Menulis tentang tempat ini artinya membicarakan masa muda saya :D Awal umur 20an hampir setahun tiga kali ke sini. Karena pekerjaan, lingkaran pertemanan, dan sederhananya ya saya suka jalan-jalan. Pasir Pawon.
Pasir adalah bukit. Pawon itu dapur. Keduanya bahasa sunda. Penduduk yang menamainya Pasir Pawon. Pawon/dapur ini berhubungan dengan legenda Sangkuriang dan bentuk di dalam perut Pasir Pawon yang menyerupai cerobong/hawu.
Pagi, siang, sore: checked! Hujan dan kemarau: checked. Tinggal malam hari saja saya belum pernah habiskan disini.
Kalau hujan, rumput ilalangnya tinggi-tinggi. Batu-batu fosil terumbu karang licin jika berpijak diatasnya. Harus hati-hati. Eh sebentar, barusan nulis apa? terumbu karang?
Bandung jutaan tahun yang lalu, my friend, adalah lautan. Buktinya bisa kita lihat di kawasan Karst Citatah Padalarang, Bandung. Kalau teman-teman yang baca tulisan ini termasuk generasi jalur Jakarta - Bandung via Padalarang, kalian pasti familiar dengan pemandangan perbukitan kapur ini.
Sekarang bukit-bukit kapur ini sudah hilang satu-satu karena teknologi dan manusianya. Serupa dengan nasib rumah makan yang dahulu berjajar ramai di sepanjang jalur yang menghubungkan Bandung dengan Jakarta ini. Ngomongin industri yang merusak perbukitan ini lama lagi deh. Beda tulisan ya.
Salah satu perbukitan kapur ini namanya Pasir Pawon. Saya bisa ada di sini karena di tahun 2006 duluuuu, pernah jadi peserta jalan-jalan yang judulnya Bandung Purba. Yes, trek jejak Bandung Purba ini saya mulai dari Pasir Pawon.
Pada awal perjalanan tentu saja jalurnya menanjak. Di kanan dan kiri jalan setapak ada ladang tani, kebun sayuran, sampai ilalang dan rerumputan. Hati-hati melangkahkan kaki, kasihan petani kalau hasil ladangnya kita injak-injak.
Kalau musim hujan rumput dan ilalang ini tinggi-tinggi. Musim kemarau kebalikannya, kering kerontang seperti rambut seorang pria paruh baya yang mengalami kebotakan.
Panorama alam yang bisa kita lihat dari Pasir Pawon banyak bagusnya, banyak juga jeleknya. Sawah dan pabrik berdekatan seperti orang sedang siap perang. Salah satu dari mereka siap menghabisi satu yang lainnya. Semoga sawah yang bertahan.
Dari Pasir Pawon ada Bandung di ujung cakrawala, langit yang entah berada di garis tepi mana batasnya. Rasanya magis, indah, ada energi yang saya gak bisa gambarkan. Membayangkan dulu tempat saya berdiri itu laut, masih tak bisa percaya. Apalagi saat menyentuh bebatuan yang fosil terumbu karangnya masih bisa saya raba.
Rumah tempat kita tinggal juga dulunya bisa jadi lautan. Jutaan tahun lalu. Tapi beda rasanya, berada di tempat yang baru sekali kita datangi dan mengetahui kalau tanah yang kita pijak itu pernah jadi rumah ikan-ikan. Aneh, kagum, macam-macam efeknya :D
Waktu terbaik berada di Pasir Pawon adalah pagi-pagi pukul enam. Lewat pukul 9 pagi matahari seperti sudah ada tepat di atas kepala kita. Panas! Jam tujuh pagi paling ideal. Matahari masih hangat. Jam delapan saatnya si golden light muncul, batu-batu kapur tersinari surya. Pemandangan terbaik, waktu yang baik untuk merekamnya dengan kamera. Tidak pun tak apa. Duduk saja amati keindahannya :) bungkus baik-baik dan bawa pulang dalam ingatan.
Saya gak bisa bilang sore-sore adalah saat yang buruk ada di Pasir Pawon. Antara pukul tiga dan empat sore, sepanjang menit itu termasuk ideal. Kadar cahaya matahari berkurang, golden light muncul lagi!
Keterlaluan sekali kalau Museum Prasejarah ini juga luluh lantak seperti nasib bukit-bukit lain disekelilingnya ya. Indah dan bersejarah, kurang apalagi...
Baca juga tulisan ini:
Baca juga tulisan ini:
Stone Garden In The Morning
Teks : Nurul Wachdiyyah
Foto : Indra Yudha Andriawan
Kerennn bangett pengen kesana ada ga ya di google map? Hihi
ReplyDeleteBelum cek euy. Tapi melihat tren tempat ini di Instagram, kayaknya udah ada yg nempelin bookmark deh di googlemap lokasinya.
DeleteBagusnyaaah, lama ngga ke Bandung jadi kangen. Termasuk kangen combro :D
ReplyDeleteCombro gak ada di Pasir Pawon, Mak :D hihihi
DeleteKangen looh sama bandung, termausk kanmgen sama combro :D
ReplyDeleteBener, jangan sampai luluh lantak dengan yang namanya modernisasi, yang dengan cepat mengikis sejarah.
ReplyDeleteBelum pernah ke Pasir Pawon, tapi tahu pemandangan bukit kapur ini, yang jadi pemandangan indah saat jalan ke Bandung :)
Iya betul, Mba Indah. Ini pemandangan klo ambil jalur non tol cipularang. Semoga gak habis ya bukitnya. Sekitarnya sih udah pada habis ditambangi euy
Deletekayaknya setiap kali saya baca postingan di sini, saya jadi pengen eksplore Bandung dan sekitarnya lagi. Banyak yang belum pernah saya kunjungi :)
ReplyDeleteKayaknya Kang Ari tau tempat ini, Mba Chi. Biasanya anak Wanadri suka latihan panjat tebing di deket Pasir Pawon ini :D
DeleteTakjub euy! Negeri ini nggak putus-putusnya dari penemuan baru...:)
ReplyDeleteIya betul! saya masih nyari penemuan2 baru ini juga. wuhuyyy!
Deletegambarnya keren-keren...jadi pengin ke situ deh
ReplyDeleteAlhamdulillah. Potonya gak sia2 hehehe
DeleteSubhanallah pemandangannya juara! salam kenal ya mba nurul..
ReplyDeleteSalam kenal juga, Mba Dewi :)
Deletenanjak ya jalannya, aku kuat gak ya kesana....
ReplyDeletenanjaknya gak parah, mba. tapi kalo ujan gini sih kerasa banget euy capeknya
DeleteCakeep bgt, jadi pengen kesana.
ReplyDeleteAyo ayo ke sanaaa! Aslinya emang cakep sekaliii
DeleteIni kayaknya dilewatin kalau naik bus dari Bandung ke Jakarta via non-tol ya? ;-)
ReplyDeleteBetulllll!
Delete