Blusukan Ala Geotrek di Lembang Bandung Utara (Satu)
Peserta Geotrek ke Lembang ini banyak euy. Sampe dua bis.
Molor dari jam keberangkatannya, bis yang saya tumpangi berangkatnya jam 7.30 karena Pak Bachtiar selaku ahli geograf dan pemandu jalan-jalan datangnya telat. Katanya beliau baru nyampe Bandung (dari Purbalinggga) pukul 5 subuh dan pulang dulu ke rumahnya di Margahayu. Saya sih, lagi-lagi selain belum gosok gigi, gak masalah karena jadinya sembari nunggu beliau saya makan nasi bungkus yang saya bawa dari rumah. Gak sempet makan di rumah soalnya buru-buru.
Sepanjang acara Geotrek ini, saya nempel terus sama tiga peserta yang namanya Tika, Defa, dan ibu-ibu favorit saya: Teh Ina. Ibu-ibu yang cantik, kayak abg, jago moto, dan nenteng kamera keren kemana-mana :D Ditambah dia ramah sekali, jadi betah deh kalau deket-deket dia. Dengan Tika dan Defa udah lama gak ketemu, jadi ini seperti reuni kecil. Keduanya, ketiganya termasuk teh Ina, saya kenal di acara jalan-jalan Mahanagari, perusahaan kampanye Bandung yang medianya desain dan retail. Mahanagari ini nih termasuk pelopor acara Geotrek di Bandung :)
Delapan km (moga-moga jarak tempuh ini gak salah tulis ya :D) menuju Lembang dari kampus ITB ternyata gak berasa. Saya yang 'normalnya' suka pusing dan mual kalau ke Lembang malah tenang-tenang aja. Gak taunya udah sampai aja. Titik pertama yang dikunjungi adalah salah satu rangkaiannya Patahan Lembang yaitu Gunung Batu. Wah udah lama gak ke Gunung Batu, terakhir kalau gak salah Mei 2007.
Senang rasanya bisa berada di puncak Gunung Batu. Gunung Batu ini semacam bukit. Dia adalah potongan terakhir dari Patahan Lembang yang terbentuk akibat letusan Gunung Sunda 4000 tahun lalu.
Pagi itu Bandung sedang dingin, sedikit berangin, namun cuaca bekerja dengan baik. Memandang Bandung dari titik Gunung batu sambil memutar badan 360 derajat, saya bisa ngeliat gunung-gunung yang mengelilingi Bandung. Legok-legok Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang, dan Gunung Malabar kelihatan jelas banget. Bagus deh. Lagi-lagi diingatkan kalau kita ini cuma manusia dan kecil. Dari gunung-gunung itu kita belajar -mengutip kata-katanya Firas bapaknya Zarah di novel Partikel- kalau kita hanya menumpang.
Pemandangan Gunung Batu dari kaki gunungnya Foto diambil dari http://hada28.wordpress.com/2011/09/18/seismic-data-acquisition-in-lembang-fault/ |
Dari Gunung Batu, kami terus naik bis pinjaman dari ITB lagi. Kali ini tujuannya adalah desa Batu Lonceng. Tapi sebelumnya berhenti dulu sebentar di parkiran Wanawisata Maribaya, kira-kira 10 km dari kota Lembangnya, untuk melihat sungai yang namanya Ci Gulung. Kami berkumpul di tepi sungai tersebut yang letaknya di pinggir jalan. Disini Pak Bachtiar menjelaskan beberapa hal.
Kembali ke bis. Sebelum berangkat lagi, saya beli Popmie karena perut udah kukuruyukan. Agak sedikit heran dengan teman di kanan kiri yang merasa baik-baik aja karena mereka tampak tidak lapar. Tapi gak juga tuh, teh Ina mulai ngeluarin cemilannya. Tika juga. yes! pop mie habis, good time masuk, dan coklatnya Tika juga tamat nasibnya.
Pak Budi, yang juga pemandu, dosen ITB sekaligus ahli geologi, mengingatkan kami untuk tidak tidur sepanjang perjalanan menuju ke Batu Lonceng. Setuju! saya pikir juga ngapain tidur kalau sedang menuju ke suatu tempat. Catet ya, MENUJU lokasi garing miring TKP. Sayang banget soalnya ntar banyak pemandangan yang terlewat waktu mata kita terpejam. Kalau perjalanan menuju pulang mah ya boleh dipilih, mau tidur atau ngelamun atau menikmati viewnya lagi di sepanjang jalan tersebut.
Pak Budi benar.
Saya juga benar *ikut-ikutan hahaha*
Di beberapa titik tertentu kami bisa melihat dan menikmati pemandangan dinding lava patahan Lembang, sisa letusan Gunung Sunda. Gagah deh. Di bawahnya terdapat lembah dan (sungai) Ci kapundung mengalir berkelok-kelok, terus hingga ke Maribaya dan Bandung. Pohon cantik yang bunganya kayak terompet dan warnanya merah. Dia jadi bahan pembicaraan karena fotonya terpampang di buku Wisata Bumi Cekungan Bandung. Namanya Ki Acret. Tapi anehnya hanya terdapat satu pohon Ki Acret. (Acret, kasian sekali orang bule kalao mesti ngucapain kata ini heheh). Waktu Lava Tour saya bisa ngeliat pohon ini banyak banget di sepanjang (sungai) Ci Beureum.
Tidak lama kemudian kami sampai di kaki kampung Batu Lonceng. Bukit Tunggul, sebagai gunung tertinggi di kawasan Bandung Utara, mulai nampak puncaknya. Kami begitu deket dengan Bukit Tunggul. Sebelum naik ke kampung, kami makan dulu. Panitia ngasih makannya McD dan minumnya Coca Cola. Jauh-jauh masuk kampung, kotanya tetep kebawa juga.
Post Comment
Post a Comment