Akhirnya bermuara juga ke tengah kota. Beradu dengan becak, delman, dan kaki-kaki turis. Jogja awal Juni padat sekali!
Menit-menit terakhir di Jogja, akhirnya perjalanan kuliner kami seperti menemukan titik terang :D karena gak ada target kuliner di mana-mana jadi ya santai aja sih mau makan apa juga. Cuma satu dua hari di Jogja belum ketemu makanan enak yang di Bandung gak ada. Nah menjelang pulang baru deh ketemu makanan enak :D
Kami bertiga menyempatkan diri menyantap makanan ala Angkringan, Pecel, Sate ala ibu-ibu Jokja, dan dua kali makan Lumpia di depan Hotel Mutiara. Yang terakhir ini, kalian harus coba makan kalau ke Jogja. Sangat saya rekomendasikan. Rasanya enak luar biasa, harganya itu loh 3.000 aja. Uniknya saos si lumpia adalah bawang putih yang digerus halus. Aduh enaknya masih terbayang-bayang sampai sekarang :)
Kami gak berbelanja di Malioboro. Malahan belanja di Pasar Beringharjo, jajan cemilan buat di kereta pulang nanti. Kesorean deh ke pasar Beringharjo-nya. Padahal pengen hunting makanan di sana. Ya wis nanti saja tahun depan sekalian mau ke ArtJog (keukeuh).
Gak jadi ke ArtJog karena tiket masuknya sekarang 50.000. Tahun kemarin masih 10.000. Kecewa sih, tapi dimaklumi juga. Ada yang bilang ArtJog terlalu komersil. Tapi buat saya sih mungkin mereka mau menyaring pengunjung, jadi kaum alay yang datang tanpa apresiasi dan pengennya foto-foto dan bikin keramaian gak penting itu bisa tersingkirkan. Ya mungkin aja sih.
Kami gak belanja oleh-oleh. Satu perjalanan ini diniatkan gak beli oleh-oleh. Ibu sudah saya beritahu duluan karena beliau orang terpenting no satu buat saya sekarang ini. Dan dia bilang tak apa, yang penting uang bulanan jangan lupa katanya :D hahahah siap, Buuuu :P
Jogja sekarang riuh sekali. Terutama pusat kotanya. Agak pusing ada di Malioboro dan sekitarnya. Saya lebih suka tempat yang agak jauh dari keramaian, lebih hening dan bisa membuat saya terlihat seperti warga lokal biasa saja bukannya turis.
Tapi agak susah ya, sekucel-kucel saya ada di Kota Gede, tetap aja kelihatan kayak turis, padahal udah nyoba bersikap seperti warga lokal :D Bukan karena saya cantik jelita sih hahahaa aduh ini minta dikeplak banget nulisnya.
Untuk terlihat natural terkadang yang kami kenakan baiknya ya t-shirt polos belel dan celana jeans plus sandal jepit. Sementara di Jogja kemarin saya berkemeja kotak-kotak, jeans, sepasang sepatu keds, dan satu tas ransel gendongan anak yang kayaknya teriak keras-keras "saya turis! saya turiiiis!" Belum pula Gele nenteng kamera. Bah. Hahaha.
Tapi agak susah ya, sekucel-kucel saya ada di Kota Gede, tetap aja kelihatan kayak turis, padahal udah nyoba bersikap seperti warga lokal :D Bukan karena saya cantik jelita sih hahahaa aduh ini minta dikeplak banget nulisnya.
Untuk terlihat natural terkadang yang kami kenakan baiknya ya t-shirt polos belel dan celana jeans plus sandal jepit. Sementara di Jogja kemarin saya berkemeja kotak-kotak, jeans, sepasang sepatu keds, dan satu tas ransel gendongan anak yang kayaknya teriak keras-keras "saya turis! saya turiiiis!" Belum pula Gele nenteng kamera. Bah. Hahaha.
Satu hal yang saya gak sukai dari Jokja. Bis Transjog-nyaaaa! Aduh ini supir-supir Transjog sama sekali GAK sewoles kotanya yah. Nyetirnya ala smackdown. Banting kiri kanan. Rute bisnya juga aneh :D 3x naik Transjog, 4 sopir, kelakuan nyetirnya sama.
Tapi ada yang aneh ya dari Transjog. Mereka seolah-olah dijauhkan dari pusat kota yang penuh wisatawan. Mungkin ada kesepakatan yang kasat mata antara rombongan becak delman taksi dengan rombongan Transjog kali ya. Bagi-bagi lahan usaha gitu.
Tapi ada yang aneh ya dari Transjog. Mereka seolah-olah dijauhkan dari pusat kota yang penuh wisatawan. Mungkin ada kesepakatan yang kasat mata antara rombongan becak delman taksi dengan rombongan Transjog kali ya. Bagi-bagi lahan usaha gitu.
One thing i know for sure: naiklah taksi atau sewa motor kalau sedang di Jogja. Becak bisa sih sesekali, tapi tarifnya kemahalan. Mau membantu ekonomi lokal ya sesekali naik becak. Cuma kalo rada lama di Jogjanya mendingan sewa motor sih :D
Buat yang penasaran kami menginap di sama selama di Jogja. Satu, di rumah milik orang tua saya di daerah Maguwoharjo. Dua, di Hotel Kampoeng Djawa (highly recommended), terakhir di Hotel Poncowinatan (standar). Dua malam berikutnya tidur di gerbong kereta api :D
Pulang ke Bandung, kami bertiga masih sehat dan gak ada yang jatuh sakit. Hamdalah. Sampai ketemu tahun depan, wahai Jogja!