Nah ini adalah markas resminya Jendral Nasution dkk. Keputusan membakar Bandung juga resmi disepakati di tempat ini. Saya udah cerita tentang Ultimatum I.
Karena banyak yang tidak mengacuhkan Ultimatum I, Belanda marah. Dikeluarkanlah Ultimatum II. Isinya: para tentara dan pejuang harus meninggalkan Bandung dan melucuti senjatanya sendiri. Bandung harus dikosongkan. Keluar semua dari Bandung. Keluar!
Eh enak aja lu, kata pejuang kita.
Ultimatum II ini keluar dari mulutnya jendral Mcdonald kepada PM Sutan Syahrir. Dia mengancam Bandung bakal dibombardir oleh tentara sekutu dari udara kalau kita tidak mematuhi ultimatumnya. Pokoknya bakal ada serangan udara besar-besaran kalo kita-kita gak nurut.
Akhirnya keputusan meninggalkan Bandung dengan berat hati kita patuhi, tapi dengan catatan. Pejuang dan penduduk tidak mau menyisakan kebaikan buat Belanda. Bandung dibumihanguskan.
Di depan Gedung Jiwasraya, lagi liat Stilasi Bandung Lautan Api |
Ternyata banyak juga tentara sekutu yang membelot jadi berpihak ke pejuang. Tentara Inggris kan isinya gak semua bule, mereka juga bertentara orang-orang Gurkha. Orang India-Nepal sewaan Inggris ini kecil-kecil lincah dan kadang-kadang sadis. Nah, seorang kapten bernama Mirza membelot, balik berpihak kepada nasib pribumi. Dia ngajakin anak buahnya. Inggris bete dong, apalagi Belanda.
Stilasi 2: Bank Jabar
Di lokasi ini terjadi aksi perampasan senjata tentara Jepang oleh pejuang (sebelum terjadi BLA).
Penyobekan bendera Belanda yang dramatis tidak hanya terjadi di Surabaya, pada awal Oktober '45, dua orang pejuang bernama Endang Karmas dan Mulyono menerobos masuk ke Gedung DENIS (sekarang bank Jabar) untuk menyobek bagian bendera Belanda yang berwarna biru. Dari puncak hotel Homan, penembak jitu tentara sekutu menembaki mereka. Untunglah keduanya selamat.
Stilasi 1: Gedung Drikleur (sekarang BTPN)
Terletak di antara Jl. Juanda-Jl. Sultan Agung, gedung kantor BTPN ini dulunya merupakan kantor surat kabar Domei. Untuk pertama kalinya rakyat Bandung membaca isi naskah proklamasi kemerdekaan di tempat ini.
***
Demikianlah ceritanya. Singkat aja sih, lebih seru kalau baca bukunya.
Untuk yang mau lihat foto-foto BLA tahun '46 bisa dilihat di situsnya Bandung Heritage. Sekalian barangkali mau tahu lebih lengkap cerita BLA, bisa beli bukunya juga. Beli bukunya di mana saya kurang tahu euy, coba aja dulu googling. Judulnya Saya Pilih Mengungsi.
Menyusuri Stilasi Bandung Lautan Api ini bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Capek emang, tapi sesekali kan gak apa-apa.
Rasanya pengen lihat langsung kejadian 68 tahun seperti apa, bukan hanya baca di buku. Tapi kalau mengalami langsung juga saya gak mau. Takut... Beruntung kita hidup di zaman sekarang. Perang yang kita hadapi sekarang bukan melawan penjajah. Ada sih penjajah, tapi dalam bentuk yang lain. Ya gitu deh tahu sendiri meureun :D
Untuk yang mau lihat foto-foto BLA tahun '46 bisa dilihat di situsnya Bandung Heritage. Sekalian barangkali mau tahu lebih lengkap cerita BLA, bisa beli bukunya juga. Beli bukunya di mana saya kurang tahu euy, coba aja dulu googling. Judulnya Saya Pilih Mengungsi.
Menyusuri Stilasi Bandung Lautan Api ini bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Capek emang, tapi sesekali kan gak apa-apa.
Rasanya pengen lihat langsung kejadian 68 tahun seperti apa, bukan hanya baca di buku. Tapi kalau mengalami langsung juga saya gak mau. Takut... Beruntung kita hidup di zaman sekarang. Perang yang kita hadapi sekarang bukan melawan penjajah. Ada sih penjajah, tapi dalam bentuk yang lain. Ya gitu deh tahu sendiri meureun :D
Post Comment
Post a Comment