Tulisan sebelumnya baca di sini.
Sesampainya di Tanakita, kami setor muka dulu ke kantornya. Berbeda dengan hotel atau resort, tempat ini gak ada resepsionisnya :D Saya nyelonong aja sih dan nanya ke petugasnya. Itu pun saya hati-hati bertanya karena pegawai Tanakita Camp tidak berseragam. Nyampur dengan tamunya. Salah-salah saya malah nanya ke tamu pan gak enak. Hehe :D
Sesampainya di Tanakita, kami setor muka dulu ke kantornya. Berbeda dengan hotel atau resort, tempat ini gak ada resepsionisnya :D Saya nyelonong aja sih dan nanya ke petugasnya. Itu pun saya hati-hati bertanya karena pegawai Tanakita Camp tidak berseragam. Nyampur dengan tamunya. Salah-salah saya malah nanya ke tamu pan gak enak. Hehe :D
Melihat pemandangan Tanakita Camp, boro-boro mau cepat masuk tenda. Seperti habis lari marathon Bandung - Sukabumi, Tanakita adalah garis finishnya. Klimaks. Seneng!
Kami nonton dulu pemandangan hutan dari balkon Tanakita. Saat itu masih gerimis. Dingin mulai memeluk badan kami. Ah tapi gak kepikiran memakai jaket. Udara sedingin, bersih, dan sesejuk ini nempel ke kulit, kapan lagi? Sedikit gerimis gigit-gigit badan gak apa-apa lah. Hihihi :D
"Kalau musim kemarau sih lebih dingin lagi. Untung datangnya pas musim hujan gini", kata kang Arie, pengelola Tanakita Camp, pada kami.
Iya bener juga. Angin kemarau mah nyelekit banget. Pas hujan ya palingan mengigil kecil aja lah. Meski gak direncanakan berdasarkan musim, kedatangan saya, Gele, dan Nabil udah pas banget lah. Catet ya, November!
Tanakita dikeliling banyak pohon tinggi-tinggi. Dedaunan lebar seperti karpet aladin. Wanginya itu loh, aduh masyaAllah. Perasaan antara sejuk, damai, dan bahagia campur aduk. Biar menambah sensasi dramanya, suara serangga bernama Tonggeret yang sahut-sahutan memenuhi langit Tanakita. Kompak banget ini alam semesta menyambut kami di Tanakita. Hatur nuhun, euy Ah tega sekali yang suka mengganti keindahan ini dengan pemukiman apalagi pabrik.
Pukul empat sore, kami bergegas masuk tenda setelah keasyikan melihat-lihat panorama sekitar Tanakita. Kebetulan tendanya sebelahan dengan tenda mushola. Di antara tenda kami ada keran air dong! Lucu banget sih.
Tenda Tanakita memuat empat orang. Empat kasur tersedia lengkap dengan empat bantal. Ada juga empat sleeping bag yang berfungsi sebagai selimut. Semuanya wangi-wangi dan bersih. Tenda berukuran besar ini terbagi jadi dua 'ruang'. Di bagian depan buat menyimpan barang, bagian didalamnya ya untuk tidur. Eh ada juga loh tempat jemuran :D ih lucu yak, kok kepikiran buat menyediakan tempat jemuran sih. Unik lagi bentuknya. Ini yang bikin Tanakita ngerti sekali kebutuhan tamunya. Hihihi :D
Setiap tenda ada alasnya biar gak nempel ke tanah. Alasnya kayak alas buat peti kemas gitu deh. Tinggi alas tendanya 10cm lah kira-kira. Makanya gak heran kalau hujan tendanya tetap nyaman. Gak ada becek, tidak perlu sibuk nambal-nambal tenda yang bocor hihihi :D aman dan nyaman.
Urusan perut, lagi-lagi Tanakita memberikan lebih dari yang saya bayangkan.
Sore-sore kami ngemil gorengan singkong. Ambil sepuasnya hohoho :D Minumnya apalagi, ambil sewaregnya, 24 jam, bikin sendiri. Ada teh dan kopi.
Makan malamnya prasmanan. Menunya ada nasi (yang pulen!), ayam bakar, gurame, capcay, kerupuk dan...baso! Whuaw enak-enaaaakkkk! Alas makannya piring rotan berdaun pisang. Selesai makan, sisa makanannya buang sendiri di tempat sampah yang sudah disediakan. Begitu juga piringnya, simpan di wadah yang Tanakita sudah siapkan.
Setengah self-service lah di Tanakita Camp ini. Tapi gak sampai merepotkan tamunya sih konsep 'setengah melayani diri sendiri' ini.
Habis makan, leyeh-leyeh dengerin yang nyanyi di Tanakita. Pertunjukkan musik live ala Tanakita ini datangnya dari kru mereka sendiri. Tiga orang bermain gitar di arena meja prasmanan. Suaranya lebih bagus dari semua suara anaknya Ahmad Dhani :D
Api unggun menyala. Beberapa orang duduk mengelilinginya, mengumpulkan kehangatan. Anak-anak berlarian, ibu bapaknya makan malam. Suara gitar dan orang-orang bercengkrama sambil nyeruput kopi. Rasanya seperti sudah jadi bagian dari keluarga Tanakita Camp meski tidak kenal dengan semua tamu dan krunya.
Pukul delapan malam kami diajak trekking sebentar menuju bagian Tanakita yang lain yang agak rimbun pepohonan. Nonton kunang-kunang dan jamur glow in the dark. Lihat kunang-kunang mah ada di kebon belakang rumah. Tapi jamur yang glow in the dark, wow! Keren banget!
