Stilasi 10: Tegalega
Stilasi di jl. Mohammad Toha ini berdiri tepat di depan sebuah Gereja Gloria. Tahun 1945 gereja ini bangunan radio NIROM. Radio inilah yang menyebarluaskan berita proklamasi sampai ke luar negeri. Di saat yang sama, Jepang lagi menduduki bumi pertiwi kita ini.
Di waktu yang berdekatan pula, Jepang kalah dari Sekutu di Perang dunia II. Maka posisi Jepang di Bandung juga ikut terancam. Penduduk mendengar berita kekalahan Jepang dari koran bernama Surat kabar Tjahaya.
Kekalahan Jepang di Perang Dunia II membuat tentara sekutu datang ke Indonesia. Mereka melucuti tentara Jepang & membebaskan para interniran (tahanan) Belanda yang ditawan jepang, termasuk di Bandung.
Nah ternyata kedatangan tentara sekutu (Inggris) ini diboncengi Belanda yang ingin menjajah Bandung/Indonesia lagi. Orang Bandung gak mau dong dijajah Belanda lagi, kita udah merdeka. Makanya kedatangan tentara Inggris untuk ngebebasin para interniran ini juga banyak dihadang-hadang sama para pejuang. Jadilah perang lagi dan lagi.
Btw, lokasi penjara interniran itu tersebar di beberapa tempat, di antaranya Lengkong, Tegalega, Cihapit, Banceuy, dll. Saya sering datang ke beberapa lokasi ini buat jalan-jalan atau sekedar numpang lewat. Gak nyangka tempat yang saya lewatin ternyata nuansa sejarahnya kental. Kadang-kadang saya suka pengen meremin mata sambil ngebayangin apa aja yang udah terjadi di tempat saya berdiri, puluhan tahun yang lalu.
Eniwei balik lagi. Tentara Inggris gemes sama pejuang yang keukeuh ngelawan terus. Jadilah kawasan Tegalega ini salah satu yang dibombardir tentara Inggris (plus Belanda) pada 20 Maret 46. Sewaktu kejadian Bandung Lautan Api, kawasan yang kobaran apinya paling besar adalah di kawasan Tegalega dan Cicadas.
Stilasi 9: SD ASMI
SD negeri ini pernah menjadi lokasi 'rumah sakit' untuk menampung korban luka perang. Pernah juga menjadi markas para pejuang dalam menyusun aksinya. Semacam pitstop pejuang lah fungsinya.
Pada waktu kejadian BLA, penduduk Bandung diharuskan meninggalkan Bandung tanggal 24 Maret sebelum pukul 24.00. Arus pengungsi mulai rame jam 3 sore. Ternyata gak semua penduduk tahu karena sosialisasi jam mengungsi ini kurang tersebar.
Jadilah arus pengungsi mulai hiruk pikuk pada pukul 5 sore hari. Penduduk berbondong-bondong berangkat menuju ke selatan. Ke arah Ciwidey, Pangalengan, Garut, dan Tasik, sampai ke Jokjakarta pun ada.
Baca juga:
Baca juga:
Post Comment
Post a Comment