya lintasi dalam rangka ke Cirebon. Gak kebayang ternyata dibalik jalan utamanya tersebut, Sumedang adalah negeri yang indah. Areal sawahnya luas seperti tak ada ujung. Sejauh mata memandang, isinya pucuk-pucuk tanaman padi. Perbukitannya juga tak kalah molek.
Mendekati ujung perjalanan ke bangunan Bendungan Jatigede, pemandangan mulai gak enak dilihat. Truk-truk besar pengangkut batu, jalanan yang diperkeras demi lancarnya pengangkutan bahan-bahan bangunan, tandus dan debu-debu bertebaran seperti mentertawakan kami yang datang dari Cipaku.
Semakin dekat dengan bangunan bendungan, semakin jelas rupanya. Tidak semegah yang saya pikirkan. Entahlah, ada satu milyar kubik air yang mau dibendung. Jangan lupakan lumpurnya juga. Sedimentasi sungai Cimanuk termasuk tinggi. Lihat saja warna air sungainya yang coklat, dikata itu apa kalau bukan pasir, batu, dan lumpur.
Berapa lapis bata dan semennya yang dibangun perusahaan Cina yang mendapat tender membangun bendungan Jatigede ya? Buat mata saya yang awam, bangunan bendungan Jatigede terlihat setipis kertas.
Proyek Bendungan Jatigede adalah proyek terlama di dunia. Bayangkan dari tahun 1982 baru di tahun 2015 ini proyeknya bakal rampung. Berkali-kali penggenangan air ditunda, katanya akhir Agustus Jatigede baru akan digenangi.
38.000 jiwa pindah rumah. Koreksi, pindah kampung halaman. Kenapa Jatigede yang dipilih jadi bendungan ya? Bendungan besar sampai-sampai di bakal jadi bendungan terbesar ke dua di Indonesia. Padahal Jatigede tercatat menghasilkan 36.000 TON PADI PER TAHUN. Wilayahnya yang dikepung hutan juga menjadi rumah untuk banyak populasi hewan dan tumbuhan. Sayang kalau harus ditenggelamkan.
Sejujurnya, perasaan saya gak enak melihat bendungan Jatigede. Keluarga saya banyak yang tinggal di Cirebon dan Indramayu, dua tempat yang bakal mendapat banyak manfaat dari bendungan Jatigede. Tapi...begitu canggihnya teknologi di zaman 2015 ini, apa tidak ada jalan lain untuk mengairi daerah utara Jawa barat selain menenggelamkan Jatigede?
Berangkat pagi dari desa Cipaku, perjalanannya gak sederhana. Memakan waktu sekitar hampir dua jam, jalanan berbalut bebatuan dan tanah. Seperti naik rollercoster berkecepatan 5 km/jam. Bukan perjalanan yang membosankan, justru sebaliknya. Pemandanganya sangat mengagumkan.
Jalanan Bandung - Sumedang sudah gak terhitung berapa kali saya lintasi dalam rangka ke Cirebon. Gak kebayang ternyata dibalik jalan utamanya tersebut, Sumedang adalah negeri yang indah. Areal sawahnya luas seperti tak ada ujung. Sejauh mata memandang, isinya pucuk-pucuk tanaman padi. Perbukitannya juga tak kalah molek.
Mendekati ujung perjalanan ke bangunan Bendungan Jatigede, pemandangan mulai gak enak dilihat. Truk-truk besar pengangkut batu, jalanan yang diperkeras demi lancarnya pengangkutan bahan-bahan bangunan, tandus dan debu-debu bertebaran seperti mentertawakan kami yang datang dari Cipaku.
Semakin dekat dengan bangunan bendungan, semakin jelas rupanya. Tidak semegah yang saya pikirkan. Entahlah, ada satu milyar kubik air yang mau dibendung. Jangan lupakan lumpurnya juga. Sedimentasi sungai Cimanuk termasuk tinggi. Lihat saja warna air sungainya yang coklat, dikata itu apa kalau bukan pasir, batu, dan lumpur.
Berapa lapis bata dan semennya yang dibangun perusahaan Cina yang mendapat tender membangun bendungan Jatigede ya? Buat mata saya yang awam, bangunan bendungan Jatigede terlihat setipis kertas.
Proyek Bendungan Jatigede adalah proyek terlama di dunia. Bayangkan dari tahun 1982 baru di tahun 2015 ini proyeknya bakal rampung. Berkali-kali penggenangan air ditunda, katanya akhir Agustus Jatigede baru akan digenangi.
38.000 jiwa pindah rumah. Koreksi, pindah kampung halaman. Kenapa Jatigede yang dipilih jadi bendungan ya? Bendungan besar sampai-sampai di bakal jadi bendungan terbesar ke dua di Indonesia. Padahal Jatigede tercatat menghasilkan 36.000 TON PADI PER TAHUN. Wilayahnya yang dikepung hutan juga menjadi rumah untuk banyak populasi hewan dan tumbuhan. Sayang kalau harus ditenggelamkan.
Sejujurnya, perasaan saya gak enak melihat bendungan Jatigede. Keluarga saya banyak yang tinggal di Cirebon dan Indramayu, dua tempat yang bakal mendapat banyak manfaat dari bendungan Jatigede. Tapi...begitu canggihnya teknologi di zaman 2015 ini, apa tidak ada jalan lain untuk mengairi daerah utara Jawa barat selain menenggelamkan Jatigede?
Membaca rangkaian tulisan Mba Ulu tentang Jatigede, pengetahuan saya bertambah hehehe, jujur saya gak tau bahwa ada mega proyek bendungan jatigede. Ehmm.. Rasanya kehilangan kampung halaman sepaket dengan memori-memori selama tinggal di kampung pasti terasa berat pasti mba.
ReplyDeletewah siapa kan ini? :D terima kasih makasih. Iya betul sekali. Semoga bendungannya baik-baik aja dan penduduk setempat mendapatkan ganti rugi yang sepadan ya.
ReplyDelete