Meski hujan reda pada pukul lima sore sampai malam, entah jam berapa hujan datang lagi. Lumayan lama, kira-kira setelah nonton kunang-kunang itu. Kenyang, capek, senang, kami tidur diiringi suara hujan. Tidur pulas dan nikmat seperti habis disuntik obat penenang.
Baca juga:
Kami nonton dulu pemandangan hutan dari balkon Tanakita. Saat itu masih gerimis. Dingin mulai memeluk badan kami. Ah tapi gak kepikiran memakai jaket. Udara sedingin, bersih, dan sesejuk ini nempel ke kulit, kapan lagi? Sedikit gerimis gigit-gigit badan gak apa-apa lah. Hihihi :D
"Kalau musim kemarau sih lebih dingin lagi. Untung datangnya pas musim hujan gini", kata kang Arie, pengelola Tanakita Camp, pada kami.
Iya bener juga. Angin kemarau mah nyelekit banget. Pas hujan ya palingan mengigil kecil aja lah. Meski gak direncanakan berdasarkan musim, kedatangan saya, Gele, dan Nabil udah pas banget lah. Catet ya, November!
Tanakita dikeliling banyak pohon tinggi-tinggi. Dedaunan lebar seperti karpet aladin. Wanginya itu loh, aduh masyaAllah. Perasaan antara sejuk, damai, dan bahagia campur aduk. Biar menambah sensasi dramanya, suara serangga bernama Tonggeret yang sahut-sahutan memenuhi langit Tanakita. Kompak banget ini alam semesta menyambut kami di Tanakita. Hatur nuhun, euy Ah tega sekali yang suka mengganti keindahan ini dengan pemukiman apalagi pabrik.
Pukul empat sore, kami bergegas masuk tenda setelah keasyikan melihat-lihat panorama sekitar Tanakita. Kebetulan tendanya sebelahan dengan tenda mushola. Di antara tenda kami ada keran air dong! Lucu banget sih.
Tenda Tanakita memuat empat orang. Empat kasur tersedia lengkap dengan empat bantal. Ada juga empat sleeping bag yang berfungsi sebagai selimut. Semuanya wangi-wangi dan bersih. Tenda berukuran besar ini terbagi jadi dua 'ruang'. Di bagian depan buat menyimpan barang, bagian didalamnya ya untuk tidur. Eh ada juga loh tempat jemuran :D ih lucu yak, kok kepikiran buat menyediakan tempat jemuran sih. Unik lagi bentuknya. Ini yang bikin Tanakita ngerti sekali kebutuhan tamunya. Hihihi :D
Setiap tenda ada alasnya biar gak nempel ke tanah. Alasnya kayak alas buat peti kemas gitu deh. Tinggi alas tendanya 10cm lah kira-kira. Makanya gak heran kalau hujan tendanya tetap nyaman. Gak ada becek, tidak perlu sibuk nambal-nambal tenda yang bocor hihihi :D aman dan nyaman.
Urusan perut, lagi-lagi Tanakita memberikan lebih dari yang saya bayangkan.
Sore-sore kami ngemil gorengan singkong. Ambil sepuasnya hohoho :D Minumnya apalagi, ambil sewaregnya, 24 jam, bikin sendiri. Ada teh dan kopi.
Makan malamnya prasmanan. Menunya ada nasi (yang pulen!), ayam bakar, gurame, capcay, kerupuk dan...baso! Whuaw enak-enaaaakkkk! Alas makannya piring rotan berdaun pisang. Selesai makan, sisa makanannya buang sendiri di tempat sampah yang sudah disediakan. Begitu juga piringnya, simpan di wadah yang Tanakita sudah siapkan.
Setengah self-service lah di Tanakita Camp ini. Tapi gak sampai merepotkan tamunya sih konsep 'setengah melayani diri sendiri' ini.
Habis makan, leyeh-leyeh dengerin yang nyanyi di Tanakita. Pertunjukkan musik live ala Tanakita ini datangnya dari kru mereka sendiri. Tiga orang bermain gitar di arena meja prasmanan. Suaranya lebih bagus dari semua suara anaknya Ahmad Dhani :D
Api unggun menyala. Beberapa orang duduk mengelilinginya, mengumpulkan kehangatan. Anak-anak berlarian, ibu bapaknya makan malam. Suara gitar dan orang-orang bercengkrama sambil nyeruput kopi. Rasanya seperti sudah jadi bagian dari keluarga Tanakita Camp meski tidak kenal dengan semua tamu dan krunya.
Pukul delapan malam kami diajak trekking sebentar menuju bagian Tanakita yang lain yang agak rimbun pepohonan. Nonton kunang-kunang dan jamur glow in the dark. Lihat kunang-kunang mah ada di kebon belakang rumah. Tapi jamur yang glow in the dark, wow! Keren banget!
Meski hujan reda pada pukul lima sore sampai malam, entah jam berapa hujan datang lagi. Lumayan lama, kira-kira setelah nonton kunang-kunang itu. Kenyang, capek, senang, kami tidur diiringi suara hujan. Tidur pulas dan nikmat seperti habis disuntik obat penenang.
Baca juga:
Seru juga jalan-jalan dengan konsep kemping seperti ini :)
ReplyDeleteAnak-anakku belum pernah ngerasain tidur di tenda gitu, jadi pengen bawa mereka ke Tanakita :D
Mbak kalau kesan asama keluarga aja , sepi gak? maksudnya nanti jadi satu sama rombongan lain
ReplyDelete