Saya bilang ke Alfian bahwa kami mau ke Kota Baru. Hendak melihat-lihat rumah kuno di sana. "Tapi saya mau ajak kamu ke Masjid Syudaha dulu, Lu," katanya. Tahu gak kalo masjid yang menyediakan sarana perpustakaan dirintisnya oleh masjid-masjid Muhammadiyah? Di Masjid Syuhada inilah saya lihat ada perpustakaannya.
Aan cerita kalau Masjid Syuhada ini hadiah dari pemerintah RI pasca proklamasi kemerdekaan. Bukan cuma masjid, pemerintah juga ngasi hadiah lain, yaitu Universitas Gajah Mada.
Dua buah kado itu dikasih dalam rangka ucapan terima kasih kepada Yogyakarta (utamanya Keraton) karena membantu Indonesia mewujudkan kemerdekaan.
Dua buah kado itu dikasih dalam rangka ucapan terima kasih kepada Yogyakarta (utamanya Keraton) karena membantu Indonesia mewujudkan kemerdekaan.
Ulu : Kenapa sampe segitunya pemerintah harus berterima kasih sama Jogja, An?
Aan : Ya kamu bayangin aja, Yogyakarta itu kan sudah ada sebelum republik ini berdiri, Lu.
Ulu : Maksudnya Jogja kalau mau bisa jadi negara sendiri. Begitu?
Aan : Iya, tapi alih-alih memerdekaan diri sendiri, Yogyakarta bantuin Soekarno-Hatta sampai ke pucuk kemerdekaan. Kalau kamu baca Tempo edisi khusus Hamengku Buwono, di situ disebutin sultan ngeluarin dana untuk menyokong Indonesia merebut kemerdekaan.
Ulu : Ohoo... karena itu juga Yogyakarta mendapat status daerah istimewa, An?
Aan : Yup, selain Yogyakarta pernah jadi Ibukota Republik Indonesia juga sih.
Obrolan terhenti. Kami berpisah sebentar karena harus sholat dulu. Saya ke sayap kiri Masjid Syuhada, Aan entah ke mana. Saya sholat di lantai dasar, lantai utamanya sedang digunakan anak-anak sekolah sholat dhuhur berjamaah. Di sebelah masjid ada sekolah, di sampingnya lagi ada sekolah kanak-kanak.
Di Jogja ini kenapa ya sekolahannya pasti bersandingan dengan masjid. Sama kayak di Karangampel kampung saya itu sih.
Di Jogja ini kenapa ya sekolahannya pasti bersandingan dengan masjid. Sama kayak di Karangampel kampung saya itu sih.
Usai sholat, Aan mengajak saya masuk ke bangunan utama. Wow langit-langit bangunannya tinggi sekali. Hawa masjidnya sejuk untuk ukuran cuaca Jogja yang panas. Di pojok bangunan sebelah kanan dan kiri ada tangga. Tangganya unik sih menurut saya mah.
Diperhatikan sekilas pun, arsitektur masjidnya gak tua-tua amat. Bagian puncak bangunan ada kubah khas masjid pada umumnya. Warna masjidnya hijau, dari luar bangunan sampai ke interiornya. Aan juga udah ngasitau saya kalau masjid ini bukan masjid kuno-kuno banget. Lha dibangunnya aja tahun 1950.
Kalau kamu orang Islam aliran Muhammadiyah, ya cocok ada di masjid ini. Sebenernya gak mesti Muhammadiyah sih, toh siapa aja bisa sholat di sini. Kalau ikatan batin saya terhadap masjid ini begitu menginjakkan kaki ke dalamnya adalah tiba-tiba ingat almarhum ayah saya. Beliau aktivis Muhammadiyah di kampungnya, di Karangampel. Bakal lebih menyenangkan kalau ayah saya ada bersama saya hari itu. Pokoknya semua yang ada hubungannya dengan Muhammadiyah bikin saya keingetan ayah heuheuheu.
Mungkin karena itu warna masjidnya juga hijau ya. Muhammadiyah kan warna hijau. Tapi kata Aan sih hijau itu identik dengan Yogyakarta. Keratonnya aja dominan warna hijau. Sampai ke gerobak pedagang baso malang di Jogja aja warna hijau.
Ada apa dengan warna hijau ya?
Mungkin karena itu warna masjidnya juga hijau ya. Muhammadiyah kan warna hijau. Tapi kata Aan sih hijau itu identik dengan Yogyakarta. Keratonnya aja dominan warna hijau. Sampai ke gerobak pedagang baso malang di Jogja aja warna hijau.
Ada apa dengan warna hijau ya?
Anw, abis dari Masjid Syuhada, kami ke Museum Sandi. Tapi saya bahas museumnya di tulisan yang lain saja ya. Sekarang saya mau bahas dikit masjid ke-2 yang kami datangi. Di tulisan berikutnya yaaaak! 😀
Belum pernah ke sini.
ReplyDeleteFoto masjid na keren, Lu. Sigana tiis nya duduk ditepian masjid
ReplyDeleteNgeliat fotonya aja berasa adem
ReplyDeleteHijau damai banget yah
ReplyDeleteAku pikir Yogya diistimewakan karena sistem pemerintahannya berbeda, ternyata gitu ya, latar belakangnya. By the way Aan itu yang waktu itu pernah ikut ke Cihapit dan makan lotek bareng-bareng kita sama Sasa dan Bang Aswi tea, ya? Jadi pengen maen ke Jogja lagi, euy.
ReplyDeleteteduh banget ini warna hijau masjidnya
ReplyDeleteKok dalam pikiranku kalau ijo itu malah NU, muhammadiyah biru haha. Aku kesitu 2010, ada taman kecil yg ada ayunan di samping
ReplyDeleteSelama di Yogyakarta aku sering ke masjid ini, terlebih disaata ramadhan, menu berbuka disini memang unik, layaknya di lesehan. Sudah tersedia rapih tertata, para jamaah tinggal duduk aja sesuai urutan nasi yang sudah ditata..hehe
ReplyDeleteKalau gowes pagi suka lewat daerah masjid ini juga :)
Salam kenal ya, Teh :)